Penulis: Jayadi | Editor: Aditya Prayoga
KREDONEWS.COM, SYDNEY- Tesla menghadapi berbagai gugatan dan keluhan konsumen di sejumlah negara, dengan Australia menjadi salah satu pusat perhatian utama. Di Australia, sekitar 1.000 konsumen menggugat Tesla atas sejumlah masalah serius, termasuk pengereman mendadak tanpa peringatan (ghost braking) yang berbahaya dan klaim pemasaran yang menyesatkan terkait jarak tempuh kendaraan listrik mereka.
Gugatan ini telah resmi masuk ke Pengadilan Federal Australia dan diajukan oleh firma hukum JDA Saddler yang menyoroti risiko keselamatan akibat pengereman tiba-tiba tersebut, yang bahkan terjadi saat pengemudi mengendalikan penuh kendaraan tanpa menggunakan autopilot.
Selain masalah pengereman, Tesla juga dituduh telah mengetahui ketidaksesuaian klaim jarak tempuh kendaraan dengan kenyataan selama bertahun-tahun tanpa melakukan perbaikan atau kompensasi kepada konsumen. Sistem autopilot Tesla juga dikritik karena perangkat kerasnya dianggap tidak mampu mendukung pengemudian otonom sebagaimana yang diiklankan. Meski sudah ada ribuan pemilik yang menandatangani gugatan class action ini, Departemen Infrastruktur Federal Australia hanya menerima sedikit pengaduan resmi terkait pengereman semu tersebut.
Keluhan terhadap Tesla tidak hanya terjadi di Australia. Di Amerika Serikat, Tesla juga menghadapi gugatan atas pembaruan perangkat lunak otomatis yang dianggap menurunkan daya jangkau kendaraan dan merusak baterai, sehingga memaksa pemilik mengganti baterai dengan biaya mahal.
Di Jerman, pengadilan memutuskan bahwa sistem autopilot Tesla cacat dan tidak cocok untuk penggunaan normal karena masalah pengereman hantu. Selain itu, Tesla juga menghadapi gugatan class action di AS terkait pelanggaran privasi konsumen, di mana karyawan Tesla diduga mengakses dan membagikan video serta gambar yang direkam oleh kamera mobil pelanggan tanpa izin.
Dampak dari berbagai masalah ini juga dirasakan pada penjualan Tesla yang menurun drastis di beberapa pasar utama seperti Australia, China, dan Eropa. Di Australia, penjualan Tesla turun hingga 47 persen pada kuartal pertama 2025, dipicu oleh kurangnya pasokan model terbaru, kenaikan harga, serta meningkatnya aksi vandalisme dan permusuhan terhadap pemilik Tesla di jalanan.
Di China, persaingan ketat dengan merek lokal juga menyebabkan penurunan penjualan hampir 30 persen. Di Eropa, penurunan penjualan juga signifikan akibat regulasi emisi yang ketat dan persaingan yang semakin sengit.
Secara keseluruhan, Tesla menghadapi tantangan besar dari sisi teknis, hukum, dan pasar di berbagai negara. Gugatan dan keluhan konsumen yang terus bermunculan menunjukkan perlunya Tesla meningkatkan transparansi, keamanan, dan keandalan produknya agar dapat mempertahankan kepercayaan konsumen dan posisinya di pasar kendaraan listrik global.
Keluhan utama yang dilaporkan konsumen Tesla di berbagai negara yang dikumpulkan oleh redaksi meliputi:
– Pengereman mendadak tanpa peringatan (ghost braking) yang membahayakan pengemudi, terjadi baik saat autopilot aktif maupun tidak.
– Kebakaran baterai yang dilaporkan di China, menimbulkan kekhawatiran serius terkait keamanan kendaraan.
– Akselerasi tak terduga yang dapat menyebabkan kecelakaan, juga dilaporkan di China.
– Kerusakan perangkat lunak, termasuk kegagalan pembaruan over-the-air yang menyebabkan penurunan performa dan kesalahan sistem self-driving.
– Sistem autopilot yang dianggap tidak sepenuhnya otonom dan sering mengalami gangguan, termasuk kesulitan merespons perubahan batas kecepatan dan jalur jalan.
– Penggunaan suku cadang yang dianggap kurang berkualitas, terutama pada mobil produksi Tesla di China, yang menimbulkan ketidaksesuaian kualitas dengan model yang diproduksi di Amerika Serikat.
– Masalah mekanis seperti baut longgar pada kursi yang dapat mengurangi efektivitas sabuk pengaman dan meningkatkan risiko cedera saat kecelakaan.
– Tuduhan pemasaran menyesatkan terkait klaim jarak tempuh kendaraan yang tidak sesuai kenyataan.
Keluhan-keluhan ini memicu penyelidikan resmi oleh otoritas keselamatan di beberapa negara.
Merk & Model | Varian | Harga (EUR) | Harga (USD) | Harga (IDR) | Jarak Tempuh (WLTP) | Akselerasi 0-100 km/jam |
---|---|---|---|---|---|---|
Tesla Model Y 2025 | Long Range AWD | ~46.580 € | ~50.630 USD | ~Rp997 juta | 550-719 km | 4,3 detik |
Tesla Model Y 2025 | Launch Series (FSD) | ~56.730 € | ~61.630 USD | ~Rp1,1 miliar | 526 km (EPA) | 4,1 detik |
BYD Seal | Premium | ~38.079 € | ~41.390 USD | ~Rp639 juta | 650 km (NEDC) | 5,9 detik |
BYD Seal | Performance AWD | – | – | ~Rp735 juta | 570 km | 3,8 detik |
BYD Atto 3 | Advanced STD | – | – | ~Rp390 juta | 410 km | 7,3 detik |
NIO ES6 | Baterai 75 kWh | ~33.070 € | ~35.935 USD | ~Rp778 juta | 490-625 km | 4,5 detik |
NIO ES6 | Baterai 100 kWh | ~38.079 € | ~41.390 USD | ~Rp902 juta | 625 km | 4,5 detik |
Catatan:
1. Kurs Konversi:
– 1 USD ≈ 0,92 EUR (standar Eropa) .
– Harga IDR dikonversi dari USD/EUR ke Rupiah dengan asumsi 1 USD ≈ Rp16.000 (Juni 2025).
2. Perbedaan Pasar:
– Harga Tesla Model Y Launch Series termasuk paket FSD (Full Self-Driving) di AS .
– BYD dan NIO menawarkan baterai dengan pilihan kapasitas berbeda, memengaruhi jarak tempuh .
3. Spesifikasi:
– Tesla unggul dalam akselerasi dan jaringan Supercharger, sementara BYD/NIO lebih fokus pada harga kompetitif dan fitur baterai canggih (misalnya baterai semi-solid-state 150 kWh NIO)