Penulis: Yusran Hakim | Editor: Priyo Suwanro
KREDONEWS.COM, TAPANULI- Banjir yang melanda wilayah Kota Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah di Sumatera Utara sangat besar, dengan ketinggian air mencapai pinggang orang dewasa hingga hampir dua meter di beberapa lokasi, Selasa 25 November 2025.
Korban meninggal sebanyak 17 orang akibat banjir dan longsor di Sumatera Utara tersebar di beberapa daerah yaitu:
-
Kota Sibolga: 5 orang meninggal, terjadi di enam titik longsor dengan kerusakan rumah juga cukup parah.
-
Kabupaten Tapanuli Selatan: 8 orang meninggal yang berasal dari beberapa kecamatan terdampak banjir dan longsor.
-
Kabupaten Tapanuli Tengah: 4 orang meninggal termasuk di Desa Mardame Kecamatan Sitahuis akibat tertimbun material longsor di dalam rumah.
Banjir dan longsor yang terjadi di empat provinsi di Sumatera telah menyebabkan 17 orang meninggal dunia dan 58 orang luka-luka. Bencana ini melanda beberapa kabupaten dan kota, yaitu Kota Sibolga, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Selatan.
Terjadi putusnya akses jalan akibat longsor dan banjir meskipun korban meninggal tidak disebutkan di sana.
Banjir dan longsor ini dipicu oleh hujan deras yang terjadi selama lebih dari dua hari, menyebabkan kerusakan rumah, jalan putus, dan mengungsi ribuan warga.
Di Sibolga, banyak rumah hanya menyisakan lantai dua dan atap karena bagian bawah terendam air yang cukup dalam. Di wilayah Tapanuli Tengah dan sekitarnya, area yang terendam banjir mencakup ratusan hektare sawah dan permukiman yang berubah menjadi “danau dadakan.”
Di Kabupaten Tapanuli Utara terdapat titik banjir yang mencapai ketinggian hingga empat meter, menyebabkan akses jalan utama lumpuh total di jalur Tarutung-Sibolga.
Pada lokasi lain, ketinggian air berkisar antara 30 cm hingga empat meter tergantung daerah terdampak.
Banjir ini dipicu oleh hujan deras yang turun berkepanjangan selama beberapa hari, menyebabkan luapan sungai dan aliran air dari perbukitan membanjiri pemukiman dan lahan pertanian.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, memberikan informasi resmi mengenai jumlah korban, jumlah pengungsi, dan kondisi terdampak.
Selain itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tapanuli Selatan dan Tapanuli Tengah bersama tim gabungan yang terdiri dari TNI, Polri, Satpol PP, Dinas Perhubungan, dan Basarnas.
Mereka melakukan operasi penanganan seperti evakuasi, pembersihan material longsor, dan distribusi bantuan sembako kepada warga terdampak. Mereka juga memberikan informasi mengenai jalur alternatif akibat putusnya akses jalan dan situasi evakuasi pengungsi di lapangan.
WALHI Sumut menegaskan bahwa bencana yang hampir terjadi setiap tahun, khususnya saat musim hujan, di wilayah tersebut bukan hanya murni fenomena alam, melainkan sebuah bencana ekologis yang dipicu oleh kerusakan ekosistem Batang Toru (Harangan Tapanuli).
WALHI Sumut telah berulang kali menyuarakan pentingnya perhatian penuh terhadap ekosistem Batang Toru (Harangan Tapanuli), yang disebut sebagai hutan tropis terakhir di Sumatera Utara. Wilayah ini mencakup Kabupaten Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Utara.







