Penulis: Jayadi | Penulis: Aditya Prayoga
KREDONEWS.COM, RIO de JANERIO- Tanaman Cannabis sativa atau ganja dikenal luas sebagai sumber utama senyawa cannabidiol (CBD), komponen non-psikoaktif yang belakangan populer karena manfaat medisnya.
CBD diketahui memiliki potensi untuk mengobati berbagai kondisi seperti epilepsi, nyeri kronis, gangguan kecemasan, dan peradangan.
Meski demikian, penggunaan ganja sebagai sumber CBD masih menimbulkan pro dan kontra di banyak negara, termasuk Indonesia. Di satu sisi, para pendukungnya menekankan manfaat kesehatan dan potensi ekonomi dari tanaman ini. Di sisi lain, ganja masih dikategorikan sebagai narkotika golongan I, sehingga penggunaannya dibatasi ketat karena kekhawatiran akan penyalahgunaan zat psikoaktif lain dalam ganja, seperti tetrahydrocannabinol (THC).
Namun baru-baru ini, terobosan datang dari dunia ilmiah. Penemuan senyawa cannabidiol (CBD) dalam tanaman Trema micrantha Blume merupakan hasil riset yang dipimpin oleh Dr. Rodrigo Moura Neto, seorang ahli biologi molekuler dari Universitas Federal Rio de Janeiro (UFRJ), dikutip dari earth.com
Timnya menemukan bahwa buah dan bunga dari tanaman ini mengandung CBD, namun tidak mengandung tetrahydrocannabinol (THC), senyawa psikoaktif yang terdapat dalam ganja.
Tanaman ini tumbuh liar di berbagai wilayah tropis, dan selama ini tidak dianggap memiliki nilai medis yang signifikan.
Penemuan ini menarik karena Trema micrantha tidak mengandung THC, sehingga tidak menimbulkan efek psikoaktif. Hal ini menjadi keunggulan utama dibanding Cannabis sativa, karena membuka peluang pengembangan obat berbasis CBD tanpa stigma dan regulasi ketat yang melekat pada ganja.
Menurut para ilmuwan dari Federal University of Rio de Janeiro, tanaman ini juga lebih mudah dibudidayakan dan tumbuh cepat di lahan marginal, menjadikannya kandidat ideal untuk pengembangan industri farmasi dan pertanian berkelanjutan.
Dengan kandungan CBD dan tanpa THC, Trema micrantha Blume berpotensi besar sebagai sumber alternatif untuk pengobatan berbagai penyakit seperti epilepsi, gangguan saraf, peradangan, dan kecemasan, tanpa risiko ketergantungan atau efek samping psikoaktif.
Meski riset masih berlanjut, temuan ini membuka harapan baru bagi dunia medis dan menjadi solusi kompromi di tengah kontroversi ganja. Para peneliti kini mendorong studi lanjutan untuk meneliti efektivitas dan keamanan ekstrak CBD dari Trema micrantha secara klinis sebelum bisa digunakan secara luas dalam pengobatan.***