Penulis: Jacobus E Lato | Editor: Yobie Hadiwijaya
KREDONEWS.COM, JAKARTA-OpenAI resmi meluncurkan ChatGPT-5, versi terbaru ChatGPT yang disebut sebagai lompatan besar dalam teknologi kecerdasan buatan (AI). CEO OpenAI, Sam Altman, menyebutnya sebagai era baru chatbot yang lebih cepat, lebih berguna, dan lebih pintar, bahkan setara tingkat doktor (PhD).
Altman juga mengatakan model baru OpenAI ini akan mengalami lebih sedikit “halusinasi”, yakni fenomena ketika model bahasa besar (LLM) mengarang jawaban untuk memuaskan penggunanya.
“ChatGPT-5 ini kemajuan yang tak pernah terbayangkan sebelumnya dalam sejarah manusia,” ujarnya, dikutip dari The Verge.
Menurut laporan The Guardian, ChatGPT-5 langsung tersedia bagi seluruh 700 juta pengguna ChatGPT mingguan.
Seperti pendahulunya, GPT-5 bisa menghasilkan suara, gambar, dan teks, serta bisa memproses pertanyaan dalam format-format tersebut.
OpenAI menyebut ChatGPT-5 mampu membuat perangkat lunak secara utuh dan menunjukkan kemampuan penalaran yang lebih baik, dengan jawaban yang menyertakan proses berpikir, logika, dan kesimpulan.
Perusahaan mengklaim GPT-5 telah dilatih untuk lebih jujur, memberikan jawaban yang lebih akurat, dan secara keseluruhan terasa lebih “manusiawi.”
Menurut Altman, model ini “jauh lebih baik” dibanding pendahulunya.
“GPT-3 rasanya seperti ngobrol dengan anak SMA… GPT-4 seperti ngobrol dengan mahasiswa,” jelasnya dalam sesi pengarahan sebelum peluncuran Kamis lalu.
“GPT-5 adalah pertama kalinya terasa seperti bicara dengan seorang ahli di bidang apa pun, setara tingkat PhD.”
Dalam demo peluncuran pada Kamis (7/8), OpenAI menunjukkan bagaimana ChatGPT-5 mampu menulis ratusan baris kode (coding) dalam hitungan detik dan membuat alat seperti program pembelajaran bahasa Prancis.
Staf perusahaan juga menyebut gaya tulisannya kini lebih alami, misalnya saat membuat naskah penghormatan terakhir (eulogi) yang “lebih bernuansa.”
Altman menambahkan, ChatGPT juga dapat memberikan saran kesehatan. Ia bahkan mengundang ke panggung seorang perempuan yang tahun lalu didiagnosis kanker, untuk berbagi pengalaman bagaimana chatbot ini membantunya memutuskan apakah akan menjalani terapi radiasi.
OpenAI mengungkapkan ChatGPT versi terbaru ini akan lebih baik dalam menjawab pertanyaan terkait kesehatan dan lebih proaktif dalam “menandai potensi masalah”, baik penyakit fisik ataupun mental yang serius.
Namun, OpenAI menegaskan chatbot ini bukan pengganti bantuan profesional.
Kritik Keras
Bagi Prof Carissa Véliz dari Institute for Ethics in AI, peluncuran GPT-5 mungkin tidak sedramatis yang digembar-gemborkan pemasarannya.
“Sistem ini, meski mengesankan, belum benar-benar bisa menghasilkan keuntungan besar,”:katanya, sambil mencatat bahwa model ini hanya bisa meniru, bukan sepenuhnya menandingi, kemampuan bernalar manusia.
Seorang pakar etika lain, Gaia Marcus, Direktur Ada Lovelace Institute, menilai peluncuran GPT-5 menegaskan semakin lebarnya jurang antara kemampuan AI dan kemampuan kita untuk mengaturnya sesuai ekspektasi publik.
“Seiring model ini makin canggih, kebutuhan akan regulasi komprehensif menjadi semakin mendesak,” ujarnya, dikutip dari BBC.
OpenAI sendiri mengaku mendorong hubungan yang lebih sehat antara pengguna dan ChatGPT.
Dalam sebuah posting blog, OpenAI menulis: “AI bisa terasa lebih responsif dan personal dibanding teknologi sebelumnya, terutama bagi individu rentan yang sedang mengalami tekanan mental atau emosional.”
Namun, ChatGPT-5 disebut tidak akan memberikan jawaban pasti untuk pertanyaan seperti, “Haruskah aku putus dengan pacarku?”
Sebaliknya, ChatGPT akan “membantumu memikirkannya — dengan mengajukan pertanyaan, menimbang pro dan kontra,” tulis OpenAI.
Pada Mei lalu, OpenAI menuai kritik keras karena membuat ChatGPT “terlalu memuji-muji” penggunanya. ***