Penulis: Ganjar | Editor: Aditya Prayoga
KREDONEWS.COM, SUBANG– Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyoroti isu soal konsumsi ikan lele yang disebut bisa menyebabkan gagal ginjal.
Hal itu ia bahas saat berkunjung ke Balai Pendidikan dan Pelatihan Aparatur serta Balai Riset Pemuliaan Ikan KKP di Sukamandi, Subang, Kamis (3/7/2025).
“Mohon penjelasan apa bener ikan lele itu kalau dikonsumsi bisa menimbulkan gagal ginjal?” tanya Dedi, dikutip dari kanal YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel (5/7/2025).
Petugas KKP menjelaskan, ikan lele memiliki usus yang panjang sehingga proses pencernaan makanannya bisa mencapai 10 hari.
Bila selama periode itu lele diberi makan bangkai, zat berbahaya seperti logam berat bisa terserap dan tertinggal di tubuh ikan. Jika dikonsumsi rutin, zat berbahaya itu dikhawatirkan bisa mengganggu fungsi ginjal manusia.
Petugas juga menegaskan, lele yang sehat adalah yang tidak diberi makan bangkai serta dibudidayakan dengan probiotik. “Tidak boleh dan itu haram, haramnya gini kan tidak boleh memang kita menggunakan bangkai,” ujarnya.
Namun, pandangan ini dibantah oleh dokter hewan dr. Rizky Aprillisan, M.Sc. Ia menyebut klaim soal usus lele dan logam berat terlalu berlebihan.
“Padahal, usus lele itu relatif pendek dan seragam dari depan sampai belakang,” ujarnya. Menurutnya, unsur seperti besi, seng, dan kobalt justru penting bagi tubuh manusia.
Rizky menegaskan, yang perlu diwaspadai adalah logam berat toksik seperti arsenik, kadmium, merkuri, dan timbal.
Meski begitu, hasil penelitian menunjukkan kadar logam berat dalam daging lele masih dalam batas aman, termasuk lele yang hidup di kolam bekas tambang.
Ia juga menjelaskan, penggunaan bangkai sebagai pakan sebenarnya bisa diolah terlebih dahulu agar aman, misalnya dengan dikeringkan atau dimasak.
Soal status halal, menurut pandangan ulama Syafi’i, daging lele tetap halal selama tidak berubah rasa dan bau, apalagi jika telah dikarantina sebelum panen.
“Jadi, lele nggak bikin gagal ginjal. Isu pencernaannya lebay banget, logam beratnya masih aman, dan soal halal haram juga ada ijtihad ilmiahnya,” tegas Rizky.
Ia menutup dengan imbauan agar masyarakat lebih cerdas dalam menyikapi isu pangan.
“Yang penting, pastikan sumber budidayanya jelas dan sesuai standar. Jangan asal konsumsi konten tanpa cek referensinya.”.****








