Menu

Mode Gelap

Uncategorized

Cerita Hari Ini: Belanda Menghabiskan 8 Ton Emas untuk Menklukkan Blambangan

badge-check


					Sejarah Melawan Invasi VOC, Perang Besar Kerajaan Blambangan 18 Desember 1771 (IST) Perbesar

Sejarah Melawan Invasi VOC, Perang Besar Kerajaan Blambangan 18 Desember 1771 (IST)

Penulis: Satwiko Rumekso | Editor: Yobie Hadiwijaya

KREDONEWS.COM, SURABAYA-Belanda ternyata butuh modal sangat besar saat menaklukkan Bumi Blambangan, atau yang kini kerap disebut Banyuwangi. Dalam 10 tahun masa penaklukan, Belanda menghabiskan 8 ton emas.

Fakta ini memang tidak tertulis dalam catatan sejarah nasional. Namun, fakta ini terungkap dalam Daghregister atau catatan harian kolonial Belanda. Di mana di dalamnya juga ditemukan catatan tentang pengeluaran periodik pemerintah Belanda saat VOC melakukan penyerangan salah satu wilayah di Indonesia tersebut.

Dalam catatan harian kolonial, tercatat secara rinci berapa besar pengeluaran pembiayaan perang melawan Blambangan pada masa itu.

Seperti ditulis J.K.J. de Jonge pada 1883, dikutip surat Gubernur Jenderal Reiner de Klerk kepada pemimpin VOC tertanggal 31 Desember 1781, juga menunjukkan perang ini adalah perang besar dan penting.

Sedemikian pentingnya sehingga VOC mengabaikan kegaduhan besar di Eropa ketika Napoleon mulai bergerak menguasai Eropa. Mengapa VOC sedemikian gigih mempertahankan Blambangan, mungkin karena takut Blambangan direbut Inggris? Atau karena hanya tinggal Blambangan di Jawa ini yang belum takluk kepada VOC sehingga menjai semacam duri yang harus segera dilenyapkan.

Akhirnya ketika rakyat Blambangan mengadakan perlawanan gigih, maka VOCpun melakukan Tumpas Kelor atau Genocida sebagaimana ditulis oleh Raffles.

“From that moment, the provinces subjected to its authority, ceased to improve. Such were the effect of her desolating system that the population of the province of Banyuwangie, which 1750 is said to have amounted to upwards of 80.000, was in 1811 reduce to 8000 (Sir Thomas Stanford Rafless.Hystory of Java 68).”

Sejak saat itu, provinsi-provinsi yang berada di bawah kekuasaannya tak lagi berkembang. Sistem yang menghancurkan ini berdampak sedemikian rupa sehingga populasi Provinsi Banyuwangi, yang pada tahun 1750 diperkirakan mencapai lebih dari 80.000 jiwa, pada tahun 1811 berkurang menjadi 8.000 jiwa (Sir Thomas Stanford Rafless. Sejarah Jawa 68).

Sebuah pernyataan yang menggemparkan dan sampai saat ini menjadi perbincangan International (Kumar, Ann” Javanesse Histiographie in and of the colonial periode, a case study. Dalam Anthony Reid and David Maar (eds) Perception of the past in Southeast Asia, Kualalumpur 1979, 187206 via I Made Sudjana M A Nagari tawon Madu dan makalah DR. Sri Margana).

Tetapi rupanya VOC telah sampai pada titik nadir, VOC yang rakus mengeruk keuntungan, dan sangat kejam terhadap negeri jajahan ternyata tidak mampu membendung kerakusan pegawainya, mereka melakukan korupsi besar besaran, sehingga VOC deficit dan akhirnya VOC bangkrut pada tahun 1791.

Tiga tahun kemudian pada tahun 1794 Belanda menjadi jajahan Perancis (Napoleon Bonaparte) sampai tahun 1815. Dan Belandapun harus menyerahkan Nusantara pada Perancis, yang kemudian mengangkat Daendels menjadi Gubernur Jendral Nusantara. Maka bendera Belanda diturunkan dan bendera Perancis berkibar di Nusantara.
Perang antara Eropa dan Perancis rupanya tidak terbatas di Eropa tetapi juga terjadi di negeri Jajahan dan Nusantara tidak terlepas dari percaturan itu.

Nusantara tentu sangat diperhitungkan dalam kontribusinya ke Prancis, apalagi Daendels langsung menerapkan kerja rodi untuk membangun perkebunan, membuka jalan antara Anyer Panarukan untuk memperlancar arus logistik dari daerah pedalaman ke pelabuhan-pelabuhan.

Semua itu dilakukan, untuk memeras Nusantara dan hasilnya digunakan untuk membantu biaya perang negeri Perancis di Eropa.

Keyakinan betapa pentingnya Nusantara bagi mematahkan kekuatan Perancis di Eropa itulah yang membuat Gubernur Jendral India Lord Minto, akhirnya menyetujui saran Stanford Raffles untuk merebut Nusantara. Dan akhirnya Inggris menguasai Nusantara.

Sir Stanford Raffles diangkat sebagai Letnan Jendral Gubernur Nusantara pada tahun 1811 sampai dengan 1816. Pada saat Sir Stanford Raffless menjadi Letnan Gubernur Jendral Nusantara.***

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Cerita Hari Ini: Raffles Pandang Blambangan Sebagai Posisi Strategis

9 Oktober 2025 - 13:37 WIB

Petrokimia Gresik Pertegas Komitmen Keberlangsungan Usaha Batik Tanah Air

3 Oktober 2025 - 18:34 WIB

Cerita Hari Ini: Inggris Penyebab Belanda Menggempur Belanda dengan Kekuatan Besar

28 September 2025 - 15:07 WIB

Cerita Hari Ini: Inggris Lebih Dahulu Mendarat di Nusantara Daripada Belanda, Lokasinya di Ulupangpang Blambangan

26 September 2025 - 14:51 WIB

Cerita Hari Ini: Wong Agung Wilis Pionir Perjuangan Blambangan Melawan Belanda

25 September 2025 - 13:11 WIB

Cerita Hari Ini: Di bawah Tawangalun II Wilayah Blambangan Sampai Kediri

17 September 2025 - 12:45 WIB

Arkeolog Dunia Terkejut: Kapak Zaman Perunggu Terbuat dari Meteorit Ditemukan di Kalimantan

16 September 2025 - 19:39 WIB

Cerita Hari Ini: Tawangalun Penguasa Blambangan yang Naik Macan Putih untuk Temukan Wilayah Kerajaannya

16 September 2025 - 13:32 WIB

Cerita Hari Ini: Mas Sembar Raja Blambangan Pertama Beribu Kota di Semboro Jember

15 September 2025 - 11:58 WIB

Trending di Uncategorized