Menu

Mode Gelap

News

Kepala BMKG Mengeluh Sudah 4 Kali Pencurian Alat Monitoring Gempa dan Tsunami di Sidrap

badge-check


					Pada kasus pencurian monitoring gempa & tsunami di Sidrap, pencuri membongkar shelter, mengambil seluruh baterai (6 aki) daya utama alat monitoring gempa dan 2 solar panel. BMKG terpaksa mencabut seluruh alat yg tersisa, termasuk sensor, digitizer & komunikasi, utk hindari kerugian lebih besar. Instagram@daryonobmkg Perbesar

Pada kasus pencurian monitoring gempa & tsunami di Sidrap, pencuri membongkar shelter, mengambil seluruh baterai (6 aki) daya utama alat monitoring gempa dan 2 solar panel. BMKG terpaksa mencabut seluruh alat yg tersisa, termasuk sensor, digitizer & komunikasi, utk hindari kerugian lebih besar. Instagram@daryonobmkg

Penulis: Mulawarman  |  Editor: Priyo Suwarno

KREDONEWS.COM, SIDRAP– Pimpinan BMKG mengeluh sering terjadi pencurian peralatan  monitoring gempa dan tsunami di Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Sulawesi Selatan, telah terjadi sebanyak empat kali.

Kasus pencurian dan perusakan peralatan monitoring gempa kembali terjadi di Desa Buae, Kecamatan Watang Pulu, Sidrap, Sulawesi Selatan, pada 12 Februari 2025. Pencuri mengambil enam unit aki dan dua panel surya dari shelter stasiun SPSI, menyebabkan gangguan pada sensor seismograf.

Ini adalah kejadian keempat di lokasi yang sama, bahkan kali ini pelaku membongkar bangunan shelter untuk mencuri sumber daya utama. Akibatnya, BMKG terpaksa mencabut sisa peralatan agar tidak mengalami kerugian lebih besar.

Kejadian terbaru dilaporkan pada 12 Februari 2025, di mana pencuri mengambil enam unit aki dan dua panel surya dari stasiun pemantau. Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menyatakan bahwa pencurian ini mengakibatkan BMKG terpaksa mencabut semua peralatan yang tersisa untuk mencegah kerugian lebih lanjut.

Sejak 2015, BMKG mencatat total sepuluh kasus pencurian dan perusakan peralatan monitoring di berbagai lokasi, dengan Sidrap menjadi lokasi yang paling sering disasar.

Wilayah ini tergolong rawan gempa karena berada di jalur patahan aktif Sesar Walanae, yang dapat memicu gempa hingga magnitudo M 7,1. Berdasarkan laporan Pusat Gempa Nasional (Pusgen) 2017, Sesar Walanae bukan hanya sesar mikro, melainkan sesar regional yang berpotensi menyebabkan gempa besar.

Aktivitas kegempaan di kawasan Teluk Mandar, Pinrang, Rappang, dan Parepare juga tinggi, dengan risiko dampak seperti longsor, runtuhan batu, dan likuifaksi.

Sebagai catatan, wilayah ini pernah diguncang gempa besar berkekuatan M 6,0 pada 29 September 1997. Gempa tersebut mengakibatkan 16 orang meninggal dunia, 35 orang luka berat, serta kerusakan lebih dari 250 rumah. Kasus pencurian ini berisiko menghambat pemantauan dan peringatan dini gempa di wilayah yang rentan terhadap bencana tersebut.

Daryono menekankan bahwa pencurian ini sangat merugikan keselamatan masyarakat, karena alat yang dicuri berfungsi untuk memberikan informasi gempa dan peringatan dini tsunami.

Tanpa alat tersebut, kecepatan dan akurasi informasi yang diberikan akan menurun, yang berpotensi membahayakan warga di daerah rawan gempa seperti Sidrap.

BMKG juga meminta masyarakat untuk menjaga peralatan tersebut demi keselamatan bersama dan berharap pemerintah daerah dapat berperan aktif dalam mengamankan peralatan yang telah dipasang.

Nilai kerugian material akibat pencurian alat monitoring gempa dan tsunami di Sidrap belum disebutkan secara spesifik dalam laporan yang tersedia. Namun, Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menekankan bahwa peralatan yang dicuri termasuk enam unit aki dan dua panel surya, yang merupakan bagian penting dari sistem pemantauan.

BMKG menyatakan bahwa peralatan tersebut menggunakan teknologi canggih dengan biaya yang sangat tinggi, sehingga penggantian alat yang hilang atau rusak tidak mudah dilakukan.

Meskipun tidak ada angka konkret yang diberikan, dampak dari kehilangan alat ini jelas merugikan keselamatan masyarakat dan mengurangi efektivitas sistem peringatan dini.

Data kasus pencurian peralatan pantau gmepa dan tsunami BMKG:

Dalam catatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), sejak 2015 telah terjadi setidaknya sebanyak 10 kali kasus pencurian dan perusakan terhadap peralatan monitoring gempa dan peringatan dini tsunami yang dikelola BMKG, yaitu:

1.  2015 di Cisompet, Garut, Jawa Barat (2 kali).
2. 2017 di Muara Dua, Sumatera Selatan.
3.  2018 di Manna, Bengkulu.
4. 2022 di Indragiri Hilir, Riau.
5.  2022 di Kluet Utara, Aceh Selatan.
6.  2022 di Sorong, Papua Barat.
7.  2022 di Jambi.
8. 2022 di Sausapor, Tambrauw, Papua Barat.
9.  2024 di Pulau Banyak, Aceh Singkil.
10. 2025 di Sidrap, Sulawesi Selatan (4 kali).**

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Beli MinyaKita Tapi Tak Sesuai Takaran, Masyarakat Bisa Minta Ganti Rugi Uang

13 Maret 2025 - 20:56 WIB

Pertamina Adakan Uji Sampel BBM di 2000 SPBU, Hasilnya Omset Turun 50%

13 Maret 2025 - 20:04 WIB

Midi Siswoko, Arek Suroboyo itu Kini Jabat Gubernur Akpol Lemdiklat Polri

13 Maret 2025 - 19:21 WIB

Saat Isi BBM Tugboad Batubara Meledak di Pantai Paciran Lamongan, 12 Orang Alami Luka-luka

13 Maret 2025 - 14:51 WIB

Indonesia Gudang Kobalt Dunia, Baru Sekarang Mau Kenakan Royalti

13 Maret 2025 - 12:18 WIB

Program Persalinan Gratis di Lumajang Bisa Membuat Iri Warga Kabupaten Lain, No Ribet

13 Maret 2025 - 09:31 WIB

Begini Konsep Sekolah Rakyat, Mulai Pembentukan, Kurikulum dan Lainnya

13 Maret 2025 - 04:28 WIB

Kapolres Ngada Diduga Terlibat Kekerasan Seksual di Bawah Umur, Jumlah Korban Versi Polda Berbeda

12 Maret 2025 - 22:39 WIB

Ada PNS Indonesia yang Terima THR Ratusan Juta, Kok Bisa?

12 Maret 2025 - 16:40 WIB

Trending di Nasional