Menu

Mode Gelap

Uncategorized

Cerita Hari Ini: Misteri Kematian Pangeran Hanyakrawati Ayah Penguasa Mataram Sultan Agung

badge-check


					Makam raja-raja di Imogiri/Ist
Perbesar

Makam raja-raja di Imogiri/Ist

Penulis: Satwiko Rumekso | Editor: Yobie Hadiwijaya

KREDONEWS.COM, SURABAYA-Kerajaan Mataram Islam begitu melegenda. Nama-nama agung para penguasanya tercatat dalam lembaran sejarah. Kendati demikian kerajaan ini penuh konflik internal antarkeluarga. Salah satu korbannya adalah Raden Mas Jolang atau Panembahan Seda Krapyak.

Gelar Panembahan Seda Krapyak didapatkan Sang Raja usai ia wafat. Konon, kisah kematiannya begitu misterius. Jasadnya kemudian dimakamkan di kompleks Makam Raja-Raja Mataram yang terletak di Kotagede.

Raden Mas Jolang adalah putra dari Panembahan Senopati. Ia merupakan anak yang lahir dari rahim Permaisuri Waskitajawi.

Kakeknya adalah Ki Ageng Pemanahan, yang terkenal karena membuka Alas Mentaok bersama Panembahan Senopati, dan Ki Ageng Panjawi. Menyadur informasi dari laman resmi Kalurahan Panggungharjo, silsilah Raden Mas Jolang jika dirunut akan sampai pada Raja Brawijaya V yang berkuasa di Majapahit.

Raja Brawijaya V tersebut memiliki putra bernama Nawangsih. Nawangsih kemudian memiliki putra bernama Ki Ageng Getas Pendowo. Ki Ageng Getas Pendowo kemudian menurunkan Ki Ageng Sela. Dari Ki Ageng Sela, hadirlah seorang putra bernama Ki Ageng Nis.

Ki Ageng Nis ini adalah kakek dari Panembahan Senopati. Dari Ki Ageng Nis, garis keturunan berlanjut dengan lahirnya Ki Ageng Pemanahan. Ki Ageng Pemanahan kemudian mempunyai putra bernama Danang Sutawijaya atau biasa dikenal sebagai Raja Pertama Mataram Islam, Panembahan Senopati.

Raden Mas Jolang sendiri memiliki dua orang istri, yakni Ratu Tulungayu dan Dyah Banowati. Dari keduanya, Raden Mas Jolang dianugerahi beberapa keturunan, yakni Raden Mas Wuryah (Adipati Martapura), Ratu Pandansari, dan Raden Mas Rangsang (Sultan Agung).

Raja Kedua Mataram ini naik tahta setelah wafatnya Panembahan Senopati pada tahun 1601 Masehi. Mengutip dari buku Ensiklopedi Raja-Raja dan Istri-Istri Raja di Tanah Jawa karya Krisna Bayu Adji, gelar dari Raden Mas Jolang adalah Sri Susuhunan Adi Prabu Hanyakrawati Senapati ing Ngalaga Mataram.

Gelar Panembahan Seda ing Krapyak atau Sunan Seda Krapyak baru akan muncul setelah sang Raja menemui ajalnya.

Disebutkan bahwa sejatinya, Panembahan Senopati akan menunjuk Pangeran Pringgalaya untuk menjadi penggantinya. Panembahan Senopati kemudian menerima wangsit yang menyebutkan bahwa Raden Mas Jolang nantinya akan menurunkan raja besar yang dapat menyatukan Tanah Jawa.

Akibatnya, keputusan yang diambil adalah mengangkat Raden Mas Jolang sebagai penggantinya. Benar saja, Raden Mas Jolang kelak menurunkan Sultan Agung yang perkasa.

Tetapi pengangkatan ini diwarnai persoalan sendiri, pasalnya Mas Jolang berseteru dengan Pangeran Puger atau Raden Mas Kentol Kejuron, yang juga anak dari Panembahan Senopati dari selir bernama Nyai Adisara.

Saat itu, putra pertama Senopati yang bernama Raden Rangga Samudra (lahir dari Rara Semangkin) telah meninggal sejak lama. Hal ini membuat Pangeran Puger sebagaimana dikutip dari buku “Babad Tanah Jawi”, dari Soedjipto Abimanyu, menjadi putra tertua dan merasa lebih berhak atas tahta Kesultanan Mataram daripada Mas Jolang.

Tapi pengangkatan Pangeran Hanyakrawati sebagai pewaris tahta Mataram memunculkan persoalan konflik keluarga Senopati. Anak keduanya Pangeran Puger konon sampai tidak sudi menghadap ke pertemuan kenegaraan di Mataram kala itu.

Menyadari hal itu, Hanyakrawati pun mengangkat kakaknya itu sebagai Adipati Demak. Meskipun demikian, Pangeran Puger tetap saja memberontak pada tahun 1602. Perang saudara selaku keturunan Panembahan Senopati pecah, karena dua anaknya yang berkuasa di Mataram dan Demak.

Akhirnya, pada tahun 1605, Pangeran Puger dapat ditangkap dan dibuang ke Kudus. Putra Pangeran Puger kemudian diangkat sebagai Bupati Pati, yang bergelar Adipati Pragola. Namun, ia kemudian memberontak terhadap pemerintahan Sultan Agung, putra Prabu Hanyakrawati pada tahun 1627.

Raden Mas Jolang wafat pada tahun 1613 akibat banteng. Dikisahkan bahwa banteng tersebut sejatinya adalah jelmaan seseorang yang bertujuan untuk membunuhnya.

Raden Mas Jolang sendiri wafat di wilayah Krapyak sehingga mendapat gelar Panembahan Seda Krapyak. Seda sendiri adalah bahasa Jawa yang berarti wafat, sedangkan Krapyak adalah tempat wafatnya.

Versi lain Babad Mataram, menyebutkan bahwa Panembahan Hanyakrawati wafat akibat diracun oleh Juru Taman Danalaya, abdi kesayangan raja sendiri. Abdi ini dikisahkan sering kali menimbulkan keonaran di lingkungan dengan menyamar menjadi Raja, sehingga menyesatkan para istri dan selir Raja. Kisah ini juga diinterpretasikan dalam “Suluk yang berisikan wejangan mistik Kanjeng Sunan Bonang pada abdi kesayangan Raja Majapahit.***

 

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Cerita Hari Ini: Menakjinggo Pria Sakti yang Dikibuli Ratu Majapahit

8 September 2025 - 13:00 WIB

Blood Moon Akan Terlihat di Seluruh Indonesia, Malam Ini

7 September 2025 - 18:44 WIB

Hantu Indonesia dengan Hantu Jepang Serupa Tapi Tak Sama

7 September 2025 - 15:55 WIB

Teknologi Phone Farm Untuk Pengaruhi Opini dan Perangkat Minimal yang Dibutuhkan

6 September 2025 - 19:56 WIB

Kita Tidak Pernah Bisa Menghitung Luas Lingkaran dengan Tepat

6 September 2025 - 07:49 WIB

Cerita Hari Ini: Di Indonesia, Aksi Protes Sudah Ada Sejak Era Majapahit

1 September 2025 - 15:28 WIB

Cerita Hari Ini: Kisah Raden Panji Dikelabui Kuntilanak Ganas Kalakunti di Hutan Keramat

26 Agustus 2025 - 11:37 WIB

Cerita Hari Ini: Sunan Bungkul, Petinggi Majapahit Penyebar Agama Islam Berumur 300 Tahun

25 Agustus 2025 - 11:43 WIB

Cerita Hari Ini: Kisah Sawunggaling Pukul Mundur 5.000 Pasukan Kompeni dan Tiga Kapal Perang

22 Agustus 2025 - 13:53 WIB

Trending di Uncategorized