Penulis: Satwiko Rumekso | Editor: Yobie Hadiwijaya
KREDONEWS.COM, SURABAYA-Amangkurat II dan Pangeran Puger adalah putra dari Amangkurat I. Mereka berdua adalah saudara tiri, karena terlahir dari ibu yang berbeda.

Amangkurat II terlahir dengan nama Raden Mas Rahmat, lahir dari permaisuri pertama Amangkurat I, yaitu Ratu Kulon. Amangkurat II merupakan kakak dari Pangeran Puger.
Pangeran Puger atau sering dikenal sebagai Sunan Pakubuwana I, terlahir dengan nama Mas Raden Darajat, lahir dari permaisuri kedua Amangkurat I, yaitu Ratu Wetan. Ratu Wetan sendiri merupakan keturunan dari keluarga Kajoran, keturunan Pajang.
Sebelum wafat, Amangkurat I memberikan mandat kepada Amangkurat II untuk meneruskan tahtanya kelak sebagai raja, namun Raden Mas Rahmat atau yang kelak bergelar Amangkurat II tidak bersedia.
Terjadinya konflik antara Amangkurat I dengan Raden Mas Rahmat, membawa raja pada keputusan untuk menunjuk Pangeran Puger sebagai Adipati Anom, untuk menggantikannya. Pangeran Puger menerima mandat tersebut.
Lalu, terjadilah pemberontakan Trunajaya pada tahun 1674, dan muncul kabar bahwa keluarga Kajoran, keluarganya Pangeran Puger dari pihak ibu, terbukti mendukung pemberontakan tersebut. Gelar Adipati Anom dicabut oleh Amangkurat I dari Pangeran Puger.
Karena pemberontakan tersebut, Amangkurat I melarikan diri untuk mengungsi, juga dengan Amangkurat II yang menolak melawan pemberontakan di Plered.
Berbeda dengan Amangkurat II, Pangeran Puger justru melawan pemberontakan tersebut, ia ingin membuktikan bahwa tidak semua keluarga Kajoran terlibat pemberontakan Trunajaya.
Lika-liku perjuangan Pangeran Puger cukup berat, banyaknya pasukan Trunajaya membuat Pangeran Puger terpaksa menyingkir ke desa Jenar, membangun istana bernama Keraton Purwakanda, mengangkat dirinya sebagai raja dengan gelar Susuhunan Ing Alaga.
Tidak adanya penguasa di Plered, sehingga Trunajaya berhasil melakukan penjarahan harta pusaka Mataram, dan pindah ke markasnya di Kediri setelah itu.
Ini merupakan kesempatan bagi Pangeran Puger, ia kembali ke Plered untuk menduduki Plered dan menumpas sisa-sisa pemberontakan Trunajaya, ia lalu mengangkat dirinya sebagai raja Mataram yang baru.
Di sisi lain, di pengungsiannya, sebelum wafat, Amangkurat I menunjuk Raden Mas Rahmat untuk menggantikannya sebagai raja di Kerajaan Mataram Islam. Raden Mas Rahmat berubah pikiran, ia berusaha merebut kembali tahta kerajaan yang dimiliki adiknya.
Situasi ini menyulitkan bagi Raden Mas Rahmat, gelar Amangkurat II sudah di atas kepalanya, namun ia tidak memiliki istana.
Karena itu, ketika istana Plered dikuasai oleh Pangeran Puger, perundingan tidak mendapat jalan tengah, sehingga Amangkurat II memindahkan pusat kerajaan dari Plered ke Kartasura pada 1680 M.
Kemudian Amangkurat II berunding dengan pengikutnya untuk mendirikan kerajaan yang baru. Setelah disepakati, akhirnya kerajaan tersebut berdiri dengan nama Kasunanan Kartasura pada tahun 1680 M.
Lalu di sinilah hubungan dua saudara mulai memanas, perseteruan antara Amangkurat II dan Pangeran Puger dilatarbelakangi oleh konflik dari berbagai aspek, banyak pihak dan kejadian yang membuat hubungan keduanya semakin keruh.
Salah satunya adalah VOC. Jika pada masa keemasannya VOC diperangi oleh kerajaan Mataram Islam, namun karena adanya perang saudara ini, VOC ikut serta memegang peran dalam peperangannya. Selain itu, VOC juga banyak meraup keuntungan dari perang saudara ini.
Kerajaan Mataram Islam saat itu mempunyai dua raja, yaitu Amangkurat II yang berkeraton di Kartasura dan Pangeran Puger atau Pakubuwana I yang berkeraton di Plered.
Amangkurat II kemudian bekerja sama dengan VOC untuk menyerang plered, hal ini menyebabkan perang saudara kembali terjadi, meluluhlantakkan kota Plered. Pangeran Puger pun berhasil ditaklukan Amangkurat II dengan bantuan VOC.
Kemudian Kerajaan Mataram di Plered resmi menjadi bagian dari Kasunanan Kartasura. Dari perseteruan keduanya, yang jelas-jelas diuntungkan di sini adalah VOC.
Belanda jadi memiliki pengaruh dalam pemerintahan di Kerajaan Mataram Islam dan Belanda memperoleh daerah di selatan Batavia.***