Penulis: Wibisono | Editor: Yobie Hadiwijaya
KREDONEWS.COM, SIDOARJO-Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sidoarjo H Abdillah Nasih membuktikan keseriusannya untuk terus memberikan atensi besar terhadap musibah besar yang menimpa puluhan santri Pondok pesantren ( Ponpes) Al_Khoziny Siwalan Panji Kec Buduran pada Selasa (30/9) lalu.
Selain terus mengikuti perkembangan evakuasi korban yang masih terjebak di reruntuhan bangunan mushala Al Khoziny, Abdillah Nasih juga secara langsung memantau sekaligus memastikan korban yang dirawat RSUD RT Notopuro Sidoarjo, dan yang dirawat tersebar di beberapa Rumah sakit lain telah mendapatkan penanganan medis dengan baik.
Atensi besar ini ia buktikan dengan ditengah kesibukannya,ia masih menyempatkan diri dengan membezuk para korban yang masih menjalani perawatan di rumah sakit itu, Kamis (02/0/2025) siang tadi.
Saat membezuk, Cak Nasih, sapaan pimpinan dewan ini didampingi Ketua Fraksi PKB Dhamroni Chudlori dan beberapa anggota,–di antaranya M. Abud Asyrofi, M. Rojik, Atok Ashari dan Sutadji.
“Alhamdulillah, secara umum semua korban telah mendapat penangan dengan baik di RSUD Sidoarjo. Tidak ada keluhan, justru mereka menunjukkan ketabahan dan semangat yang luar biasa,” tuturnya kepada sejumlah awak media yang menemuinya diruang kerjanya.
Termasuk ditunjukkan Syailendra Haical. Bocah berusia 13 tahun itu saat dievakuasi kondisi lemas, setelah terjebak di reruntuhan bangunan selama tiga hari, kini kondisi kesehatannya berangsur-angsur membaik. “Dia sudah bisa berbicara lancar. Semangatnya luar biasa, bahkan dia berkeinginan untuk bisa segera pulang ke pondok untuk bersekolah,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Cak Nasih yang juga menjabat Ketua DPC PKB Sidoarjo ini bersama rombongan menyambangi beberapa korban lainnya. Salah satunya membezuk Abdul Rozi yang terpaksa kakinya diamputasi.
“Ketabahan dan keihklasan mereka yang luar biasa. Demikian juga pihak keluarga korban, bahwa semua itu adalah musibah dan atas takdir-Nya,” tuturnya. “Mereka ihklas,” tambahnya.
Informasinya saat ini masih terdapat 13 korban yang dirawat di RSUD Sidoarjo. Selain harus mendapat harus pengobatan terbaik, Dhamroni Chudlori menambahkan juga pentingnya dilakukan trauma healing. Yaitu sebuah tindakan proses pemulihan dari luka batin dan dampak emosional atau pengalaman traumatis akibat terjadinya musibah. “Itu juga akan kita komunikasikan dengan stake holder, khususnya dengan dinas kesehatan. Dari PKB pun siap menerjunkan kadernya untuk terlibat dalam program trauma healing,” ujarnya.
Sesalkan Pernyataan Bupati Soal IMB
Lebih lanjut, Cak Nasih maupun Gus Dham, sapaan politikus PKB asal Tulangan ini mengungkapkan rasa bela sungkawa mendalam atas musibah ini. Sisi lain pihaknya menyesalkan adanya pihak-pihak yang mencoba mencari kesalahan, termasuk statemen Bupati Subandi yang menyatakan bangunan mushala Ponpes Al Khoziny berlokasi di Siwalanpanji, Kec. Buduran Sidoarjo yang ambruk itu tidak mengantongi IMB.
Sehingga mengandung arti bahwa ambruknya bangunan mushala merupakan kelalaian dari pihak Ponpes yang tidak mengurus IMB. “Perlu diketahui, ponpes itu berdiri lama, bahkan usianya sudah ratusan tahun dan sudah melahirkan banyak ulama, para kiai maupun santri yang hebat-hebat. Kalau yang disoal itu, saya kira hampir semua bangunan Ponpes di Sidoarjo tidak mempunyai IMB,” tegasnya.
Maka terkait masalah ini, Cak Nasih mengaku telah membahas bersama dewan syuro DPC PKB,–yang didalamnya adalah para kiai, auliyah maupun masyayik. “Hasil komunikasi dengan para ulama, kami memutuskan untuk menegur keras kepada bupati karena statemennya tentang IMB,” ujarnya. “Kami benar-benar kecewa dengan stateman tersebut,” tambah Cak Nasih.
Namun pihaknya setuju untuk ke depan perlu dilakukan mitigasi,–suatu upaya untuk mencegah terulangnya kejadian serupa. Misalnya dibentuk tim khusus melakukan kajian terhadap bangunan Ponpes di Sidoarjo. Selain itu melakukan pendampingan saat Ponpes membangun, sekaligus memberi kemudahan pengurusan IMB. “Kita harus bisa membuktikan bahwa pemerintah hadir di tengah masyarakat.
Ketua Umum BADKO HMI Jatim, M. Yusfan Firdaus, juga menilai komentar itu kurang tepat disampaikan saat keluarga besar pesantren tengah berduka.
“Bangunan roboh tidak ada kaitannya langsung dengan IMB. Sebagai kepala daerah, Bupati seharusnya hadir memberikan dukungan moral, bukan justru menyalahkan pihak pondok,” ujarnya.
Menurut Yusfan, fokus pemerintah daerah seharusnya tertuju pada penanganan korban dan pemulihan aktivitas pesantren, bukan mencari kambing hitam. Ia juga menekankan pentingnya evaluasi menyeluruh terkait standar keamanan bangunan, terutama di lingkungan pendidikan.
“Tragedi ini harus jadi pelajaran bersama. Pemerintah perlu memastikan bangunan pendidikan aman, layak, dan sesuai standar, agar kejadian serupa tidak terulang,” jelasnya.***