Penulis: Satwiko Rumekso | Editor: Yobie Hadiwijaya
KREDONEWS.COM, SURABAYA-Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebut negerinya akan mengekspor 48 jet tempur ke Indonesia. Hal ini disampaikannya Rabu (11/6/2025) melalui media sosial (medsos) X.

“Saya ingin berbagi dengan bangsa saya pertemuan yang sangat tradisional dan indah dengan pesawat nasional kita KAAN (TF-KAAN),” ujarnya yang diterjemahkan, sebagaimana dilihat CNBC Indonesia.
“Dalam kerangka perjanjian yang kita tandatangani dengan teman dan saudara kita Indonesia, 48 jet Turki akan diekspor ke Indonesia,” tambahnya.
“Saya berharap perjanjian ini akan bermanfaat bagi Turki dan Indonesia, dengan mempertimbangkan kesepakatan yang kuat dan konvergensi industri sabun lokal dan nasional kita.”
Ia pun memberikan salam ke Presiden RI Prabowo Subianto. Menurutnya Prabowo memainkan peran utama dalam penandatanganan perjanjian.
Dalam artikel Oktober 2020, Luerdi dan Hizra Marisa menjelaskan kemungkinan alasan mengapa Indonesia memandang Turki sebagai mitra modernisasi militer kelas atas yang ideal.
Mereka mencatat Turki dapat membantu Indonesia mempersempit kelemahan pertahanan yang ada, seperti keterbatasan basis teknologi dalam negeri, kurangnya perangkat keras militer strategis, dan ketergantungan pada pasokan negara-negara besar. Luerdi dan Marisa menyoroti posisi terdepan Turki dalam teknologi militer dan penjualan senjata sebagai kunci kemitraan semacam itu.
Sejalan dengan itu, laporan Maret 2025 oleh Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI) mengatakan bahwa pada tahun 2024, Turki adalah eksportir senjata terbesar ke-11 secara global, dengan sebagian besar penjualannya ditujukan ke UEA, Pakistan, dan Qatar.
Molly Campbell menyebutkan dalam sebuah artikel pada bulan September 2024 untuk Center for a New American Security (CNAS) bahwa ekspor pesawat nirawak militer berfungsi sebagai pintu gerbang Turki menuju industri persenjataan global. Campbell menyebutkan bahwa sejak tahun 2018, Turki telah menghasilkan 65% dari seluruh penjualan, menyalip China sebagai pemasok pesawat nirawak militer terbesar di dunia.
Jens Bastian menyebutkan dalam laporan Februari 2024 untuk Stiftung Wissenschaft und Politik (SWP) bahwa proyek persenjataan Turki, seperti Bayraktar TB-2, tank tempur utama (MBT) Altay, pesawat tak berawak siluman Anka-3, dan pesawat tempur Kaan menunjukkan tujuannya untuk menjadi independen dari penyedia internasional, secara sistematis mempromosikan inovasi teknologi dengan perusahaan rintisan dan universitas, dan meningkatkan kapasitasnya untuk mengekspor berbagai sistem persenjataan.
Namun, Turki harus menekan biaya mengingat pasar jet tempur yang jenuh. Can Kasapoglu menyebutkan dalam artikel Atlantic Council pada Juni 2024 bahwa Kaan menghadapi persaingan dari F-35 AS, KF-21 Korea Selatan, Rafale Prancis, dan Gripen Swedia.
Kasapoglu mengatakan bahwa promosi penjualan terbaik Turki untuk Kaan adalah memposisikannya sebagai jet tempur alternatif kelas NATO bagi negara-negara yang tidak dapat membeli F-35.***