KREDONEWS.COM, SINGAPURA- Elon Musk baru-baru ini menyatakan bahwa Singapura, bersama beberapa negara lainnya, sedang menuju kepunahan akibat rendahnya tingkat kelahiran.
Dalam cuitannya di platform X, Musk merujuk pada data yang menunjukkan bahwa tingkat fertilitas di Singapura mencapai angka terendah, yaitu 0,97 anak per wanita, jauh di bawah angka 2,1 yang diperlukan untuk mempertahankan populasi

Dampak “resesi seks” terhadap kehidupan sosial di Singapura cukup signifikan dan mencakup berbagai aspek, antara lain:Resesi seks telah menyebabkan penurunan angka kelahiran di Singapura, yang mencapai rekor terendah pada tahun 2022 dengan hanya 1,05 anak per wanita.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin sedikit pasangan yang memilih untuk memiliki anak, yang dapat mengancam keberlangsungan populasi di masa depan
Fenomena ini juga mempengaruhi hubungan interpersonal. Ketika hasrat untuk berhubungan seksual menurun, kualitas hubungan antara pasangan dapat terganggu. Ketiadaan keintiman fisik seringkali menyebabkan ketidakpuasan emosional dan konflik dalam hubungan
Resesi seks berkontribusi pada ketidakpastian ekonomi di kalangan generasi muda. Banyak orang merasa terbebani oleh biaya hidup yang tinggi dan memilih untuk menunda pernikahan atau memiliki anak, yang pada gilirannya dapat mengurangi daya beli dan pertumbuhan ekonomi
Terdapat perubahan dalam nilai-nilai sosial yang berkaitan dengan seksualitas dan pernikahan. Masyarakat semakin mengutamakan karier dan kehidupan pribadi di atas membangun keluarga, yang menciptakan budaya “menunda” pernikahan dan memiliki anak
Pemerintah Singapura telah mencoba mengatasi masalah ini dengan berbagai insentif untuk mendorong pasangan memiliki anak, namun efektivitasnya masih dipertanyakan. Banyak analis berpendapat bahwa solusi yang ditawarkan tidak cukup untuk mengatasi masalah mendasar yang ada.
Secara keseluruhan, resesi seks menciptakan tantangan kompleks bagi masyarakat Singapura, tidak hanya dalam hal demografi tetapi juga dalam aspek sosial dan ekonomi yang lebih luas. **