Menu

Mode Gelap

News

China Satu-satunya Negara Pemilik Teknologi Pemotong Kabel Bawah Laut Sedalam 4.000 Meter

badge-check


					Inilah teknologi pemotong kabel canggih untuk operasi pada kedalaman 4000 meter milik China. Punya manfaat strategis lainnya, dalam perang bisa untuk memutuskan kabel bawah laut di belahan dunia manapun. Foto: bolong.id/CGTN Perbesar

Inilah teknologi pemotong kabel canggih untuk operasi pada kedalaman 4000 meter milik China. Punya manfaat strategis lainnya, dalam perang bisa untuk memutuskan kabel bawah laut di belahan dunia manapun. Foto: bolong.id/CGTN

Penulis: Jacobus E. Lato   |   Editor: Priyo Suwarno

KREDONEWS.COM, CHINA- China memiliki kemampuan teknologi untuk memotong kabel bawah laut yang mampu beroperasi pada kedalaman hingga 4.000 meter,  dua kali lipat dari kedalaman infrastruktur komunikasi bawah laut yang ada saat ini. Teknologi ini dikembangkan oleh Pusat Penelitian Ilmiah Kapal China (CSSRC) bekerja sama dengan Laboratorium Kendaraan Laut Dalam milik negara.

Alat pemotong ini dirancang untuk dioperasikan dari kapal selam berawak maupun tak berawak canggih milik China, termasuk seri Fendouzhe (Striver) dan Haidou. Perangkat ini menggunakan cangkang titanium dan segel khusus yang mampu menahan tekanan ekstrem hingga lebih dari 400 atmosfer di kedalaman laut, sehingga dapat beroperasi dalam jangka waktu lama tanpa kerusakan.

Alat pemotong kabel bawah laut buatan China yang mampu beroperasi di kedalaman hingga 4.000 meter berbentuk perangkat mekanis yang dilengkapi dengan roda gerinda berlapis berlian berdiameter sekitar 150 mm. Roda gerinda ini berputar dengan kecepatan tinggi, yaitu 1.600 rpm, sehingga mampu memotong kabel bawah laut yang diperkuat baja secara efektif.

Perangkat ini memiliki cangkang dari paduan titanium dan segel yang dikompensasi minyak untuk menahan tekanan air ekstrem hingga lebih dari 400 atmosfer pada kedalaman tersebut, sehingga tidak mengalami kerusakan bahkan saat digunakan dalam jangka waktu lama.

Alat ini dioperasikan oleh lengan robotik yang dapat bekerja dalam kondisi jarak pandang hampir nol, dengan teknologi pemosisian canggih untuk memastikan pemotongan tepat sasaran.

Sistem penggerak alat ini menggunakan motor berdaya satu kilowatt dengan peredam gigi 8:1 yang dirancang hemat energi dan meminimalkan panas berlebih selama operasi. Alat ini dirancang untuk dipasang dan dioperasikan dari kapal selam berawak maupun tak berawak canggih milik China, seperti seri Fendouzhe (Striver) dan Haidou.

Secara visual, alat ini menyerupai perangkat pemotong mekanis yang kokoh dan kompak, dilengkapi dengan roda gerinda berlian sebagai mata pisau utama, serta dilengkapi dengan sistem kendali robotik dan pelindung khusus agar dapat berfungsi di lingkungan laut dalam yang sangat keras dan gelap.

Pisau pemotongnya berupa roda gerinda berlapis berlian berukuran sekitar 150 mm yang berputar dengan kecepatan 1.600 rpm, memungkinkan pemotongan kabel bawah laut yang diperkuat baja dengan efektif. Sistem ini juga dirancang hemat energi dengan motor satu kilowatt dan peredam gigi 8:1 untuk menghindari panas berlebih selama operasi.

Awalnya alat ini dikembangkan untuk misi penyelamatan dan eksplorasi sumber daya laut, namun potensi penggunaannya untuk memotong kabel bawah laut strategis menimbulkan kekhawatiran global karena dapat melumpuhkan jaringan komunikasi yang menopang 95% transmisi data dunia. Penggunaan alat ini di lokasi-lokasi strategis seperti Guam dapat mengganggu komunikasi militer dan sipil secara luas, menimbulkan risiko ketegangan geopolitik.

Dengan teknologi ini, China memperkuat kemampuannya mengakses dan mengontrol infrastruktur bawah laut global melalui armada kapal selam canggihnya, yang dapat beroperasi tanpa terdeteksi di kedalaman laut dalam.

Singkatnya, China memang memiliki teknologi pemotong kabel bawah laut yang mampu beroperasi hingga kedalaman 4.000 meter, yang merupakan kemampuan unik dan mengkhawatirkan bagi keamanan komunikasi global.

Seri Fendouzhe (Striver) dan Haidou adalah jenis kapal selam canggih milik China yang digunakan untuk keperluan penelitian dan operasi bawah laut dalam.

Fendouzhe (Striver) adalah kapal selam berawak yang dirancang untuk penelitian laut dalam. Kapal ini memiliki panjang sekitar 7,9 meter dan berat 23,9 ton, mampu menyelam hingga kedalaman ekstrem, termasuk mencapai dasar Palung Mariana di kedalaman sekitar 10.909 meter, yang merupakan titik terdalam di bumi.

Fendouzhe dilengkapi dengan lengan robotik untuk mengumpulkan sampel biologis dan mengidentifikasi objek di sekitarnya. Kapal ini bertenaga listrik dan dapat beroperasi selama sekitar 10 jam di bawah air.

Haidou adalah kapal selam yang juga termasuk dalam armada kapal selam canggih China, yang dapat beroperasi di kedalaman laut dalam, namun informasi spesifik mengenai Haidou lebih terbatas dalam sumber yang tersedia.

Haidou disebut sebagai salah satu platform yang dapat mengoperasikan alat pemotong kabel bawah laut canggih yang dikembangkan China, yang mampu memotong kabel pada kedalaman hingga 4.000 meter.

Kedua seri kapal selam ini merupakan bagian dari upaya China memperluas kemampuan eksplorasi dan operasi bawah lautnya, termasuk kemampuan strategis seperti pengoperasian alat pemotong kabel bawah laut yang dapat mempengaruhi jaringan komunikasi global.

Selain China, negara-negara Amerika dan Eropa belum secara terbuka dilaporkan memiliki piranti canggih pemotong kabel bawah laut yang mampu beroperasi pada kedalaman hingga 4.000 meter seperti yang telah dikembangkan oleh China.

China secara khusus telah mengembangkan perangkat pemotong kabel bawah laut yang revolusioner, mampu memotong kabel pada kedalaman hingga 4.000 meter, yang menggandakan jangkauan teknologi sebelumnya. Alat ini menggunakan roda gerinda berlapis berlian yang berputar dengan kecepatan tinggi dan dirancang untuk tahan tekanan ekstrem di kedalaman laut dalam.

Teknologi ini dikembangkan oleh Pusat Penelitian Ilmiah Kapal Tiongkok dan Laboratorium Kendaraan Laut Dalam milik negara, dan dapat dioperasikan dari kapal selam berawak maupun nirawak canggih milik China.

Sementara itu, negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat dan anggota NATO, lebih fokus pada peningkatan patroli dan perlindungan infrastruktur kabel bawah laut daripada mengembangkan alat pemotong kabel dengan kemampuan serupa.

Misalnya, setelah insiden pemutusan kabel bawah laut di Laut Baltik pada November 2024, NATO meningkatkan patroli dan menggunakan teknologi inovatif untuk mendeteksi anomali di bawah laut, namun tidak ada laporan tentang pengembangan alat pemotong kabel canggih yang mampu beroperasi pada kedalaman 4.000 meter seperti milik China.

Dengan demikian, saat ini hanya China yang diketahui memiliki teknologi pemotong kabel bawah laut dengan kemampuan operasional pada kedalaman 4.000 meter, sementara Amerika dan Eropa lebih menitikberatkan pada perlindungan dan pengamanan kabel bawah laut dari potensi sabotase.**

 

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Vatikan Umumkan Masa Berkabung Untuk Paus Fransiskus Selama 9 Hari

24 April 2025 - 20:53 WIB

Paus Fransisku Wafat, Tujuh Ormas Lintas Agama Sampaikan Duka Cita ke Kedubes Vatikan di Jakarta

24 April 2025 - 20:52 WIB

Bagi Umat Katolik di Gaza, Wafat Paus Berarti tidak ada lagi Telepon

24 April 2025 - 20:20 WIB

Hari Kamis, Puluhan Ribu Orang Padati Basilika Santo Petrus Untuk Berikan Penghormatan Terakhir Kepada Paus Fransiskus

24 April 2025 - 19:42 WIB

PLTU Kalbar Senilai Rp 1,2 Triliun Mangkrak Sejak 2016, Polisi: Masih Dalam Penyelidikan

24 April 2025 - 19:08 WIB

40 Kursi Taman di Jalan Ijen Kota Malang Lenyap, Ini Jawaban Kepala Dinas Lingkungan

24 April 2025 - 18:35 WIB

Viral, Tugu Biawak di Wonosobo, Sangat Hidup meski dengan Biaya Murah

24 April 2025 - 18:13 WIB

Bangun Lintasan Rp 50 Miliar, Bali Gratiskan Nonton Panjat Tebing Dunia 2025 di Nusa Dua

24 April 2025 - 17:51 WIB

Begini Cara Influencer China Mengeruk Pendapatan hingga Rp 47 Triliun

24 April 2025 - 16:51 WIB

Trending di Headline