Menu

Mode Gelap

Headline

Bongkar dan Bersihkan Ratoon, Areal Tebu 10.787 Ha Jombang Menuju Swasembada Gula 2028

badge-check


					 Program Percepatan Swasembada Gula Nasional melalui kegiatan Bongkar Ratoon dan Pengembangan Areal Tebu tahun 2025 resmi diluncurkan di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, pada Rabu (3/12/2025).  Foto: Jombangkab.go.id Perbesar

Program Percepatan Swasembada Gula Nasional melalui kegiatan Bongkar Ratoon dan Pengembangan Areal Tebu tahun 2025 resmi diluncurkan di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, pada Rabu (3/12/2025). Foto: Jombangkab.go.id

Penulis: Arief Hendro Soesatyo   |   Editor: Priyo Suwarno

KREDONEWS.COM, JOMBANG- Program Percepatan Swasembada Gula Nasional melalui Bongkar Ratoon dan Pengembangan Areal Tebu 2025 diluncurkan di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, pada 3 Desember 2025.

Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) memberikan subsidi bantuan bongkar ratoon tebu tahun 2025 berupa bibit unggul senilai Rp10 juta per hektare ditambah biaya tenaga kerja Rp4 juta per hektare, total Rp14 juta/ha, seperti di Jombang untuk target 2.500 ha.

Bentuknya in-kind (benih 60.000 mata tunas/ha atau 8-10 ton/ha, 40 HOK/ha tenaga kerja) plus dukungan teknologi, didanai APBN Rp1,6 triliun nasional untuk 100.000 ha, dengan Jatim prioritas. Petani pola mandiri (seperti 2.195 ha di Jombang) diusulkan tetap dapat bantuan operasional, meski biaya total bongkar bisa Rp34 juta/ha.

Ratoon pada tanaman tebu merujuk pada tanaman yang tumbuh kembali dari tunas keprasan (dongkelan) batang sisa setelah panen pertama, tanpa penanaman ulang penuh, sehingga disebut juga ratoon cane (RC) atau tebu keprasan.

Proses ini memungkinkan panen berulang (R1, R2, dst.) dari akar dan batang bawah yang tersisa, dengan perawatan seperti keprasan, penyulaman, dan pedot oyot untuk merangsang tunas baru serta akar segar.

Acara ini kehadiran Wakil Gubernur Jatim Emil Dardak, Plt Dirjen Perkebunan Kementan Abdul Roni Angkat, Bupati Jombang Warsubi, serta pejabat Forkopimda dan pemangku kepentingan perkebunan.

Acara selenggarakan  di lahan Gapoktan Wuluh, Kecamatan Kesamben, menekankan peremajaan lahan tebu tua yang produktivitasnya menurun akibat ratoon berulang, diikuti tanam perdana simbolis oleh Wagub, Bupati, dan Forkopimda.

Dari sudut pandang petani, inisiatif ini krusial mengingat tantangan mandiri mereka, di mana 2.195 hektare sudah dibongkar sebelum program resmi Oktober 2025, meski menanti bantuan operasional.

Luas areal tebu Jombang naik menjadi 10.787 hektare pada 2024 dari 10.102 hektare tahun sebelumnya, dengan produksi 787.246 ton dan rendemen 7,11%—peningkatan dari 6,5%—meski produktivitas belum optimal akibat tanaman tua.

Bupati Warsuji targetkan peningkatan dari 70 ton/ha menjadi 80-100 ton/ha via bongkar ratoon 502,22 hektare tahun ini, didukung distribusi benih dan bantuan traktor roda empat ke Gapoktan.

“Meskipun luas lahan bertambah, produktivitas belum maksimal karena banyak tanaman tua. Melalui Bongkar Ratoon ini, kami menargetkan produktivitas tebu kembali meningkat dari rata-rata 70 ton per hektare menjadi 80–100 ton per hektare,” ujar Bupati Warsubi.

Pemerintah Kabupaten Jombang juga berkomitmen penuh mendukung target Pemerintah Pusat untuk mencapai Swasembada Gula Konsumsi pada tahun 2028.

Bupati Jombang Warsubi berharap dukungan Pemerintah Provinsi dan Pusat terkait kelancaran distribusi pupuk bersubsidi khusus tebu, bantuan alsintan (alat mesin pertanian) modern untuk menekan biaya pengolahan dan meningkatkan efisiensi.

Secara nasional, program Kementan alokasikan 100.453 hektare pengembangan tebu 2025, termasuk bongkar ratoon, untuk capai swasembada gula konsumsi 2026-2028 lebih cepat.​

Dukungan Pemerintah 

Wagub Emil usulkan Kementan berikan bantuan ke petani mandiri pola A, sambil soroti hilirisasi tebu ke bio-metanol untuk energi hijau, selaras komitmen pusat perluas 500 ribu hektare areal dan bangun 10 pabrik gula.

Pemkab Jombang minta pupuk subsidi lancar, alsintan modern tebu, dan sinergi provinsi-pusat guna dukung swasembada 2028, dengan Jatim sumbang hampir 50% produksi nasional.

Dari perspektif sosial-ekonomi, kenaikan rendemen tingkatkan pendapatan petani, stabilkan harga gula, dan buka industri turunan seperti bioetanol, tapi keberlanjutan bergantung irigasi, benih unggul, dan kemitraan petani-pabrik. **

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Bocoran Audit, PBNU Transfer Dana Rp 4,15 Miliar kepada Dua Yayasan di Amerika

27 Desember 2025 - 22:16 WIB

Banjir Bandang Landa Balangan Kalsel, 1.466 Rumah Terendam Air Hingga Seatap

27 Desember 2025 - 21:33 WIB

Konflik Internal OPM, Sebby Sambom Berniat Mundur dari Juru Bicara TPNPB

27 Desember 2025 - 20:46 WIB

Pabrik Fraksionasi Plasma Darah Pertama Dibangun di Karawang Investasi Rp 65,4 T

27 Desember 2025 - 20:15 WIB

Truk Tronton Angkut 58 Ton Keramik Rem Blong: Sopir Selamat 4 Korban Luka Ringan

27 Desember 2025 - 17:45 WIB

57 Kendaraan Tabrakan Beruntun di Tol Kan-etsu: 10 Mobil Terbakar, Nenek 77 Tahun Tewas

27 Desember 2025 - 17:19 WIB

Jatuh di Jurang Merapi, Tim SAR Temukan Jasad Aldo Oktawijaya Jerjepit Batu Besar

27 Desember 2025 - 15:17 WIB

Mella Irawanti Kusuma Asal Tanjung Redeb, Tewas Disambar Petir Saat Mendaki Gunung Merbabu

27 Desember 2025 - 14:42 WIB

237 Guru PAI Alumni PPG di Jombang Ikuti Peningkatan Kompetensi

27 Desember 2025 - 14:13 WIB

Trending di Headline