Menu

Mode Gelap

News

Kini Muncul Isu Baru Cloningan Jokowi, Unggahan Christovita Wiloto di Medsos

badge-check


					Tangkap layar video postingan pemilik akun instagram@christovitawiloto, berisi video yang membahas analisis Cloningan Jokowi. Kini mulai beredar di berbagai platform medsos. Instagaram@chrsitovitawiloto Perbesar

Tangkap layar video postingan pemilik akun instagram@christovitawiloto, berisi video yang membahas analisis Cloningan Jokowi. Kini mulai beredar di berbagai platform medsos. Instagaram@chrsitovitawiloto

Penilis: Priyo Suwarno  |   Editor: Hadi S. Purwanto

KREDONEWS.COM, JAKARTA- Isu ijazah palsu secara hukum belum selesai, tetapi kini muncul isu relatif baru Jokowi Cloning alias ada Jokowi Palsu. Isu ini sudah sebulan terakhir ini muncul, tetapi Selasa 15 Juli 2025, seorang pemilik akun instagram@Chitovitawiloto muluncurkan unggahan terbaru (baru 2 jam) berjudul: Cloningan Jokowi!

Ia mengunggah postingan di laman depan instagram, pada hari Selasa, 15 Juli 2025, sekitar pukul 07.30, baru ada 35 like, dan lima komentar netizen pada pukul 09.10. Postingan ini menunjukkan bahwa Chritovita Wiloto membandingka detil perbedaan antara ‘video Jokowi’ Sindo sebagai Jokowi asli dengan sejumlah foto “Jokowi cloning”.

Video atas menunjukkan ‘Jokowi Cloning” alias palsu, sedangkan ‘Jokowi Asli’ berdasarkan video dari postingan Sindo. Meski sudah lebih sebulan muncul, akan tetapi masih belum tampak respon besar dari para netizen.

Netizen +62 masih memberi perhatian serius perjalanan isu ijazah palsu yang sudah mendominasi jagad medsos Indonesia shampir setengah tahun ini. Apakah kemudian, ‘Jokowi Cloning’ akan mendomnasi jagad maya Indonesia setelah isu Ijazah Palsu. Ini menjadi pertanyaan berikutnya.

Siapakah Christovita Wiloto. Untuk unggahan di medsos, di menggunakan predikat sebagai Founder & Chairman dari beberapa organisasi, termasuk Strategic Indonesia. Dalam profil LinkedIn dan berbagai sumber resmi, ia disebut sebagai pendiri dan ketua (chairman) Strategic Indonesia, sebuah think tank yang fokus pada isu-isu strategis di Indonesia

Dia disebut sebagai seorang pengusaha muda dan pakar komunikasi asal Indonesia yang dikenal luas di kalangan profesional komunikasi dan perbankan. Sekaligus pimpinan Wiloto Corporation Asia Pacific, sebuah perusahaan konsultan integrasi komunikasi yang telah berkembang hingga memiliki klien di berbagai negara seperti Singapura dan China.

Kariernya dimulai di dunia perbankan, bekerja di beberapa bank swasta nasional, dan kemudian dipercaya sebagai Agency Secretary di Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN/IBRA) pada akhir 1990-an. Di posisi ini, ia bertanggung jawab atas divisi hubungan investor yang mengelola aset senilai ratusan triliun rupiah dan berhubungan dengan lebih dari 400 investor global.

Selain itu, Christovita Wiloto juga dikenal sebagai ahli strategi hubungan masyarakat dan komunikasi krisis dengan pengalaman lebih dari 17 tahun, menangani berbagai krisis nasional dan bekerja dengan korporasi multinasional, pemerintah, serta tokoh politik.

Ia juga pendiri Indonesia Young Entrepreneurs (IYE!) dan beberapa organisasi serta forum investasi seperti Indonesia Investment Forum. Sebagai penulis, ia telah menulis buku berjudul The Power of Public Relations dan Behind Indonesia’s Headlines serta aktif berbagi pandangan di berbagai media dan platform sosial.

Christovita juga aktif dalam memberikan pandangan kritis tentang isu sosial dan politik di Indonesia, seperti yang terlihat dalam komentarnya mengenai istilah “Geng Solo” yang ia usulkan diganti menjadi “Gerombolan Jokowi” untuk meluruskan persepsi publik terkait kekuasaan dan korupsi selama pemerintahan Presiden Jokowi.

Secara pendidikan, ia memiliki gelar Master of Management dari Asian Institute of Management di Filipina dan pelatihan kepemimpinan internasional di Israel dan Amerika Serikat.

Singkatnya, Christovita Wiloto adalah figur penting di bidang komunikasi korporat dan hubungan investor di Indonesia, dengan peran signifikan sebagai pengusaha, penulis, dan pengamat sosial-politik.

Christovita Wiloto mulai mengunggah analisis terkait isu “Jokowi cloning” atau dugaan penggunaan stuntman dan manipulasi visual sosok Presiden Jokowi sejak sekitar awal Juni 2025. Salah satu unggahan di Instagram yang memuat analisa visual sosok Jokowi di Bali, mempertanyakan keaslian dan kemungkinan penggunaan stuntman, diposting baru-baru ini oleh Christovita Wiloto sebagai Chairman Strategic Indonesia.

Selain itu, ia juga mengunggah beberapa video dan foto terkait dugaan manipulasi tersebut di platform TikTok dan Instagram pada bulan Juni 2025. Jadi, analisis tersebut mulai dipublikasikan oleh Christovita Wiloto pada pertengahan tahun 2025, sekitar bulan Juni.

Isi utama analisis Christovita Wiloto tentang Jokowi yang beredar adalah kritik tajam terhadap kelompok orang-orang yang selama 10 tahun kekuasaan Jokowi (2014-2024) yang disebutnya sebagai “Gerombolan Jokowi”, bukan “Geng Solo” seperti yang sering disebut publik.

Ia menegaskan bahwa istilah “Geng Solo” salah dan tidak adil karena menyalahkan asal daerah Solo, padahal banyak warga Solo yang jujur dan menolak kejahatan kekuasaan.

Menurut Christovita, Gerombolan Jokowi adalah sekelompok orang yang mendapatkan jabatan, proyek, dan kekayaan bukan karena kemampuan, melainkan karena kedekatan dengan Jokowi. Mereka berasal dari berbagai kalangan seperti politisi, menteri, pejabat BUMN, aparat penegak hukum, pengusaha, buzzer, wartawan, hingga keluarga dekat Jokowi. Mereka bekerja dalam sistem yang saling melindungi dan menutupi kejahatan, termasuk korupsi besar-besaran di proyek-proyek seperti IKN, bansos, vaksin, tol, dan infrastruktur.

Selain itu, mereka menggunakan hukum untuk melindungi diri dan membungkam kritik, serta media dan buzzer untuk memutarbalikkan fakta dan membodohi rakyat. Christovita juga menyoroti praktik nepotisme dengan mengangkat anak, menantu, dan kroni ke jabatan penting tanpa proses yang adil. Ia menggambarkan kelompok ini seperti geng mafia yang beroperasi di balik jas dan dasi dalam pemerintahan, padahal sebenarnya merampok rakyat.

Christovita juga menegaskan bahwa Solo harus dibela karena bukan Jokowi, dan banyak warga Solo yang hidup jujur dan berjuang untuk keadilan, sehingga tidak adil jika Solo disalahkan atas kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang dekat Jokowi.

Inti analisis ini adalah kritik sistematis terhadap kekuasaan Jokowi dan kelompok pendukungnya yang melakukan korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan secara terstruktur dan sistematis, sekaligus meluruskan persepsi publik terkait istilah yang digunakan untuk menyebut kelompok tersebut. **

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Lapor ke Polda Jogjakarta, Rismon Sianipar: Jokowi Berbohong Soal Kasmujo

16 Juli 2025 - 11:15 WIB

Hadiri Forum HLM di Grahadi, Warsubi: Sederhanakan Izin Via OSS dan Program Pinter Ngaji

16 Juli 2025 - 10:12 WIB

Jaksa Tuntut Hukuman Mati 3 Terdakwa, Sindikat Narkoba 74 Kg Dikendalikan dari Lapas Palu

16 Juli 2025 - 09:56 WIB

Sejumlah Kapolsek dan PJU Polres Gresik Dimutasi

16 Juli 2025 - 06:31 WIB

Usung MPLS Ramah, Wabup Gresik Ajak Siswa Belajar Menyenangkan dan Efektif

16 Juli 2025 - 06:29 WIB

Pemkab Gresik Buka Layanan WhatsApp Lapor GUS

16 Juli 2025 - 06:26 WIB

Korupsi Dana Bergulir Rp 1,5 M Tambah Satu Tersangka, Kejari Jombang Menahan Ponco Mardi Utomo

15 Juli 2025 - 22:04 WIB

Warsubi: Evaluasi Total CFD, Ambulans Tetap Aman Ekonomi Harus Jalan

15 Juli 2025 - 21:34 WIB

Isi Pertalite Sambil Merokok, Warung Madura di Sumobito Terbakar Satu Korban Luka Kerugian Rp 10 Juta

15 Juli 2025 - 21:05 WIB

Trending di Headline