Menu

Mode Gelap

Uncategorized

Besok Malam Jumat Kliwon membahas Kayu dalam Budaya Nusantara

badge-check


					Ilustrasi hutan lindung (gambar AI) Perbesar

Ilustrasi hutan lindung (gambar AI)

Penulis: Agung Sedayu | Editor: Gandung Kardiyono

KREDONEWS.COM, YOGYAKARTA – Kayu bukan sekadar bahan bangunan atau peralatan sehari-hari.

Dalam budaya Nusantara, kayu memiliki kedudukan istimewa sebagai simbol kehidupan, kekuatan, dan hubungan manusia dengan alam.

Sejak masa prasejarah hingga era kerajaan besar seperti Majapahit dan Mataram, kayu telah menjadi medium ekspresi seni, spiritualitas, serta identitas masyarakat.

Kayu sebagai Warisan Sejarah

Di berbagai wilayah Nusantara, kayu digunakan untuk membangun rumah adat yang mencerminkan filosofi hidup masyarakat.

Misalnya, rumah Tongkonan di Toraja yang terbuat dari kayu keras seperti ulin, bukan hanya tempat tinggal tetapi juga simbol status sosial dan spiritual.

Pada masa kerajaan, kayu menjadi bahan utama dalam arsitektur istana, balai pertemuan, dan candi kayu yang kini banyak hilang karena sifatnya yang mudah lapuk.

Namun catatan sejarah menyebutkan bahwa kayu jati dan kayu besi sering dipakai karena kekuatannya.

Kayu juga digunakan dalam pembuatan kapal tradisional seperti pinisi dari Sulawesi Selatan, yang menjadi bukti keahlian maritim bangsa Indonesia sejak berabad-abad lalu.

Makna Filosofis dan Spiritual

Kayu dianggap sebagai simbol kehidupan karena berasal dari pohon yang tumbuh, berbuah, dan memberi oksigen.

Dalam banyak tradisi, pohon besar dianggap sakral dan menjadi tempat ritual.

Dalam budaya Jawa, kayu jati sering dikaitkan dengan keteguhan dan keabadian.

Oleh karena itu, banyak pusaka atau gamelan dibuat dari kayu jati.

Di Bali, kayu digunakan dalam seni ukir yang sarat makna religius.

Patung-patung kayu yang menghiasi pura bukan sekadar dekorasi, melainkan sarana komunikasi dengan dunia spiritual.

Kayu dalam budaya Nusantara adalah cermin hubungan harmonis antara manusia dan alam.

Lebih detail tentang Kayu dalam budaya Nusantara akan dikupas tuntas oleh Dr.Ir. Yustinus Suranto MP.

Dalam sarasehan Kumpul Kadang, Kamis (18/12/2025) pukul 19.00 wib di warung legend SGPC Bu Wiryo, Jl.Agro CT VIII Klebengan, di depan Fakultas Kedokteran Hewan UGM.**

 

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Mengejutkan Curahan Hati ‘Sister Hong Lombok’, MUA Penyandang Disabilitas Sejak Kecil Jadi Korban Bully

17 Desember 2025 - 10:57 WIB

Komunitas Tombo Ati Pentaskan ‘Utiku Sayang’: Masih Memukau Bikin Hati Cles!

25 November 2025 - 15:53 WIB

Jepang tak Pernah Ketinggalan: Kini Cetak Rekor Kecepatan Internet 1.020.000 Gigabit/Detik

24 November 2025 - 01:40 WIB

Kendaraan Listrik Minggir Dulu! JCB Inggeris Jual Mesin Berbahan Bakar Air Emisi Nol

8 November 2025 - 15:12 WIB

Keampuhan Metode LOA Ala Nikola Tesla 3-6-9 Dirasakan Miss Tourism

6 November 2025 - 06:58 WIB

Liga Champions 2025-2026: Liverpool Atasi Real Madrid, Hasil Lengkap

5 November 2025 - 08:34 WIB

Buku Toponimi Cerita tentang Asal-usul Nama Tempat

3 November 2025 - 17:20 WIB

PP 28/2025 Disahkan: Buka Peluang dan Tantangan Baru untuk Web3 Indonesia

1 November 2025 - 17:31 WIB

Polres Jombang Launching Aplikasi E-Pelayanan Masyarakat dan WhatsApp Center ‘Lapor Pak Kapolsek’

29 Oktober 2025 - 16:26 WIB

Trending di Uncategorized