Menu

Mode Gelap

Internasional

Bagai Kanker, Nigeria Bantai Umat Kristen Secara Massal

badge-check

Puluhan ribu umat Kristen di Nigeria dibunuh dalam beberapa tahun terakhir oleh teroris, dalam genosida yang terus berlanjut. Selain pembantaian, ribuan gereja dibakar, ribuan orang diculik dan dipaksa masuk Islam. Foto: Gedung Gereja Kristus di Bangsa-Bangsa di Mangu, Nigeria, difoto pada 2 Februari 2024, setelah dibakar oleh teroris Islam. (Foto oleh Kola Sulaimon/AFP via Getty Images)

Oleh Uzay Bulut*

Terjemahan dari artikel asli: Nigeria’s Genocide Against Christians ‘Spreading Like a Cancer’

—–

Seiring dengan terus berlanjutnya pembantaian massal atau genosida terhadap umat Kristen di Nigeria, sebuah media berita muncul. Namanya, TruthNigeria.com. Sebuah media yang dengan berani terus menyoroti kekejaman para jihadis terhadap semua warga berbagai agama di Nigeria.

“Truth Nigeria,” menurut situs webnya, “harus diluncurkan untuk menembus kabut perang dan awan narasi palsu yang mengganggu pemberitaan media arus utama tentang apa yang banyak disebut orang sebagai ‘genosida Kristen’ di Nigeria yang menyebar seperti kanker.”

Jurnalis peraih berbagai penghargaan Douglas Burton dan mantan pejabat Departemen Luar Negeri AS mengatakan, “Saya sebagai Redaktur Pelaksana Truth Nigeria untuk sekitar 12 wartawan lepas yang mempertaruhkan nyawa untuk mengungkapkan genosida Kristen yang paling memalukan dan paling jarang dilaporkan di dunia,” urainya ketika diwawancarai oleh Gatestone:

“TruthNigeria.com adalah proyek dari Equipping the Persecuted, sebuah lembaga nirlaba bantuan kemanusiaan yang didirikan di Sioux City, Iowa sejak 2019. Di Nigeria, para wartawan kami tinggal di dalam atau di dekat zona perang di Negara Bagian Kaduna, Plateau, Benue, dan Adamawa. Mereka semua punya pengalaman dramatis dalam konflik itu. Teman atau kerabat mereka tewas di tangan para teroris Boko Haram atau akibat serangan milisi etnis Fulani. Yang lain adalah jurnalis warga yang melaporkan kekerasan di media sosial dan berhasrat untuk mengungkap genosida tersebut.

“Beberapa reporter kami dipenjara berbulan-bulan atas tuduhan palsu hanya karena menyampaikan kebenaran yang memalukan tentang para oligarki.

”Tim biasanya melihat foto dan video dalam layanan pesan seperti WhatsApp, atau melalui pesan teks dari teman di ponsel. Terkadang para teroris sendiri membuat video yang membanggakan aksi mereka di semak-semak sambil mengelu-elukan kemenangan dengan menembakkan banyak peluru.

Kadang mereka mengirim video penyiksaan yang memilukan atas korban penculikan kepada keluarga korban. Tempat, lokasi dan tanggal kejadian kadang bisa diketahui.

Para pemburu lokal dan penjaga sukarelawan menjadi saksi yang bermanfaat, jika diberikan ‘hadiah kecil’, yang membuat mereka seringkali mau mengisahkan kisah-kisah itu.

“Pada tahun 2010, Nigeria masih dipandang sebagai kekuatan regional yang sedang bangkit. Negara ini sering disebut sebagai satu-satunya negara di mana Islam radikal aktif didesak mundur.

Serangan jarang terjadi. Jika terjadi masyarakat seluruh negeri pun marah. Dan yang penting, tidak satu pun pengungsi internal (IDP) yang diakui.

Kenyataan itu berubah drastis setelah tahun 2011. Kerusuhan berdarah terjadi di beberapa kota dan desa kecil setelah Goodluck Jonathan, seorang tokoh Suku Igbo yang beragama Kristen memenangkan Pemilu. Pada saat yang sama, kelompok teroris Boko Haram memasuki tahun kedua aksinya dan terus berkembang hingga kini.

Fase baru yang mematikan dimulai pada 26 Agustus 2011. Bersamaan dengan bom mobil teroris meledak di Gedung Perserikatan Bangsa-Bangsa di Abuja dan merenggut nyawa 23 pegawai PBB dan warga sipil serta melukai lebih dari 60 orang.

“Kejadian itu jarang dikisahkan. Beberapa orang Nigeria bahkan tidak paham bahwa 28 juta umat Kristen yang tinggal di negara-negara Sabuk Tengah negeri itu terjepit di antara dua etnis yang berakar pada identitas Islam dan berlomba-lomba agar diakui sebagai lebih unggul.

Kedua suku itu adalah Suku Fulani dan Suku Kanuri yang berdiam dekat Danau Chad. Suku Fulani datang ke Nigeria melalui invasi pimpinan Usman Dan Fodio pada 1804 untuk melawan Kekhalifahan di Nigeria.

“Warga Suku Kanuri saat ini berjumlah sekitar 8,28 juta jiwa. Kemungkinan ada 20 juta orang Suku Fulani dan 30 hingga 40 juta orang Suku Hausa.

Pasukan Muslim Fulani menguasai Nigeria Utara pada dekade pertama abad ke-19. Meski kalah perang, mereka terus berjuang menaklukkan Kekhalifahan Bornu di Danau Chad.

Pada 1895, Inggris mengalahkan para emir Fulani. Sekaligus mengakhiri perdagangan budak. Namun, Sultan Fulani dari Sokoto mengizinkan penjajah Inggris untuk memerintah secara tidak langsung hingga Nigeri merdeka pada tahun 1960.

Meski bertindak demikian kepada Inggris, Suku Fulani tidak membuat kompromi serupa dengan Khalifah Muslim Bornu.

Kini beberapa perkiraan memperhitungkan ada 50 juta penduduk di negara-negara bagian Sabuk Tengah Nigeria. Sebanyak 65% penduduknya beragama Kristen dan 10% Muslim. Namun, sebagian besar negara bagian ini diperintah oleh Muslim, yang memperoleh jabatan secara curang lewat Pemilu dan aksi kekerasan.

“Sejak merdeka dari Inggris pada tahun 1960, Nigeria terpecah belah. Mayoritas Muslim terpusat di negara-negara bagian di utara sementara negara-negara bagian selatannya dihuni oleh mayoritas Kristen.

Penjajah Inggris yang meninggalkan Nigeria menggunakan elit Muslim utara sebagai perwira tinggi di angkatan darat, laut, dan kepolisian. Posisi-posisi kunci kekuasaan di cabang eksekutif dipegang oleh Muslim.

Persaingan dan permusuhan pun terjadi antara suku Hausa bersama  Suku Fulani di utara melawan suku Igbo yang Kristen di negara bagian tenggara. Kudeta berdarah 6 Juli 1967 memicu perang saudara tahun 1967 yang berlanjut dengan penindasan serta genosida menyusul lepasnya Negara Bagian Biafra yang memisahkan diri.

Dalam catatan Burton, jumlah orang yang tewas karena konflik sangat bervariasi, termasuk di antara Muslim sejak Boko Haram melancarkan aksi kekerasan pada tahun 2009.

“TruthNigeria menganggap laporan paling akurat adalah dari Observatory for Religious Freedom in Africa (ORFA) yang berbasis di Belgia. Studi empat tahunan ORFA yang diterbitkan pada tahun 2024 melaporkan bahwa, antara tahun 2019 dan 2023, 55.000 warga tewas akibat berbagai konflik sipil yang disebut pemerintah sebagai ‘Akibat situasi yang tidak aman’ (Insecurity).

Dari jumlah tersebut, ORFA melaporkan bahwa 19.000 adalah warga sipil. Ini berarti bahwa 26.000 dari korban tewas tersebut dihitung sebagai personel keamanan atau penjahat atau pemberontak.

Rata-rata lebih dari 5.000 warga dibunuh oleh bandit, jihadis atau milisi etnis Fulani setiap tahun. Itu perkiraan korban yang paling rendah: banyak pembunuhan dan penculikan tidak dilaporkan. Para penyelidik TruthNigeria tahun ini membuat tulisan 9 seri tentang kamp-kamp penyanderaan massal yang dikelola oleh bandit Fulani di hutan selatan Kaduna tempat ribuan orang yang diculik ditahan selama berbulan-bulan.

Kami yakin para korban ini nyaris tidak tercatat sebagai penculikan oleh pejabat pemerintah. Juga tidak banyak orang yang dibunuh di kamp-kamp ini yang terdaftar sebagai korban tewas oleh ORFA.

“Laporan ORFA menunjukkan bahwa untuk setiap satu Muslim yang tewas, lima orang Kristen atau non-Muslim akan dibunuh.

Namun, PBB menyebutkan angka yang jauh lebih besar. Pada tahun 2021, Lembaga itu melaporkan bahwa lebih dari 300.000 anak terbunuh akibat konflik, penyakit, dan kelaparan yang disebabkan oleh pemberontakan Boko Haram.

Selain pembantaian, ribuan gereja bibakar dan anak-anak serta perempuan Kristen diculik dan dipaksa berpindah masuk Islam.

“LSM bernama Intersociety mengklaim bahwa 12.000 gereja dihancurkan oleh teroris. Tetapi kami tidak bisa mengonfirmasi informasi tersebut.

TruthNigeria memang berhasil mendokumentasikan pemaksaan pindah agama dan pernikahan paksa gadis remaja Kristen dengan pria Muslim di negara bagian utara.

Reporter kami mendokumentasikan bahwa penculikan massal perempuan di negara bagian Kaduna pada tahun 2023 sebenarnya bertujuan untuk menangkap banyak perempuan di Kaduna Selatan dan menjual mereka sebagai budak seks di komunitas bandit Fulani.”

“Pemerkosaan massal terhadap perempuan Muslim yang tergabung dalam klan “yang tidak mau bekerja sama” adalah senjata teroris yang digunakan dalam geng bandit di beberapa negara bagian di Nigeria Barat, termasuk negara bagian Sokoto, Zamfara, dan Niger.

Kekerasan seksual terhadap perempuan yang dilakukan para penculik sangat umum tetapi jarang dilaporkan. Ada bukti bahwa penculikan dilakukan secara selektif.” Geng bandit Fulani di negara bagian Barat Laut biasanya menyerang masjid yang berafiliasi dengan para Imam yang tidak berafiliasi dengan teologi Wahabi yang didukung oleh pusat Islam Izala di Jos.

“Alasan utamanya adalah minimnya perhatian media. Soalnya,  media Nigeria sendiri sengaja tidak memberikan gambaran yang jelas tentang siapa pelaku kekerasan dan mengapa. Ketika saya mulai melaporkan berbagai kasus konflik pada tahun 2019, tidak ada surat kabar Nigeria yang mengidentifikasi etnisitas geng yang membakar desa-desa di Negara Bagian Kaduna dan membunuh banyak orang di tengah malam. Para penjahat akan disebut saja sebagai ‘orang bersenjata tak dikenal’, atau ‘penggembala’, atau ‘hooligan’.

Situasi membingungkan ini tampaknya sengaja dilakukan karena para pejabat berusaha menyenangkan atasan mereka.

Tipu daya resmi agak memudar setahun terakhir sejak kami menyoroti ketidakjujuran media arus utama Nigeria. Padahal, puluhan ribu orang Kristen Nigeria telah dibunuh dan disiksa sampai mati selama bertahun-tahun oleh milisi etnis suku Fulani. Kami mendobrak tabu yang muncul pertama kali di tahun 2023. Kini, beberapa orang mengikuti jejak kami.

“Selain TruthNigeria dan Sahara Reporters, serta beberapa lembaga investigas nirlaba, sebagian besar media tampaknya dikendalikan dan dibayar oleh juru bicara pemerintah atau pihak lain yang menawarkan ‘hadiah kehormatan’.”

Saat tentara mengadakan konferensi pers, setiap reporter yang hadir mendapatkan amplop berisi uang tunai. Semakin berpengaruh surat kabarnya, semakin besar imbalannya — saya yakin hal itu masih dijalankan di banyak negara bagian Nigeria.

Reporter TV mendapatkan insentif yang lebih baik. Para eksekutif stasiun TV konon mendapatkan tanah di Negara Bagian Kaduna.

Reporter TruthNigeria memberi tahu saya bahwa pada tahun-tahun sebelumnya mereka juga menerima “hadiah kehormatan” tersebut.

Reporter kami kesulitan menelepon pejabat urusan publik Nigeria, sehingga harus menggunakan cara lain untuk mendapatkan pernyataan resmi dari para pejabat. TruthNigeria karena itu menegur para jurnalisnya yang bekerja keras pada 22 Oktober dengan membuat tulisan bertajuk: ‘Media Nigeria Sejalan dengan Narasi Anti-Genosida Pemerintah.'”

Sementara itu, kata Burton, Senator AS. Ted Cruz sudah memperkenalkan Undang-Undang Akuntabilitas Kebebasan Beragama Nigeria tahun 2025.

“Kontrol pemerintah atas narasi ini terlihat jelas sejak Senator Ted Cruz dari Texas dan empat rekannya mengumumkan rancangan undang-undang mereka pada bulan November untuk menuntut Departemen Luar Negeri AS mempermalukan Nigeria dengan menjadikannya sebagai ‘Negara yang Menjadi Perhatian Khusus’ dan memberikan sanksi kepada pejabat Nigeria supaya menjatuhkan hukuman yang berdasarkan undang-undang atas Penistaan ​​Agama.”

“Umat Kristen Nigeria,” kata Cruz, “dijadikan sasaran dan dieksekusi karena keyakinan mereka oleh kelompok teroris dan dipaksa untuk tunduk pada hukum syariah dan hukum penistaan ​​agama di seluruh Nigeria. Upaya untuk menjatuhkan sanksi yang jelas kepada pejabat Nigeria yang memfasilitasi kegiatan-kegiatan ini sudah sangat terlambat. Karena itu, Undang-Undang Akuntabilitas Kebebasan Beragama Nigeria yang saya ajukan menggunakan perangkat baru yang ada. Saya mendesak rekan-rekan saya untuk segera mengesahkan undang-undang penting ini.”

Banyak orang di AS sangat berharap Senat akan mengikuti jejak Cruz.

  • Uzay Bulut, Adalah wartawan Turki dan penulis pada Gatestone Institute.
Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Mafia Rusia Memutilasi Suami Istri Miliuner Crypto Roman dan Ana Novak di Gurun Hatta

12 November 2025 - 21:48 WIB

Hubungan Faksi Houthi – Sudan Berkembang, AS Perlu Waspada!

12 November 2025 - 20:33 WIB

Pelajaran dari Ayah Mas TRIP, Kekonyolan di Balik “Tenang Belanda Masih Jauh”

12 November 2025 - 18:12 WIB

Sebagian dari 758 M Jembatan Penghubung Provinsi Sichuan China ke Tibet Runtuh

12 November 2025 - 10:27 WIB

3 Astronaut Tiongkok Terjebak di Antariksa, Setelah Kapsul Dihantam Puing Luar Angkasa

10 November 2025 - 16:45 WIB

Memasukkan Suriah dalam Koalisi Global Anti-ISIS itu Langkah yang Salah

8 November 2025 - 17:17 WIB

Gaji Elon Musk Rp16.700 T Bisa Lunasi Utang RI, Gaji 54 Tahun PNS

8 November 2025 - 17:11 WIB

Kecepatan Komputer Kuantum Google 13.000 Dibanding Super Komputer Frontier

8 November 2025 - 09:43 WIB

Jenderal Radikal Sudan: Betapa Aliansi Al-Burhan dengan Iran dan Ikhwanul Muslim Mengancam Keamanan AS dan Israel

7 November 2025 - 21:18 WIB

Trending di Internasional