Penulis: Jayadi | Editor: Aditya Prayoga
KREDONEWS.COM, KYIV– Ukraina menargetkan kepemilikan hingga 3 juta drone FPV pada akhir 2025. Angka ini hampir dua setengah kali lipat dibandingkan capaian tahun sebelumnya, seiring meningkatnya peran sistem nirawak dalam konflik modern.
FPV merupakan singkatan dari First Person View, yakni jenis drone yang dikendalikan melalui kamera dengan sudut pandang langsung, seolah operator berada di dalam drone. Kendali dilakukan menggunakan kacamata atau layar khusus, sehingga memungkinkan manuver presisi tinggi untuk misi pengintaian maupun serangan.
Informasi tersebut disampaikan Menteri Pertahanan Ukraina Denys Shmyhal, yang menegaskan bahwa percepatan produksi dan pengadaan drone menjadi fokus utama negaranya.
“Peran sistem tanpa awak di medan perang semakin meningkat, yang berarti bahwa produksi alat perang inovatif adalah prioritas utama kami,” ujar Shmyhal.
Ia menyebut, sebagian besar drone yang kini digunakan pasukan Ukraina merupakan hasil produksi dalam negeri. Sepanjang tahun ini, sebanyak 2,4 juta drone FPV telah disuplai ke Angkatan Bersenjata Ukraina melalui Defence Procurement Agency Kementerian Pertahanan Ukraina, mayoritas melalui kontrak langsung dengan produsen.
Selain itu, sekitar 200.000 UAV tambahan dikirimkan melalui sistem IT pertahanan DOT-Chain Defence yang mulai diluncurkan pada akhir Juli. Sistem ini menjadi jalur distribusi alternatif untuk mempercepat penyaluran alat utama sistem persenjataan ke unit tempur.
Tak hanya memperkuat kemampuan udara, Ukraina juga meningkatkan kapasitas darat dengan sistem robotik. Shmyhal menjelaskan, hampir 15.000 sistem robot darat telah dikirim ke berbagai unit militer sepanjang tahun ini, meningkat tiga kali lipat dibandingkan tahun lalu.
Robot-robot tersebut digunakan untuk berbagai misi, mulai dari logistik, evakuasi, pengintaian, penanaman dan pembersihan ranjau, hingga patroli. Sebagian di antaranya telah dilengkapi modul tempur untuk operasi serangan dan pertahanan.
Di sisi lain, Ukraina juga mengembangkan drone interseptor yang sepanjang 2025 beralih cepat dari tahap prototipe ke produksi massal. Kementerian Pertahanan Ukraina kini bekerja sama dengan lebih dari 10 produsen untuk memproduksi drone yang secara khusus dirancang melawan UAV tipe Shahed.
Salah satu contohnya adalah The Sting, yang dikembangkan oleh inisiatif sukarelawan Wild Hornets. Drone quadcopter berkerangka 17 inci ini mampu melaju hingga 315 km/jam dengan jangkauan serang sekitar 25 kilometer. Pengoperasiannya menggunakan kacamata realitas virtual dan dirancang untuk menabrak target di udara.
“Setiap target yang dihancurkan adalah sesuatu yang tidak mengenai rumah kami, keluarga kami, pembangkit listrik kami,” kata seorang komandan Ukraina dengan tanda panggilan Loi.
Keunggulan lain dari drone interseptor Ukraina terletak pada efisiensi biaya. Nilainya diperkirakan berkisar antara US$1.000–US$5.000 (Rp16 juta–Rp80 juta, kurs Rp16.000), jauh lebih murah dibandingkan drone Shahed Rusia yang mencapai sekitar US$35.000 (Rp560 juta, kurs Rp16.000), atau rudal pertahanan udara Barat yang harganya bisa melampaui US$1 juta (di atas Rp16 miliar, kurs Rp16.000).
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyatakan tingkat keberhasilan drone interseptor saat ini telah mencapai 68 persen dan masih terus meningkat.
“Drone interceptor murah telah menjadi sangat penting, dan begitu cepat, sehingga kita dapat menganggapnya sebagai landasan sistem anti-pesawat nirawak modern,” kata analis pertahanan Center for European Policy Analysis, Federico Borsari. “Mereka menyelaraskan kembali persamaan biaya dan skala pertahanan udara,” imbuhnya.
Perkembangan tersebut turut menarik perhatian internasional. Negara-negara NATO telah menyaksikan demonstrasi The Sting di Denmark, sementara Uni Eropa mengumumkan rencana pembangunan “dinding drone” di sepanjang perbatasan timurnya yang ditargetkan beroperasi penuh pada akhir 2027.
Sebelumnya, Panglima Angkatan Bersenjata Ukraina Oleksandr Syrskyi menyatakan sekitar 60 persen serangan terhadap target Rusia kini dilakukan menggunakan drone, dengan 81.500 target dihancurkan atau dirusak hanya dalam November 2025.***











