Penulis: Jayadi | Editor: Aditya Prayoga
KREDONEWS.COM, TAKOMA PARK-Selama ini, ikan dikenal sebagai sumber protein sehat, kaya omega-3 dan rendah lemak jenuh. Namun, sejumlah penelitian terbaru mengungkapkan bahwa konsumsi ikan justru bisa meningkatkan risiko diabetes tipe 2, terutama jika dikonsumsi dalam jumlah berlebih. Lalu, bagaimana penjelasan ilmiahnya?
Bukti Terbaru: Konsumsi Ikan dan Risiko Diabetes
Dalam dua tahun terakhir, enam meta-analisis terpisah dipublikasikan untuk mengkaji hubungan antara konsumsi ikan dan diabetes tipe 2. Meta-analisis sendiri adalah kajian ilmiah tingkat tinggi yang menyatukan berbagai penelitian berkualitas untuk melihat pola bukti secara keseluruhan.
Menariknya, hasil di Amerika Serikat menunjukkan konsumen ikan justru berisiko lebih tinggi terkena diabetes. Ketika data dari Eropa juga dimasukkan, risikonya meningkat hingga 38% lebih tinggi pada orang yang rutin mengonsumsi ikan.
Setiap satu porsi ikan per minggu dikaitkan dengan kenaikan risiko sebesar 5%. Jika dikonsumsi setiap hari, artinya risikonya bisa mencapai 35% — bahkan lebih tinggi daripada daging merah, yang hanya meningkatkan risiko sebesar 19% per porsi per hari.
Mengapa Konsumsi Ikan Bisa Berisiko?
Terdapat beberapa kemungkinan penyebab:
1. Peningkatan Kadar Gula Darah: Sebuah tinjauan ilmiah yang dipesan oleh pemerintah AS menunjukkan bahwa minyak ikan dan omega-3 bisa menaikkan kadar gula darah, terutama pada penderita diabetes.
2. Stres Oksidatif dan Kerusakan Sel Pankreas: Konsumsi ikan yang tinggi diduga menyebabkan kerusakan pada sel beta pankreas, yaitu sel yang memproduksi insulin. Dalam studi terbaru, fungsi sel tersebut menurun pada individu yang mengonsumsi dua atau lebih porsi ikan per minggu.
3. Kontaminasi Bahan Kimia Beracun: Ikan, terutama yang hidup di perairan tercemar, berpotensi mengandung polutan organik persisten (POP) seperti dioxin, PCB, dan pestisida berbasis klorin. Zat-zat ini sangat sulit terurai dan bisa menumpuk dalam tubuh.
Jejak Beracun dari Masa Lalu
Kisahnya berawal dari penyemprotan Agent Orange oleh militer AS selama perang Vietnam. Bahan kimia ini ternyata terkontaminasi dioxin, dan menyebabkan lonjakan kasus diabetes pada veteran AS yang terpapar.
Kini, dioxin dan senyawa sejenis diakui sebagai pemicu gangguan metabolik, termasuk diabetes. Bahkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut dioxin sebagai karsinogen kelas 1, dan berbagai penelitian mengaitkan senyawa ini dengan gangguan fungsi insulin.
Manfaat Omega-3 bagi Penderita Diabetes
Di sisi lain, dikutip dari laman Kalbemed, suplementasi omega-3 (EPA dan DHA) dari sumber laut menunjukkan efek positif dalam menurunkan gula darah puasa dan resistensi insulin pada pasien diabetes tipe 2. Meta-analisis dari 30 studi RCT melaporkan bahwa pemberian omega-3 secara signifikan menurunkan kadar gula darah puasa dan resistensi insulin, meskipun tidak berpengaruh signifikan pada HbA1c. Mekanisme ini mungkin terkait dengan peningkatan sensitivitas insulin dan fungsi hormon adiponektin yang membantu mengatur gula darah. Namun, dosis yang digunakan harus sesuai rekomendasi (maksimal 5 gram per hari) untuk menghindari efek samping.
Studi Lokal di Indonesia
Penelitian di Indonesia memberikan gambaran yang sedikit berbeda. Studi di Puskesmas Poasia menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara jenis ikan atau cara pengolahannya dengan kadar gula darah pada penderita diabetes tipe 2. Demikian pula, penelitian di Kendari tentang suplementasi omega-3 pada pasien diabetes tipe 2 tidak menemukan perbedaan signifikan kadar gula darah postprandial sebelum dan sesudah suplementasi, meskipun tren penurunan terlihat.
Lalu, Apa Solusinya?
– Pilih ikan dari perairan bersih atau budidaya berkelanjutan.
– Penderita Diabetes hindari konsumsi jenis ikan yang mengandung merkuri tinggi seperti king mackerel, ikan todak, ikan hiu, dan ikan tongkol. Merkuri dapat memperburuk kerusakan saraf yang sering dialami penderita diabetes dan meningkatkan risiko komplikasi serius.
– Batasi konsumsi ikan tinggi lemak seperti tuna, salmon, dan mackerel.
– Perhatikan frekuensi konsumsi, tidak lebih dari 2–3 kali seminggu.
– Pertimbangkan sumber protein nabati seperti tempe, tahu, dan kacang-kacangan yang tidak memiliki risiko kontaminasi.***(Sumber utama Nutrition Fact)