Menu

Mode Gelap

Uncategorized

Cerita Hari Ini: Di bawah Tawangalun II Wilayah Blambangan Sampai Kediri

badge-check


					Kerajaan Mengwi tempo dulu Perbesar

Kerajaan Mengwi tempo dulu

Penulis: Satwiko Rumekso | Editor: Yobie Hadiwijaya

KREDONEWS.COM, SURABAYA-Prabu Tawangalun II atau Kangjeng Susuhunan Prabu Agung Tawangalun II lahir di Balambangan dengan nama Mas Raka Sanepa atau Raden Mas Kembar. Prabu Tawangalun II adalah raja terbesar di Kerajaan Blambangan yang pernah dua kali berkuasa yakni antara tahun 1649-1652 dan antara tahun 1655-1691.

Nama beliau nunggak semi dengan nama sang ayah, Menak Seruyu, yang juga disebut sebagai Prabu Tawangalun Nyakra atau Tawangalun I, yang berkuasa di Kuthadawung (Kedawung, di Paleran Umbulsari, Jember) sebagai raja Balambangan ke-7 yang berkuasa antara tahun 1633-1647.

Pada tahun 1638-1639, Kesultanan Mataram menyerang Blambangan, hingga membuat Prabu Tawangalun I terpaksa melarikan diri ke timur gunung (wilayah Banyuwangi saat ini di daerah Kedawung Sraten, Cluring, Banyuwangi), sedangkan putra mahkotanya, Mas Kembar, menjadi tawanan dan diboyong ke Mataram.

Blambangan dapat bertahan di sebelah timur gunung dan usaha-usaha Mataram melebarkan kekuasaan ke daerah ini tidak pernah berhasil. Hal ini mengakibatkan kawasan Blambangan Timur (Banyuwangi pada umumnya) tidak pernah masuk ke dalam budaya Jawa Tengah. Maka dari itu, sampai sekarang kawasan Banyuwangi memiliki ragam bahasa yang cukup berbeda dengan bahasa Jawa baku.

Di bawah kekuasaan Kesultanan Mataram, pada tahun 1649, Raden Mas Kembar naik tahta sebagai Adipati Miji dengan gelar Pangeran Tawangalun. Sepeninggal Sultan Agung dari Mataram, ketika Mataram dipimpin oleh Sunan Amangkurat Agung (mangkurat I), Prabu Tawangalun II mendeklarasikan kemerdekaan Blambangan ketika menghadiri Pisowanan (tahun 1652) di istana Mataram.

Mulai sejak saat itu Blambangan adalah wilayah yang merdeka. Sepulangnya ke Blambangan dia menyandang gelar sebagai Susuhunan Macanputih untuk menegaskan bahwa tahtanya sederajat dengan tahta Susuhunan Mataram.

Karena bersitegang dengan Patih-nya yakni Mas Wila yang tak lain adalah adiknya sendiri,[1] Pangeran Tawangalun kemudian mengalah dan bertapa di Pangabekten di kaki Gunung Bayu (Gunung Raung). dimana dia kemudian bertemu seekor Harimau putih yang menunjukkannya tempat untuk membangun pusat pemerintahan yang baru di Alas Sudimara (kini daerah Macanputih, Kabat, Banyuwangi). Di lokasi tersebut dia membangun Kota Macanputih selama lima tahun sepuluh bulan.

Pada tahun 1659, adiknya yang waktu itu menjadi raja Kedawung, Mas Wilabrata, menyerang Macanputih namun dapat dipukul mundur dengan kemenangan di pihak Macanputih. Sejak itu Kedawung dan Macanputih disatukan kembali dan Ibukota Kerajaan Blambangan dipindahkan dari Kedhawung ke Macanputih. Prabu Tawangalun II berkuasa kembali sebagai raja Blambangan antara tahun 1655-1691.

Menengahi Konflik di Bali

Tahun 1651, Patih Gelgel yang bernama Patih Agung Kryan Maruti merebut tahta Kerajaan Gelgel dari tangan Dewa Agung Segening (Dalem Seganing) dan sempat berkuasa sebagai raja Gelgel bergelar I Gusti Agung Maruti (1651-1687). Selanjutnya putra Dalem Seganing yang bernama Dewa Agung Jambe dari Sidemen, Karangasem merebut kembali haknya dari tangan I Gusti Agung Maruti.

Di sini kemudian Kangjeng Suhunan Tawangalun II tampil sebagai penengah untuk mendamaikan kedua belah pihak. Setelah berdamai, Pangeran Dewa Agung Jambe mendirikan istana baru di Semarapura dan sejak itu berdirilah Kerajaan Klungkung. Dewa Agung Jambe menjadi raja pertama dengan gelar I Dewa Agung Jambe (1687-1700).

Putra-putra dari I Gusti Agung Maruti kemudian mengungsi ke desa Jimbaran. Mereka bernama I Gusti Agung Putu Agung dan I Gusti Agung Made Agung, keduanya menjadi penguasa di desa Jimbaran dan mendirikan Kerajaan Mengwi dan Pura Taman Ayun. Tahta pertama dipegang oleh I Gusti Agung Made Agung dengan gelar I Gusti Agung Bima Sakti. Sedangkan I Gusti Agung Putu Agung memilih menjadi seorang petapa (selanjutnya mendirikan Kerajaan Kuramas (lihat Puri Gede Keramas).

Selanjutnya Kangjeng Suhunan Tawangalun II membantu Raden Trunajaya dan Karaeng Galesong melawan Mangkurat Agung (Amangkurat I). Peristiwa ini dikenal dengan Pemberontakan Trunajaya (atau Perang Trunajaya, juga dieja Pemberontakan Trunojoyo) karena dipimpin oleh bangsawan Madura, Raden Trunajaya, dan sekutunya, pasukan dari Makassar, melawan Kesultanan Mataram yang dibantu oleh Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) di Jawa pada dekade 1670-an.

Perang ini berawal dengan kemenangan pihak Pangeran Trunajaya dan sekutu-sekutunya. Pasukan Trunajaya mengalahkan pasukan Mataram di Gegodog (1676), lalu berhasil menduduki hampir seluruh pantai utara Jawa dan merebut keraton Mataram di Keraton Plered (1677).

Dalam Perang Trunajaya tersebut Kerajaan Blambangan yang berada di pihak Trunajaya berhasil merebut kembali daerah-daerah kekuasaannya dari tangan Mataram. Di bawah pemerintahan Kangjeng Suhunan Tawangalun II, kerajaan Blambangan maju dengan pesat di mana kekuasaannya menyatu dari Banyuwangi, hingga ke Kediri.***

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Arkeolog Dunia Terkejut: Kapak Zaman Perunggu Terbuat dari Meteorit Ditemukan di Kalimantan

16 September 2025 - 19:39 WIB

Cerita Hari Ini: Tawangalun Penguasa Blambangan yang Naik Macan Putih untuk Temukan Wilayah Kerajaannya

16 September 2025 - 13:32 WIB

Cerita Hari Ini: Mas Sembar Raja Blambangan Pertama Beribu Kota di Semboro Jember

15 September 2025 - 11:58 WIB

Cerita Hari Ini: Menakjinggo Pria Sakti yang Dikibuli Ratu Majapahit

8 September 2025 - 13:00 WIB

Blood Moon Akan Terlihat di Seluruh Indonesia, Malam Ini

7 September 2025 - 18:44 WIB

Hantu Indonesia dengan Hantu Jepang Serupa Tapi Tak Sama

7 September 2025 - 15:55 WIB

Teknologi Phone Farm Untuk Pengaruhi Opini dan Perangkat Minimal yang Dibutuhkan

6 September 2025 - 19:56 WIB

Kita Tidak Pernah Bisa Menghitung Luas Lingkaran dengan Tepat

6 September 2025 - 07:49 WIB

Cerita Hari Ini: Di Indonesia, Aksi Protes Sudah Ada Sejak Era Majapahit

1 September 2025 - 15:28 WIB

Trending di Uncategorized