KREDONEWS.COM, SURABAYA-Tidak semua orang menyukai aromanya yang menyengat dan rasanya yang unik. Membuka kulitnya yang berduri dan mengambil buah di dalamnya juga terkadang perlu upaya keras bagi yang tidak terbiasa. Tapi bagaimana pun juga, durian adalah “rajanya buah”.
Suka atau tidak suka, musim durian akan tetap datang setiap tahunnya di negara-negara Asia Tenggara. Bagi penggemarnya, ini akan menjadi musim yang menyenangkan. Sementara para haters akan menutup hidung rapat-rapat, jangan sampai aromanya tercium.

Selain bentuknya yang unik, dan terkadang sulit menerka apakah isinya sudah masak atau masih mentah, ada beberapa fakta soal durian yang diperoleh dari penelitian ilmiah.
Genom durian, khususnya varietas musang king, memiliki sekitar 46.000 gen – dua kali lipat lebih banyak dari manusia yang memiliki sekitar 23.000 gen. Hal ini disampaikan dalam penelitian yang dilakukan para ilmuwan dari Humphrey Oei Institute of Cancer Research, National Cancer Centre Singapore dan Duke-NUS Medical School, Singapura.
Tim peneliti yang sama juga menelusuri evolusi durian sejak 65 juta tahun yang lalu. Hasilnya, durian ternyata masih berkerabat dengan kakao, buah yang diolah menjadi cokelat.
Tidak heran jika memakan durian akan membuat seseorang merasa rileks dan senang. Pasalnya, durian sama halnya seperti kakao, mengandung triptofan, asam amino yang akan diubah menjadi serotonin, neurotransmitter yang memicu perasaan bahagia.
Aroma Khas
Aroma khas durian berasal dari sekelompok gen yang disebut methionine gamma lyases atau MGL. Gen-gen ini mengatur produksi senyawa bau yang disebut senyawa sulfur atau belerang yang mudah menguap (VSC).
“Analisis kami menunjukkan bahwa produksi VSC pada buah durian sangat tinggi. Temuan ini membenarkan pendapat banyak orang bahwa bau durian seperti ada unsur belerangnya,” kata salah satu peneliti dalam riset ini, Profesor Patrick Tan dari Duke-NUS Medical School.
Bau ini juga ternyata berguna bagi durian yang tumbuh di hutan. Para ahli menduga, bau ini penting bagi durian untuk mengundang hewan-hewan datang dan memakan buahnya. Dengan cara ini, biji-biji durian bisa tersebar dan tumbuh di tempat lain.
Pasti tidak banyak orang yang mengira bahwa durian kaya akan kandungan vitamin C. Secangkir daging durian atau setengah dari keseluruhan daging dari satu buah durian mampu memenuhi 80 persen kebutuhan vitamin C harian manusia. (Kuota harian vit C adalah 90mg untuk lelaki dan 75mg untuk perempuan).
Tentu saja kamu bisa memenuhi kebutuhan vitamin C dengan menyantap jeruk berukuran sedang setiap hari (sekitar 60mg). Tapi kalau disuruh memilih, tentu durian jadi pilihannya. Selain itu, durian juga kaya akan potasium, serat, zat besi dan vitamin B kompleks.
Durian seberat 1 kg memiliki hampir 1.350 kalori dan satu bijinya (sekitar 40 gram) memiliki 54 kalori. Namun, durian tidak mengandung kolesterol. Bahkan durian mampu menurunkan kadar kolesterol jahat LDL karena mengandung lemak tak jenuh tunggal yang menyehatkan jantung.
Jika belum dimasak, tentu saja biji durian tidak akan bisa dimakan. Sebelum disantap, biji durian harus terlebih dulu dibersihkan, direbus di air garam, dikupas, iris tipis dan digoreng dengan minyak panas untuk dijadikan keripik biji durian. Teksturnya yang lembut setelah diolah membuat biji durian bisa jadi pengganti kentang.
Tidak hanya buah dan bijinya, kulit durian ternyata juga bisa dimanfaatkan. Para ilmuwan makanan dari Nanyang Technological University (NTU) menemukan bahwa kulit durian yang tajam bisa diolah menjadi perban luka antibakteri.
Prosesnya dimulai dengan mengekstraksi selulosa dari kulit durian dan mengolahnya menjadi gel lembut, lalu ditekan menjadi lembaran silikon dan dicetak menjadi perban dengan berbagai bentuk dan ukuran. Fenolik yang merupakan ragi alami pembuat roti kemudian ditambahkan dalam perban tersebut untuk membunuh bakteri yang masuk.***