Penulis: Gandung Kardiyono | Editor: Priyo Suwarno
KREDONEWS.COM, YOGYAKARTA – Memperingati ulang tahun ke-79, Kalurahan Wedomartani, Kapanewon Ngemplak, Kabupaten Sleman, Yogyakarta meluncurkan buku yang berjudul Dari Gebang ke Gedongan pada hari Senin, 3 November 2025.
Buku ini termasuk dalam kategori toponimi, yaitu buku yang membahas tentang nama-nama tempat.
Toponimi membahas asal-usul, makna, sejarah, dan penyebutan suatu tempat atau daerah.
Buku yang memiliki 356 halaman ini ditulis oleh 31 penulis yang berasal dari Kabupaten Sleman.
Mereka dibimbing oleh penulis senior M. Budi Sardjono, Nyadi Kasmoredjo, dan R. Toto Sugiharto.
“Kehadiran buku toponimi ini menunjukkan betapa pedulinya masyarakat dalam mencatat sejarah, menjaga budaya, dan memperkuat identitas lokal,” jelas Nuryadi, SPd, ketua DPRD DIY.
Dian Lakshmi Pratiwi, S. S MA dari Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta menjelaskan bahwa buku Toponimi ini adalah catatan sejarah dari 54 dusun yang ada di Kalurahan Wedomartani.
Buku ini dapat memperkuat identitas budaya dan membangkitkan rasa bangga terhadap daerah tempat tinggal mereka, serta membantu mereka memahami perubahan sosial dan ekonomi yang terjadi dari waktu ke waktu.
Lurah Wedomartani, H. Teguh Budiyanto, dalam sambutannya berkata, “Buku adalah jendela dunia, dan buku memiliki arti yang sangat besar. Dengan adanya buku ini, pengetahuan tidak akan hilang.
Kami berharap masyarakat dapat belajar dari apa yang diajarkan oleh para orang tua kami, sehingga generasi muda mengenal leluhur mereka. ”
Salah satu cerita tentang dusun Ceper mencatat bahwa pada waktu HB VIII sedang sakit. Sultan menerima petunjuk dalam mimpinya bahwa penyakitnya akan sembuh jika ia makan jambu lorodenok, yaitu jenis jambu klutuk yang bijinya sedikit.
Seorang abdi dalem menemukan bahwa jambu ini banyak tumbuh di sebelah utara Kraton Yogyakarta.
Kemudian, jambu tersebut disajikan kepada Sultan dengan menggunakan cawan yang datar dan tidak cekung.
Setelah makan jambu itu, Sultan mulai pulih perlahan.
Karena bentuk wadah yang datar itu, Sultan menamai tempat tumbuh jambu tersebut Ceper, dan nama ini masih digunakan hingga sekarang sebagai dusun Ceper.
Drs. Susmianto, MM, Sekda Kabupaten Sleman, mewakili Bupati Sleman, H. Harda Kiswaya, SE, berharap buku ini bisa menjadi jendela bagi generasi yang akan datang untuk belajar.
“Buku ini menjadi catatan yang asli tentang semangat kearifan lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi dan diabadikan untuk menjaga ingatan serta sejarah yang bisa menjadi pondasi bagi masa depan,” harapnya.**











