
Pemimpin Tertinggi Ali Khamenei, 86 tahun, tampak lemah dan jarang terlihat sejak serangan Israel pada Juni 2025 terhadap target-target Iran. Shutterstock
Terjemahan dari artikel asli: Irans Ruling Elite Turn on Each Other
Para analis Iran menuding bahwa perang antarelit tengah melanda Teheran. Para pejabat saling bermusuhan dan mulai melancarkan serangan publik satu sama lain.
Menariknya, aksi seperti itu tidak pernah terjadi sebelumnya. Permusuhan bahkan membuat mereka melontarkan kritik terselubung terhadap Pemimpin Tertinggi Ali Khamenei—seorang otokrat yang menua dan lemah yang telah memerintah negara itu selama lebih dari tiga puluh enam tahun.
Pertikaian politik dan saling ejek mencapai puncaknya sehingga Ali Larijani, salah satu tokoh paling tepercaya Khamenei dan mantan ketua parlemen pun menggunakan X.
Dalam platform media sosial yang dilarang bagi warga tetapi rutin digunakan oleh pejabatnya untuk propaganda dan balas dendam itu, dia menulis. “Beberapa pemimpin politik negara ini masih gagal memahami sensitivitas dan gawatnya situasi saat ini dan dengan mudah terlibat dalam perselisihan satu sama lain. Momen ini menuntut pengendalian diri dan kemurahan hati,” tulis pria kelahiran Irak itu 30 Oktober 2025 lalu.
Dia lalu menambahkan, “Dalam situasi seperti ini, kita harus mengatasi perbedaan kita dan berupaya memperkuat persatuan nasional.”
Beberapa warga menanggapinya. Dengan menuding bahwa Iran tengah dilanda situasi gawat dan sensitif sejak berdirinya pada tahun 1979. Namun pihak berwenang tidak pernah menjelaskan kapan kritik pantas diberikan.
Analis independen berpendapat bahwa tarik-menarik politik yang kini berlangsung tidak ada hubungannya dengan debat kebijakan, melainkan berkaitan dengan kekuasaan dan kendali atas sumber daya ekonomi.
Sejak serangan udara Israel Juni lalu, Khamenei nyaris menghilang dari pandangan publik. Kenyataan itu membuat rakyat Iran tidak yakin siapa yang sebenarnya memimpin negara.
Kritik dan tuduhan dimulai setelah serangan Israel Juni lalu, ketika kekuatan militer Iran terbukti tidak mampu menghentikan Israel dan Amerika Serikat yang menghancurkan fasilitas nuklir, pertahanan udara, dan target strategis lainnya.
Pada bulan Juli, mantan presiden Hassan Rouhani mengkritik Korps Garda Revolusi Islam karena menggelontorkan dana untuk program militer yang tidak efisien.
Para komandan senior Garda Revolusi membalas. Menuduh Rouhani memangkas anggaran pertahanan selama delapan tahun masa kepresidenannya (2013-2021).
Selain itu, Rouhani juga mendesak kebijakan luar negeri yang lebih seimbang sehingga ia pun menyalahkan Rusia karena menempuh pendekatan yang mementingkan diri sendiri dan tidak dapat diandalkan terhadap Iran.
Pernyataan Rouhani tentang Rusia memicu Ketua Parlemen Mohammad Bagher Ghalibaf mengecam Rouhani dan mantan Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif. Pada 1 November 2025, jurubicara presidium parlemen pun turut terlibat sehingga semakini memanasi konfrontasi. Abbas Goudarzi menuduh Rouhani “mengganggu opini publik dan merusak persatuan nasional” dan mendesak pengadilan untuk menindak “pernyataan anti-Rusia” Zarif.
Sebetulnya, kaum garis keras yang bersekutu dengan Korps Garda Revolusi Islam telah menyingkirkan lingkaran Rouhani dan Front Reformasi selama beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2020, setahun penuh sebelum masa kepresidenan Rouhani berakhir, mereka menguasai parlemen dan arena politik melalui pemilihan umum yang diatur dengan ketat.
Namun, persaingan antara faksi-faksi ini telah berlangsung jauh lebih lama. Sejak terpilihnya Mahmoud Ahmadinejad pada 2005 dan munculnya apa yang disebut “front revolusioner”.
Dua faktor yang saling terkait mendorong eskalasi konflik ini: siapa yang akan berkuasa setelah kematian Khamenei, dan bagaimana masing-masing faksi dapat melindungi kekayaan dan pengaruhnya dari pembalasan dendam para pesaing.
Semua orang melihat bahwa waktu Khamenei hampir habis. Di usia 86 tahun, ia tampak rapuh dan tampak semakin lemah setelah kekalahan memalukan pada bulan Juni.
Persoalannya, sebagian besar elit politik bergantung pada ekonomi negara yang korup dan nepotis. Selama empat puluh enam tahun, mereka tidak mengenal persaingan politik yang sebenarnya maupun sistem pasar yang berfungsi. Mereka tidak punya keterampilan untuk berkembang dalam lingkungan demokrasi atau pasar bebas tanpa kekayaan yang mereka bangun di dalam negeri Iran. Kronisme yang mereka ciptakan justru menghancurkan dunia wirausaha yang sayangnya pada saat sama mereka berikan imbalan kepada para pejabat dengan monopoli dan subsidi.
Skandal perbankan baru-baru ini mengungkap dalamnya korupsi ini. Bank Ayandeh, yang dijalankan oleh para pejabat selama bertahun-tahun meminjam banyak uang dari Bank Sentral untuk mendanai usaha-usaha yang meragukan, akhirnya kolaps pada bulan Oktober.
Alih-alih membiarkannya bangkrut, Bank Sentral malah merangkul lembaga itu. Perdebatan nasional yang sengit tentang korupsi pun meledak. Seyyed Yasser Jebraily, seorang pejabat konservatif pun lantas mengutuk sistem tersebut. “Sejak 2018, hampir seratus miliar dolar modal negara dijarah,” tulisnya di X.
“Mata uang asing yang seharusnya mendukung produksi, lapangan kerja, dan kesejahteraan publik justru jatuh ke tangan lingkaran kekuasaan dan kekayaan yang erat, berubah menjadi rampasan keuntungan dan pengkhianatan.”
Banyak warga Iran berpendapat bahwa korupsi—lebih dari sekadar sanksi asing—telah memiskinkan negara. Mereka benar, meski beberapa diplomat Barat terus menerima keluhan Iran tentang sanksi begitu saja. Perilaku rezim lebih penting daripada retorika mereka.
Seiring ketidakpastian yang semakin dalam tentang era pasca-Khamenei, pejabat yang berhaluan kini saling berebut mengamankan posisi dan melindungi saham mereka dalam ekonomi kroni. Praktek ini menjadi dasar keberuntungan mereka. Sekaligus menjadi kemalangan bagi masyarakat Iran.***
- Mardo Soghom Adalah wartawan dan redaktur pelaksana Radio Free Europe/Radio Liberty selama tiga dekade. Ia memusatkan perhatian pada Iran dan Afghanistan hingga 2020 serta menjadi Pemimpin Umum website Iran International English yang berbahasa Inggris.










