Menu

Mode Gelap

News

Resesi Seks dan Krisis Bayi Sebabkan Singapura segera Menuju Kepunahan

badge-check


					Elon Musk berkomentar bahwa negara Singapura menuju kepunahan. Perbesar

Elon Musk berkomentar bahwa negara Singapura menuju kepunahan.

KREDONEWS.COM, SINGAPURA- Elon Musk baru-baru ini menyatakan bahwa Singapura, bersama beberapa negara lainnya, sedang menuju kepunahan akibat rendahnya tingkat kelahiran.

Dalam cuitannya di platform X, Musk merujuk pada data yang menunjukkan bahwa tingkat fertilitas di Singapura mencapai angka terendah, yaitu 0,97 anak per wanita, jauh di bawah angka 2,1 yang diperlukan untuk mempertahankan populasi

Pernyataan ini muncul setelah influencer Mario Nawfal mengangkat isu “krisis bayi” di Singapura, yang menyoroti peningkatan proporsi lansia dan penurunan jumlah tenaga kerja.
Nawfal mencatat bahwa pada tahun 2030, hampir satu dari empat warga Singapura akan berusia di atas 65 tahun, sementara rasio dukungan pekerja dewasa terhadap lansia menurun dari enam menjadi empat
Reaksi terhadap pernyataan Musk beragam; beberapa netizen menganggapnya serius dan mendukung argumennya tentang tantangan demografis yang dihadapi Singapura, sementara yang lain skeptis dan berpendapat bahwa solusi harus difokuskan pada insentif untuk keluarga muda agar mau memiliki anak.

Dampak “resesi seks” terhadap kehidupan sosial di Singapura cukup signifikan dan mencakup berbagai aspek, antara lain:Resesi seks telah menyebabkan penurunan angka kelahiran di Singapura, yang mencapai rekor terendah pada tahun 2022 dengan hanya 1,05 anak per wanita.

Hal ini menunjukkan bahwa semakin sedikit pasangan yang memilih untuk memiliki anak, yang dapat mengancam keberlangsungan populasi di masa depan

Fenomena ini juga mempengaruhi hubungan interpersonal. Ketika hasrat untuk berhubungan seksual menurun, kualitas hubungan antara pasangan dapat terganggu. Ketiadaan keintiman fisik seringkali menyebabkan ketidakpuasan emosional dan konflik dalam hubungan

Resesi seks berkontribusi pada ketidakpastian ekonomi di kalangan generasi muda. Banyak orang merasa terbebani oleh biaya hidup yang tinggi dan memilih untuk menunda pernikahan atau memiliki anak, yang pada gilirannya dapat mengurangi daya beli dan pertumbuhan ekonomi

Terdapat perubahan dalam nilai-nilai sosial yang berkaitan dengan seksualitas dan pernikahan. Masyarakat semakin mengutamakan karier dan kehidupan pribadi di atas membangun keluarga, yang menciptakan budaya “menunda” pernikahan dan memiliki anak

Pemerintah Singapura telah mencoba mengatasi masalah ini dengan berbagai insentif untuk mendorong pasangan memiliki anak, namun efektivitasnya masih dipertanyakan. Banyak analis berpendapat bahwa solusi yang ditawarkan tidak cukup untuk mengatasi masalah mendasar yang ada.

Secara keseluruhan, resesi seks menciptakan tantangan kompleks bagi masyarakat Singapura, tidak hanya dalam hal demografi tetapi juga dalam aspek sosial dan ekonomi yang lebih luas. **

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

TNI Ikut Menangani Narkoba, Clue Agar Tak Tumpang Tindih dengan Polri

16 Maret 2025 - 14:45 WIB

Para Mullah Iran Tak Akan Pernah Beruah, Tak Akan Pernah Jadi ‘Sahabat’

16 Maret 2025 - 12:35 WIB

Uang Palsu Lolos UV Asal Mojokerto, Pelaku Berasal dari Berbagai Daerah, Solusi Hindari Upal

16 Maret 2025 - 11:25 WIB

Revisi Usia Pensiun TNI: Upaya Maksimalkan Potensi Prajurit Senior

15 Maret 2025 - 22:38 WIB

Maling M-Banking Makin Megerikan, Ini Cara Menghindarinya

15 Maret 2025 - 16:44 WIB

Ada Preman Berkedok Ormas Ganggu Usaha, Laporkan. Kapolri: Tak Ada Toleransi

15 Maret 2025 - 13:36 WIB

Gegara Bela Letkol Teddy, Jenderal Maruli Dikirimi Surat Terbuka, Polemik Makin Panjang

15 Maret 2025 - 04:33 WIB

Kasus Sujud dan Menggonggong, Ivan Sugainto Mengaku Sudah Minta Maaf ke Sekolah dan Orang Tua Korban

15 Maret 2025 - 00:23 WIB

Di Depan Mahasiswa HKBP Nommensen Menteri Komdigi Meutya Hafid Bicara Soal Literasi Digital dan Judol

14 Maret 2025 - 22:16 WIB

Trending di Headline