Penulis: Satwiko Rumekso | Editor: Yobie Hadiwijaya
KREDONEWS.COM, SURABAYA-Kita tidak akan pernah dengan tepat menghitung luas lingkaran dengan tepat. Bahkan segala yang berkaitan dengan lingkaran kita tidak bisa menghitung secara tepat. Kita membutuhkan sesuatu yang sangat penting dalam perhitungan luas lingkaran.
Hal itu adalah misteri yang sampai hari ini masih terus dicari nilainya oleh para ahli.
Sesuatu itu adalah pi (π). Saat kita menghitung luas lingkaran, rumusnya adalah πr2. Kita butuh suatu nilai π yang tepat supaya nilai luas lingkaran yang kita cari juga bernilai tepat.
Masalah yang terjadi justru ada di sana. Pi (π) adalah suatu bilangan irasional. Meskipun definisi nilai pi adalah perbandingan keliling lingkaran dengan diameternya, tapi dia bukan bilangan rasional. Sebab perbandingan itu bukan perbandingan dua bilangan bulat.
Nilai π yang kita kenal adalah 22/7 atau 3,14. Itu bukan nilai sebenarnya dari π. Pendekatan nilai π tersebut pertama kali dilakukan oleh Archimedes yang juga yang merumuskan luas lingkaran, yaitu πr2.
Jadi selama kita menggunakan 22/7 atau 3,14 itu sebagai pengganti pi, sebenarnya kita tidak benar-benar mendapatkan luas lingkaran. Namun Archimedes menyebut dengan pendekatan luas lingkaran. Misteri π ini masih dicoba untuk dipecahkan oleh para ilmuwan.
Para ilmuwan hingga hari ini telah dapat menemukan bilangan π dengan pendekatan hingga 62,8 triliun digit. Pencarian digit π ini masih terus dilakukan. Untuk apa? Dunia digital sangat membutuhkannya. Salah satunya untuk bisa membuat komputer yang lebih cepat.
Penasaran dengan nilai bilangan π, beberapa matematikawan dan ilmuwan generasi berikutnya mencoba mengungkap nilai π, atau persisnya menaksir nilainya dengan ketelitian yang lebih tinggi.
Sebagai contoh, Claudius Ptolemy (~85–165 M), astronom dan ahli Geografi dari Alexandria, berhasil memperoleh taksiran π ≈ 377/120 ≈ 3,14166. Nilai taksiran ini diperolehnya dengan menggunakan segi 360 beraturan dan taksiran √3 ≈ 1,73205.
Seperti halnya di Yunani Kuno, bilangan π telah pula membuat beberapa matematikawan Tiongkok Kuno penasaran. Sejak awal abad ke-1, para matematikawan di sana telah menggunakan taksiran π ≈ 3,1547. Sekitar tahun 265, Liu Hui menggunakan segi 3072 beraturan dan mendapatkan taksiran π ≈ 3,1416. Taksiran ini diperoleh Liu Hui dengan melanjutkan hitung-hitungan Archimedes dari segi 96 ke segi 192, segi 384, segi 768, segi 1536, dan akhirnya segi 3072 beraturan, tentunya dengan ketekunan yang luar biasa.
Tak puas dengan hasil yang diperoleh Liu Hui, pada tahun 480-an, Zu Chongzi menggunakan segi 12288 beraturan dan memperoleh taksiran π ≈ 355/113 ≈ 3,1415929. Dengan hasil ini, Zu Chongzhi telah menaksir nilai π dengan tepat hingga 6 angka di belakang koma, suatu taksiran yang jauh lebih baik daripada taksiran Ptolemy.
Singkat cerita misteri π (pi) tidak pernah berakhir!
Angka pi = 3.14159… dan terus berlanjut tanpa pola atau akhir yang pasti.
Hingga hari ini, komputer super sudah menghitung lebih dari 100 triliun digit pi, tapi tetap belum menemukan ujungnya.
Pi bukan cuma soal lingkaran — tapi juga simbol keabadian, misteri, dan ketelitian dalam dunia sains dan matematika.***