Penulis: Satwiko Rumekso | Editor: Yobie Hadiwijaya
KREDONEWS.COM, SURABAYA-Ketika seorang bayi lahir, kerabat akan langsung menyadari ciri-ciri keluarga: “Dia punya hidung seperti ayahnya,” atau “Dia mirip sekali dengan neneknya.” Namun, dalam hal kecerdasan , hal itu tidak semudah melihat ciri-ciri fisik.
Banyak orang menganggap kecerdasan sebagai anugerah misterius yang dimiliki sejak lahir atau tidak, tetapi kenyataannya jauh lebih menarik dan kompleks.
Kecerdasan tidak diwariskan seperti warna mata atau jenis rambut. Sebaliknya, kecerdasan merupakan perpaduan yang kaya dan rumit yang dibentuk oleh genetika dan pengalaman hidup , yang bekerja sama untuk menciptakan kemampuan mental unik yang dikembangkan setiap anak.
Penelitian menunjukkan bahwa tidak ada satu gen pun yang menentukan kecerdasan seseorang. Sebaliknya, kecerdasan seseorang bagaikan orkestra tempat banyak gen berkolaborasi untuk menciptakan spektrum kemampuan yang luas.
Menariknya, banyak gen ini ditemukan pada kromosom X. Karena perempuan memiliki dua kromosom X dan laki-laki satu, hal ini menjelaskan mengapa kecerdasan seringkali dikaitkan dengan kontribusi genetik ibu.
Sebuah studi besar dari Universitas Glasgow melacak lebih dari 12.000 anak selama bertahun-tahun. Temuan mereka menunjukkan bahwa IQ ibu merupakan prediktor terkuat kecerdasan anaknya, terlepas dari status sosial, etnis, atau tingkat pendidikan orang tua anak tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa gen-gen kunci yang terlibat dalam keterampilan seperti belajar, bernalar, dan merencanakan kemungkinan besar terletak pada kromosom X ibu.
Namun, genetika hanya menceritakan sebagian dari ceritanya.
Mungkin mudah untuk berpikir bahwa ayah memainkan peran yang lebih rendah dalam kecerdasan, tetapi itu jauh dari benar. Ayah menyumbangkan elemen genetik penting yang berkaitan dengan intuisi , emosi , dan sifat mental lainnya. Namun, lingkungan di sekitar seorang anak membentuk bagaimana potensi genetik tersebut terwujud.
Saya ingat sebuah reuni keluarga di mana sepupu saya yang lebih muda, yang dibesarkan di lingkungan yang sangat berbeda dari kebanyakan kita, membuat semua orang takjub dengan kecerdasannya yang cepat dan kemampuannya memecahkan masalah.
Itu menjadi pengingat yang kuat bahwa dorongan, paparan, dan kesempatan untuk belajar dapat membuka kemampuan mental jauh melampaui prediksi genetika.
Dari anggota keluarga hingga guru dan masyarakat, pengalaman yang dialami anak-anak setiap hari menjadi nutrisi bagi perkembangan pikiran mereka. Otak kita dinamis, beradaptasi, dan berkembang dengan setiap tantangan atau pelajaran baru.
Memandang kecerdasan sebagai perpaduan genetika dan lingkungan sangatlah penting bagi siapa pun yang membesarkan atau mendidik anak. Jika kita terlalu menekankan genetika saja, kita berisiko meremehkan kekuatan pengasuhan, pendidikan, dan pelajaran hidup yang sesungguhnya membentuk kemampuan seseorang.
Menyadari bahwa kedua belah pihak dalam keluarga berkontribusi secara genetik mendorong perspektif yang lebih seimbang dan inklusif. Hal ini juga memberdayakan orang tua dan pengasuh untuk berfokus pada penciptaan lingkungan belajar yang kaya, karena menyadari bahwa upaya tersebut sangat memengaruhi perkembangan anak.
Ketika Anda mendengar seseorang berkata seorang anak “meniru” ibu atau ayah, ingatlah bahwa kecerdasan bukanlah hasil dari satu pengaruh saja. Kecerdasan adalah warisan bersama yang dibentuk oleh gen, lingkungan, dan setiap momen dorongan yang diberikan sepanjang perjalanan.
Peran Gen 40-60 Persen
Konsultan genetik sekaligus spesialis anak, dr Yulia Ariani mengatakan kecerdasan anak ditentukan banyak gen. Gen tersebut memang bisa berasal dari ayah ataupun ibu.
Ia menyebut baik ayah dan ibu sama-sama dapat mewariskan genetik dengan porsi yang seimbang. Yulia mengatakan hanya 40-60% kecerdasan diwariskan orang tua, sisanya bisa dikarenakan berbagai faktor seperti lingkungan.
“Dia (ibu) adalah role model, yang mengasuh, memberi nutrisi, jadi memang seolah-olah ibulah yang dominan,” katanya, dikutip dari laman Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Kamis (16/1/2025).
Di samping studi soal pewarisan kecerdasan anak ini, hal penting yang perlu diketahui adalah ibu perlu membuat kedekatan emosional dengan anak. Menurut para peneliti dari University of Washington hal ini diyakini baik untuk pertumbuhan bagian otak anak.
Anak-anak yang hubungan emosional dan kebutuhan intelektualnya terpenuhi mempunyai hipokampus 10 persen lebih besar. Artinya rata-rata 13 kali lebih besar dari anak-anak yang tidak dekat dengan ibunya.
Hipokampus sendiri merupakan area otak yang berkaitan dengan memori, pembelajaran, dan respons stres.***