Menu

Mode Gelap

Uncategorized

Cerita Hari Ini: Raden Ronggo Diduga Pembunuh Sebenarnya Ki Ageng Mangir

badge-check


					Raden Ronggo berolah raga dengan tiga batu ini Perbesar

Raden Ronggo berolah raga dengan tiga batu ini

Penulis: Satwiko Rumekso | Editor: Yobie Hadiwijaya

KREDONEWS.COM, SURABAYA-Dalam Babad Tanah Jawi dikisahkan Ki Ageng Mangir dibunuh oleh Panembahan Senopati saat pisowanan agung, yakni sebagai menantu Ki Ageng Mangir menghadap Senopati. Namun saat menyembah Senopati membenturkan kepala Ki Ageng Mangir ke  alas duduknya sehingga Mangir Wonoboyo III tewas seketika.

Namun ada cerita lain, bukan Panembahan yang membunuhnya tapi anak Senopati bernama Raden Rongo pembunuh sebenarnya.

Raden Rangga (Ronggo) adalah putera Panembahan Senopati dari isteri Retno Dumilah dari Madiun. Menurut beberapa versi, dialah pembunuh Ki Ageng Mangir yang sebenarnya. Konon Ki Ageng Mangir dibunuh ketika sedang sholat di ruang sholat Panembahan Senopati.

Ketika sedang sujud, Raden Ronggo menyelinap masuk dan menghantamkan batu bulat besar ke belakang kepala Ki Ageng Mangir. Konon Raden Ronggo dihasut dan dipengaruhi oleh para adipati yang mbalelo dan beberapa oknum kerabat keraton yang merasa kawatir tersingkir oleh kehadiran Ki Ageng Mangir yang tiba-tiba jadi menantu tertua Panembahan Senopati.

Seperti diketahui ada tiga buah batu besar, bulat, berwarna kuning yang sering dipakai mainan oleh Raden Ronggo sehari-hari. Watu gatheng namanya. Konon orang biasa tidak mampu mengangkat batu bulat yang berat tersebut.

Olah-raga sehari-hari Raden Ronggo adalah melempar-lempar atau mengangkat-angkat watu gatheng tersebut. Maka tak heran kalau badannya semakin terbentuk dan gempal. Raden Ronggo yang berbadan kekar dan ganteng itu, memang dikenal ahli berkelahi, sayangnya punya sifat yang ugal-ugalan.

Hal ini yang membuat ayahandanya, Panembahan Senopati, prihatin. Untuk memperbaiki budi pekertinya, Raden Ronggo dikirim ke padepokan eyangnya, Ki Juru Martani.

Alkisah suatu hari Raden Ronggo sedang iseng bermain-main di suatu pinggiran hutan dekat rumah eyangnya. Dia dikenal sebagai seorang yang sakti. Mainannya sehar-hari bukanlah mainan biasa seperti yang dimainkan oleh kebanyakan anak muda lainnya.

Yang biasa dimainkan oleh Raden Ronggo adalah sebuah batu besar dengan cara ditepuk-tepuk dan ditusuk-tusuk dengan ujung jarinya layaknya barang empuk seperti adonan kue. Bagi orang lain yang melihatnya, itu benar-benar pertunjukan yang mencengangkan. Dia melakukan itu bukan dengan menguatkan jarinya seperti besi, tetapi batu tersebut yang dia lunakkan seperti adonan untuk membuat kue apem.

Ketika sedang asyik bermain tersebut, tiba-tiba datanglah sang eyang, Ki Juru Martani. Ditegurlah Raden Ronggo : “Hai cucuku, jangan main-main dengan batu itu. Batu itu keras, nanti tanganmu sakit !” Seketika begitu mendengar kata-kata Ki Juru Martani tersebut, tiba-tiba batu yang dibuat mainan Raden Ronggo itu berubah menjadi keras.

Spontan Raden Ronggo menjerit kesakitan ketika jari-jari tangannya dia tusuk-tusukkan ke batu itu. Padahal sebelumnya baty itu empuk saja. Merasa dikerjai oleh eyangnya, Raden Ronggo pun diam-diam merasa gusar kepada Ki Juru Martani.

Raden Ronggo yang sebelumnya bisa fokus menganggap batu tersebut lunak, tiba-tiba pikirannya buyar oleh ucapan Ki Juru Martani tersebut. Karena konsentrasi buyar, maka batu itu pun kembali menjadi keras.

Sebetulnya secara fisik bukan karena Ki Juru Martani lebih hebat, tetapi pikiran Raden Ronggo yang mampu dipengaruhi oleh ucapan Ki Juru Martani. Dengan mengatakan batu itu keras, maka seketika batu itu kembali menjadi keras, akibat buyarnya fokus pikiran Raden Ronggo.

Secara nalar bisa disimpulkan bahwa teguran Ki Juru Martani itu telah mengembalikan logika berpikir Raden Ronggo bahwa yang namanya batu pasti keras. Serta-merta hilanglah keyakinannya bahwa sesuatu yang keras itu bisa dilunakkan dengan pikirannya.

Pada zaman dulu, orang seperti Raden Ronggo tersebut biasa bertapa selama kurun waktu lama untuk mendapatkan kesaktian. Pada masa itu, bertapa adalah cara yang diyakini bisa membangkitkan kekuatan bawah sadar seseorang. Bertapa adalah cara untuk belajar memfokuskan pikiran dan keyakinan seseorang untuk akhirnya bisa mencapai “kesaktian” pada taraf tertentu.

Cerita Raden Ronggo dan kesaktiannya melegenda. Ada pula kesaktian ini diperoleh karena Raden Ronggo adal hasil perkawinan Nyi Roro Kidul dengan Panembahan Senopati.***

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Cerita Hari Ini: Menakjinggo Pria Sakti yang Dikibuli Ratu Majapahit

8 September 2025 - 13:00 WIB

Blood Moon Akan Terlihat di Seluruh Indonesia, Malam Ini

7 September 2025 - 18:44 WIB

Hantu Indonesia dengan Hantu Jepang Serupa Tapi Tak Sama

7 September 2025 - 15:55 WIB

Teknologi Phone Farm Untuk Pengaruhi Opini dan Perangkat Minimal yang Dibutuhkan

6 September 2025 - 19:56 WIB

Kita Tidak Pernah Bisa Menghitung Luas Lingkaran dengan Tepat

6 September 2025 - 07:49 WIB

Cerita Hari Ini: Di Indonesia, Aksi Protes Sudah Ada Sejak Era Majapahit

1 September 2025 - 15:28 WIB

Cerita Hari Ini: Kisah Raden Panji Dikelabui Kuntilanak Ganas Kalakunti di Hutan Keramat

26 Agustus 2025 - 11:37 WIB

Cerita Hari Ini: Sunan Bungkul, Petinggi Majapahit Penyebar Agama Islam Berumur 300 Tahun

25 Agustus 2025 - 11:43 WIB

Cerita Hari Ini: Kisah Sawunggaling Pukul Mundur 5.000 Pasukan Kompeni dan Tiga Kapal Perang

22 Agustus 2025 - 13:53 WIB

Trending di Uncategorized