Penulis: Yusran Hakim | Editor: Priyo Suwarno
KREDONEWS.COM, JAKARTA- Pemerintah Presiden Prabowo Subianto berencana untuk memulai kembali proyek gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME) di tiga lokasi di Sumatera dan Kalimantan.

Keputusan tersebut merupakan salah satu instruksi Presiden Prabowo Subianto saat menggelar rapat terbatas bersama Satuan Tugas (Satgas) Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional di Istana Merdeka Jakarta pada Senin malam, 3 Maret 2025.
Kepala Satgas Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional, Bahlil Lahadalia, mengatakan proyek ini bertujuan untuk mengolah batu bara berkalori rendah, sehingga bisa mengurangi impor liquefied petroleum gas (LPG). Sebelumnya, proyek serupa terhenti karena investor asing, Air Products and Chemicals Inc., mengundurkan diri.
Pengunduran diri ini diduga karena perhitungan investasi yang tidak menguntungkan akibat tingginya harga batu bara.
Pemerintah memastikan proyek DME kali ini tidak bergantung pada investor asing, meskipun teknologi dari luar negeri masih dibutuhkan.
Nilai impor LPG Indonesia setiap tahun mencapai sekitar Rp 63,5 triliun, berdasarkan volume impor sebesar 6,9 juta ton per tahun dengan asumsi harga LPG USD 580 per ton dan kurs Rp 16.000/USD156. Pada skala yang sedikit berbeda, data lain menyebutkan nilai impor sekitar Rp 55,8 triliun, dengan asumsi harga LPG USD 575 per ton untuk volume impor sekitar 6 juta ton per tahun.
PT Bukit Bumi Tangerang
Di Indonesia, sudah ada perusahaan yang berhasil memproduksi Dimetil Eter (DME). Salah satu perusahaan tersebut adalah PT Bumi Tangerang Gas Industri, berkapasitas sebesar 12.000 ton per tahun.
Selain itu, beberapa perusahaan lain sedang dalam proses pengembangan untuk memproduksi DME, seperti PT Bukit Asam dan PT Adaro Energy, yang berencana untuk memproduksi DME dalam jumlah yang lebih besar di masa depan.
Dengan pabrik-pabrik ini, Indonesia berupaya untuk mengurangi ketergantungan pada impor LPG dan memanfaatkan sumber daya batubara secara lebih efisien sebagai bahan baku DME.
Di Indonesia, beberapa perusahaan telah merencanakan dan sedang dalam proses untuk memproduksi Dimetil Eter (DME) dari gasifikasi batubara. Berikut adalah perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam produksi DME:
- PT Bukit Asam Tbk (PTBA): Perusahaan ini merupakan salah satu yang paling maju dalam proyek DME, dengan kapasitas produksi yang direncanakan mencapai 1,4 juta ton per tahun. Proyek ini berlokasi di Riau dan melibatkan kerja sama dengan PT Pertamina dan PT Air Products Indonesia.
- PT Kaltim Prima Coal (KPC): Perusahaan ini juga berencana untuk memproduksi DME, dengan kapasitas sekitar 1,2 juta ton per tahun. KPC akan mengolah metanol menjadi DME.
- PT Arutmin Indonesia: Diharapkan menjadi salah satu perusahaan awal yang mengembangkan gasifikasi batubara untuk memproduksi DME, dengan kapasitas produksi sebesar 1,9 juta ton per tahun.
- PT Adaro Energy Tbk: Merencanakan produksi DME dengan kapasitas 1,4 juta ton per tahun
- Perusahaan Lain: Beberapa perusahaan lain yang juga berencana untuk memproduksi DME termasuk PT Kideco Jaya Agung, PT Berau Coal Energy Tbk, PT Bahari Cakrawala, PT Mandiri Inti Perkasa, dan PT Tirta Primasakti.
Proyek-proyek ini diharapkan dapat membantu mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor LPG dan memanfaatkan sumber daya batubara secara lebih efisien. Namun, beberapa proyek mengalami kendala, seperti hengkangnya mitra asing dalam pengembangan teknologi gasifikasi. **