Menu

Mode Gelap

Uncategorized

Cerita Hari Ini: Prajurit Estri, Pasukan Elite Perempuan Mangkunegaran Bikin Prajurit Belanda Takluk

badge-check


					Prajurit Estri dalam suatu acara/thenusantarabulletin.com Perbesar

Prajurit Estri dalam suatu acara/thenusantarabulletin.com

Penulis: Jacobus E Lato | Editor: Yobie Hadiwijaya

KREDONEWS.COM, SURABAYA-Pada masa kini sudah banyak kaum perempuan yang menjadi tentara. Namun, pada masa lalu keberadaan mereka sudah ada sejak dahulu bahkan mereka punya satuan tersendiri mirip pasukan khusus.

Kadipaten Mangkunegaran tak hanya memiliki pasukan elit modern beranggotakan para pria, yakni Legiun Mangkunegaran, tapi juga punya Prajurit Estri, pasukan perempuan warisan Sultan Agung. Prajurit Estri ini pernah bertempur dengan pasukan Belanda di daerah Selogiri, Wonogiri yang membuat tentara kompeni kabur ketakutan.

Prajurit Estri dibentuk oleh Pangeran Sambernyawa atau Mangkunegara I. Prajurit Estri beranggotakan perempuan muda dan cantik yang mahir berperang. Mereka memiliki keahlian perang seperti memainkan tombak, pedang, dan menembak.

Mengutip laman resmi Pura Mangkunegaran, prajurit ini juga pandai menunggang kuda dan mampu menembakkan senapan dengan tepat sasaran. Pada umumnya, keterampilan mereka bahkan lebih tinggi dari prajurit lelaki terlatih pada masa itu. Pasukan ini layaknya pasukan khusus yang bisa melakukan berbagai tugas-tugas rahasia.

Namun di sisi lain, Prajurit Estri itu tetap menampakkan sifat asli putri Solo yang terkenal lemah lembut. Mereka tidak hanya dilatih memainkan senjata dan berperang, tetapi juga menari, menyanyi, dan memainkan alat musik.

Prajurit Estri berisi prajurit caping, prajurit gendewa, dan prajurit senapan.

Salah satu peristiwa pertempuran besar terjadi di kemiringan bukit di Desa Selogiri, Wonogiri. Peristiwa tersebut bergolak pada awal 1700-an ketika Pangeran Sambernyawa bergerilya melawan kekuatan kolonial.

Diceritakan dalam peperangan mereka membaur dengan pasukan Pangeran Sambernyawa. Dengan formasi setengah lingkaran, mereka mengepung Tentara Belanda. Terjadi peperangan seru antar kedua belah pihak. Meski banyak jatuh korban, pada akhirnya perang besar itu dimenangkan oleh Prajurit Estri.

Prajurit estri dapat dijadikan model untuk generasi muda dalam melihat nilai-nilai tradisi. Prajurit estri memiliki dua sisi yang saling melengkapi. Ia bisa menjadi perempuan yang lembut dan indah dalam menari. Namun, di sisi lain juga dapat menjelma menjadi perempuan yang tangkas ketika berperang. Prajurit estri menjadi simbol kesetaraan perempuan Jawa.

Di balik kehebatan Prajurit Estri pemimpinnya adalah panglima perempuan pemberani bernama Matah Ati, istri Pangeran Sambernyawa. Matah Ati selalu setia mendampingi perjuangan gerilya Pangeran Sambernyawa melawan VOC-Belanda.

Catatan Naskah Kuno

Peneliti dan ahli naskah kuno di Keraton Kacirebonan, Cirebon, Fika Hidayani dalam paper-nya Prajurit Wanita Jawa dalam Istana Mangkunegara I Surakarta yang dipublikasikan di Muwazah, Volume 5, Nomor 1, Juli 2013 menyebut salah satu tulisan dari masa lampau yang menceritakan tentang prajurit wanita yaitu naskah kuno dengan judul Koninklijk Instituut vor Taal-, Land- en Volkenkunde Oriental (KITLV Or) yang terdiri atas 606 halaman.

Prajurit Estri terampil memanah dan menembak/thenusantarabulletin.com

Naskah ini diberikan oleh Adipati Mangkunegara VII kepada peneliti dari Belanda yang bernama Dr. Pigeud. Naskah kuno tersebut berbentuk buku harian yang melukiskan secara gamblang dan detail mengenai kehidupan penulis dan para wanita lainnya sebagai prajurit wanita.

Selain itu, mencatat perkembangan politik di Keraton, serta mencatat ekonomi dan tata buku keraton. Naskah kuno itu ditulis oleh abdi dalem Adipati Mangkunegara I, yang juga menjadi salah satu anggota korps wanita Adipati Mangkunegara I.

Manuskrip KITLV ini menceritakan tentang para wanita yang menjadi prajurit pribadi Adipati Mangkunegara I, yang berjudul Pangeran Sambernyawa. Tidak tanggung-tanggung, jumlah prajurit wanita yang dipanggil dengan sebutan Prajurit Estri ini menurut Rijklof van Goens, yang pernah mengunjungi Mataram pada abad ke-17, berjumlah 150 wanita muda.

Tugas Prajurit Estri ini di antaranya yaitu mengawal Adipati ketika muncul di depan orang banyak; mengusung perkakas-perkakasnya, seperti bejana air minum, sirih komplet, pipa tembakau, keset, payung, kotak minyak wangi, dan pakaian-pakaian yang akan dipakai menemui tamu yang disukai Adipati; dan menjaga Adipati dengan membawa tombak dan tulup di semua sisi Keraton (Kumar, Ann, 2008:6).

Pembentukan Prajurit Estri ini sebenarnya bukanlah sebuah inovasi dari Adipati Mangkunegara I, tetapi ia meneruskan adat yang sudah lama dianut. Hal ini karena pembentukan koprs prajurit wanita tersebut telah ada sejak masa kejayaan Sultan Agung.

“Para prajurit ini selain mereka dilatih untuk memainkan senjata dan menunggang kuda, juga mereka dilatih bernyanyi, menari, dan memainkan alat musik. Paras mereka haruslah cantik, sehingga menjadi prajurit estri ini merupakan pilihan dari para wanita cantik yang ada di kerajaan,” tulisnya.

Walaupun mereka berparas cantik, namun Raja hampir tidak pernah mengambilnya sebagai istri, atau selalu dihadiahkan kepada bangsawan lain untuk dijadikan istri.

Mereka dianggap lebih beruntung daripada selir yang tidak boleh menerima tawaran pernikahan selama Adipati masih hidup dan kadang-kadang setelah Adipati meninggal. Jadi para wanita yang terpilih menjadi Prajurit Estri ini, menjadi bangga dan bersemangat dalam menjalankan tugas mulia tersebut.

Di dalam naskah KITLV ini diceritakan ketika para Prajurit Estri ini menghadiri sebuah upacara untuk menyambut seorang Gubernur Hindia-Belanda dari pesisir timur laut, mereka mengenakan baju dengan keris seperti baju adat Bali, yang bajunya dihiasi bordiran daun-daun emas, dengan mengenakan ikat pinggang berbordir emas. Mereka berjalan kaki dengan membawa busur dan panah.

Pertunjukan mereka tentu saja membuat kagum dan heran para penonton yang menyaksikan atraksi tersebut. Hal itu selain karena atraksinya menakjubkan, juga dilakukan oleh wanita-wanita tangguh berparas cantik, sehingga bagi siapapun yang melihatnya pasti akan berdecak kagum.

Kemampuan para Prajurit Estri tersebut di masa itu sangat menakjubkan, karena pada zaman itu, masih sedikit orang bahkan prajurit yang memiliki kemampuan menggunakan senjata. Hal ini diutarakan oleh Jan Greeve, Gubernur dari pesisir timur laut itu, di mana ada prajurit Jawa yang tidak cekatan. Bahkan sempat melukai prajurit artileri Eropa, karena senjata mereka meledak dengan tidak sengaja.**

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Burung Gelatik Jawa di Jepang Ini Bisa Ramal Nasib Seseorang

15 Maret 2025 - 18:59 WIB

Cerita Hari Ini: Akal Tumenggung Singaranu Lolos dari Hukuman Mati Sultan Agung

15 Maret 2025 - 11:14 WIB

Cerita Hari Ini: Telik Sandi Mataram Nyimas Utari Berhasil Membunuh JP Coen dengan Racun

14 Maret 2025 - 10:51 WIB

Cerita Hari Ini: Intelnya Ditangkap VOC Serangan Mataram Gagal Lagi

13 Maret 2025 - 11:43 WIB

Cerita Hari Ini: Tahi Jadi Senjata Ampuh VOC Memukul Mundur Pasukan Mataram

12 Maret 2025 - 15:17 WIB

8 Kampus di Indonesia yang Membuka Program Studi AI, di Surabaya Ada Banyak

12 Maret 2025 - 09:03 WIB

Cerita Hari Ini: Ki Bahurekso Menjadi Sakti karena Tapa Ngalong 40 Hari

11 Maret 2025 - 11:36 WIB

Cerita Hari Ini: Gagal Taklukan Batavia, Baurekso dan 744 Pasukannya Dihukum Mati Sultan Agung

10 Maret 2025 - 09:53 WIB

Cerita Hari Ini: VOC Memprovokasi Mataram dengan Mengalahkan Ratu Kalinyamat

9 Maret 2025 - 14:42 WIB

Trending di Uncategorized