Penulis: Ganjar | Editor: Aditya Prayoga
PAMEKASAN, SWARAJOMBANG.COM-Sapi Sonok merupakan sebuah kontes kecantikan bagi pasangan sapi betina yang menjadi warisan budaya masyarakat Madura. Sapi-sapi yang dilombakan merupakan ternak pilihan dengan nilai mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah.
Dalam kontes tersebut, sepasang sapi yang dihiasi dengan rangkaian kayu berukir dikendalikan oleh seorang joki. Mereka diiringi alunan musik saronen dan penari berpakaian adat Madura saat berjalan di lintasan.
Penilaiannya meliputi keselarasan langkah, harmonisasi pasangan sapi, dan bentuk tubuh. Peserta akan terkena pengurangan nilai jika keluar lintasan atau kakinya menyentuh tali pembatas.
Kepala Bakorwil Pamekasan, Sufi Agustini mengatakan kontes Sapi Sonok merupakan tradisi khas Madura yang menonjolkan keindahan dan keserasian sepasang sapi betina untuk meningkatkan kualitas sapi lokal.
“Kontes Sapi Sonok juga sudah memiliki kekuatan hukum sebagai warisan budaya takbenda Indonesia,” ucapnya saat memperingati hari jadi Provinsi Jawa Timur ke-80 di lapangan Bakorwil Pamekasan, Minggu (2/11/2025).
Ajang ini juga menjadi sarana pamer keindahan sapi betina yang mendapat perawatan intensif, seperti pemandian, pelumuran minyak untuk membuat tubuhnya mengilap, serta hiasan berwarna emas.
Sapi-sapi tersebut juga dilatih berjalan teratur mengikuti irama musik. Pada akhir lintasan, kaki depan sapi harus berpijak di atas balok kayu tanpa melewati garis batas.
Asal usul istilah “Sonok” berasal dari bahasa Madura “sokonah nungkok” yang artinya “kakinya naik”, menggambarkan cara berjalan khas sapi betina dalam kontes.
Tradisi yang bermula di Pamekasan pada tahun 1960-an ini telah berkembang menjadi simbol kebanggaan masyarakat.
Secara ringkas, Sapi Sonok adalah perlombaan kecantikan sapi betina yang memadukan seni, budaya, dan teknologi peternakan, menghasilkan hewan bernilai tinggi sekaligus menjadi ikon budaya Madura.***







