Penulis: Jacobus E. Lato | Editor: Priyo Suwarno
KREDONEWS.COM, TIONGKOK- Para peneliti di Tiongkok telah mencapai terobosan besar dengan mengembangkan varietas padi tahan air laut atau “padi air laut,” yang mampu tumbuh di lahan dengan kadar garam tinggi.
Lewat hasil penelitian ini,, maka berpotensi mendongkrak ketahanan pangan dengan memberi makan tambahan ratusan juta orang pada akhir dekade ini.
Proyek ini pertama kali digagas oleh mendiang Yuan Longping, yang dikenal sebagai “Bapak Padi Hibrida” Tiongkok dan pelopor pengembangan padi unggul. Kini, penelitian tersebut dilanjutkan dan dipimpin oleh Qingdao Saline-Alkali Tolerant Rice Research Centre.
Para ilmuwan telah menguji lebih dari 200 varietas padi di daerah pesisir sekitar Laut Kuning. Mereka menemukan strain unggul yang tidak hanya bisa bertahan di media tanam yang mengandung air laut yang diencerkan, tetapi juga menghasilkan panen dengan produktivitas tinggi—dalam beberapa percobaan, hasilnya mencapai 10 ton per hektare, jauh melampaui rata-rata panen padi biasa.
Tahun 2022, varietas “22ZS-44” mencatat hasil panen 10,377 kg per hektare, meningkat 17,1% dari tahun sebelumnya.
Tiongkok memiliki hampir 1 juta kilometer persegi lahan yang terlalu asin untuk pertanian konvensional.
Peneliti memperkirakan bahwa dengan mengonversi hanya 10% dari lahan tersebut menjadi lahan tanam padi air laut, bisa menghasilkan sekitar 50 juta ton beras setiap tahun—cukup untuk memberi makan sekitar 200 juta orang.
Hingga akhir 2024, lebih dari 400.000 hektare telah berhasil ditanami padi air laut, dengan rencana untuk memperluas hingga 667.000 hektare dalam waktu dekat.
Keunggulan padi ini tidak hanya dari daya tahan terhadap salinitas tinggi, tetapi juga memiliki ketahanan terhadap hama dan penyakit serta struktur tanaman yang kuat dan tahan rebah, sehingga meningkatkan produktivitas dan kestabilan hasil panen.
Selain memberikan solusi dalam mengubah lahan yang sebelumnya tidak produktif menjadi lahan pertanian yang subur, pengembangan padi air laut menjadi strategi penting Tiongkok untuk menghadapi tantangan krisis pangan global yang semakin kompleks akibat perubahan iklim dan keterbatasan lahan.
Proyek ini juga telah menarik perhatian dan minat negara-negara lain yang memiliki lahan bercurat garam yang luas, seperti Uni Emirat Arab, di mana teknologi padi tahan air laut sedang diuji coba untuk mendukung swasembada pangan di wilayah gurun.
Secara keseluruhan, padi air laut diproyeksikan dapat meningkatkan produksi beras nasional Tiongkok hampir 20%, mengamankan ketahanan pangan bagi populasi yang besar, dan memberikan kontribusi signifikan bagi kestabilan pangan dunia. **