KREDONEWS.COM, CIANJUR-SMA Sulthan Baruna di Kecamatan Cikadu, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, baru-baru ini menjadi sorotan setelah tes kehamilan yang dilakukan pada siswinya viral di media sosial.
Dalam video yang beredar, terlihat puluhan siswi tengah mengantre untuk menjalani tes urine kehamilan.
Didampingi oleh guru perempuan, mereka masuk satu per satu ke toilet untuk melakukan tes menggunakan alat deteksi kehamilan.
Hasil tes tersebut langsung dibawa oleh pihak sekolah tanpa diumumkan kepada publik.
Kepala Sekolah SMA Sulthan Baruna, Sarman, mengungkapkan bahwa tes kehamilan ini sudah menjadi bagian dari program yang dijalankan sejak dua tahun lalu.
Tes dilakukan setiap selesai libur semester, dengan tujuan untuk mencegah kenakalan remaja, khususnya setelah masa liburan.
“Program ini sudah dilaksanakan selama dua tahun dan dilakukan dua kali setiap tahunnya, yaitu setelah libur semester dan pada awal tahun ajaran baru. Kami ingin memastikan apakah ada siswi yang hamil atau tidak” jelas Sarman, dilansir dari Antara, Kamis (23/1).
Menurut Sarman, kebijakan ini mulai diterapkan setelah ditemukan kasus seorang siswi yang hamil setelah libur semester tiga tahun lalu.
Kejadian tersebut membuat orang tua siswi tersebut memilih untuk tidak melanjutkan pendidikan anaknya.
“Saat itu, orang tua melaporkan bahwa anaknya hamil setelah libur semester, sehingga kami merasa perlu untuk mengambil langkah preventif,” lanjutnya.
Sarman menegaskan bahwa pelaksanaan tes kehamilan dilakukan dengan penuh penghormatan terhadap privasi para siswi.
“Program ini sudah dilaksanakan selama dua tahun dan dilakukan dua kali setiap tahunnya, yaitu setelah libur semester dan pada awal tahun ajaran baru. Kami ingin memastikan apakah ada siswi yang hamil atau tidak” jelas Sarman, dilansir dari Antara, Kamis (23/1).
Menurut Sarman, kebijakan ini mulai diterapkan setelah ditemukan kasus seorang siswi yang hamil setelah libur semester tiga tahun lalu.
Kejadian tersebut membuat orang tua siswi tersebut memilih untuk tidak melanjutkan pendidikan anaknya.
“Saat itu, orang tua melaporkan bahwa anaknya hamil setelah libur semester, sehingga kami merasa perlu untuk mengambil langkah preventif,” lanjutnya.
Sarman menegaskan bahwa pelaksanaan tes kehamilan dilakukan dengan penuh penghormatan terhadap privasi para siswi.
Hasil tes tidak diumumkan kepada publik dan hanya digunakan untuk evaluasi internal sekolah.
“Prosesnya tertutup, mungkin viral karena ada salah satu guru yang merekam dan membagikan video tersebut di media sosial,” sebut Sarman.
Pihak sekolah juga menegaskan bahwa para orang tua mendukung pelaksanaan tes ini sebagai langkah untuk meningkatkan kesadaran siswa mengenai pentingnya menjaga perilaku dan kesehatan reproduksi.
Namun, program ini mendapat kritik dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), yang menilai bahwa tes kehamilan tersebut bersifat diskriminatif, karena menempatkan perempuan sebagai objek seksual.
“Kami prihatin dengan tindakan ini, karena menempatkan anak perempuan sebagai objek seksual,” ujar Ai Maryati, Komisioner KPAI, kepada detikJabar.
Ai juga menekankan bahwa jika tujuan sekolah adalah mengantisipasi pergaulan bebas, edukasi dan literasi kepada siswa seharusnya menjadi prioritas utama.
Sementara itu, Sarman menyatakan bahwa meskipun ada pro dan kontra terkait program ini, pihak sekolah tetap melanjutkannya, karena mendapat dukungan dari orang tua.
“Kami akan terus melakukan ini selama dampaknya positif,” tutupnya.***