Penulis: Jayadi | Editor: Aditya Prayoga
KREDONEWS.COM, NEWYORK- Perusahaan bioteknologi asal Australia, Cortical Labs, telah memperkenalkan apa yang mereka klaim sebagai “komputer biologis pertama di dunia yang dapat menjalankan kode”, menggabungkan sel otak manusia dengan komputasi berbasis silikon tradisional.

Sistem ini, bernama CL1, dipamerkan di Mobile World Congress di Barcelona dan sedang diteliti untuk potensi aplikasinya dalam kecerdasan buatan (AI) dan pembelajaran mesin.
Cara Kerja CL1
CL1 terdiri dari chip silikon yang permukaannya ditumbuhi neuron (sel saraf) manusia hasil laboratorium. Neuron-neuron ini mampu merespons sinyal listrik, membentuk jaringan yang memproses informasi mirip dengan cara kerja otak biologis.
Sistem ini dirancang untuk memungkinkan komunikasi dua arah: impuls listrik merangsang neuron, lalu responsnya direkam dan dianalisis. Agar neuron tetap hidup, CL1 dilengkapi dengan sistem pendukung kehidupan yang mengatur suhu, pertukaran gas, dan kondisi lain yang diperlukan.
Baca juga; Cairan Penambal Ban atau Sealant Tidak Disarankan, Kok Bisa?
Baca juga : Ratusan Mobil Listrik Terbakar, Berikut Ini 7 Alasan Sulit Dipadamkan
Kemiliki Kemampuan Belajar
Salah satu aspek unggulan CL1 adalah kemampuannya belajar dan beradaptasi dengan tugas. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa sistem berbasis neuron dapat dilatih untuk melakukan fungsi dasar, seperti memainkan permainan video sederhana.
Temuan Cortical Labs menunjukkan bahwa integrasi elemen biologis ke dalam komputasi dapat meningkatkan efisiensi dalam tugas-tugas yang sulit ditangani AI konvensional, seperti pengenalan pola atau pengambilan keputusan dalam lingkungan yang tidak terprediksi.
Harga dan Ketersediaan
Cortical Labs mengumumkan bahwa unit CL1 pertama akan mulai dikirim ke pelanggan pada Juni 2024, dengan harga per unit sekitar $35.000 (sekitar Rp 550 juta).
Potensi dan Tantangan
1. Keunggulan Dibanding AI Konvensional
Komputer biologis seperti CL1 mungkin lebih unggul dalam efisiensi pembelajaran dan konsumsi energi dibanding model AI berbasis silikon murni. Adaptabilitas neuron bisa membawa kemajuan di bidang robotika, otomatisasi, dan analisis data kompleks.
2. Kendala Skalabilitas
Namun, produksi dan perawatan sistem berbasis neuron jauh lebih rumit daripada prosesor tradisional. Stabilitas jangka panjang juga menjadi tantangan, karena sel biologis rentan terhadap degradasi.
3. Pertanyaan Etis
Penggunaan sel otak manusia (meski hasil lab dan tidak memiliki kesadaran) memicu debat etis. Perkembangan di masa depan mungkin memerlukan panduan regulasi untuk mengatasi isu moral, terutama jika teknologi ini semakin mendekati simulasi kognisi mirip manusia.
Kesimpulan
CL1 mewakili terobosan di persimpangan biologi dan teknologi, membuka peluang baru untuk AI yang lebih “hidup”. Namun, tantangan teknis dan etis perlu diatasi sebelum komputasi biologis dapat digunakan secara luas.