Penulis: Satwiko Rumekso | Editor: Yobie Hadiwijaya
KREDONEWS.COM, SURABAYA-Istri kelima Presiden RI Soekarno, Ratna Sari Dewi, mencalonkan diri sebagai anggota Majelis Tinggi Parlemen Jepang. Langkah ini tentu menjadi sorotan publik karena ia harus melepas status Warga Negara Indonesia (WNI) yang telah disandangnya sejak menikah dengan Soekarno pada 3 Maret 1962.
Setelah 63 tahun memegang paspor Indonesia, ia resmi kembali menjadi warga negara Jepang demi bisa berpolitik di negeri asalnya.
Selain melepas statusnya sebagai WNI, keputusan perempuan bernama asli Naoko Nemoto ini juga menjadi sorotan publik karena ia masuk ke dunia politik di usia yang tak lagi muda: 85 tahun.
Sebagai kendaraan politiknya, Dewi Soekarno membentuk partai politik bernama Heiwa 12, yang memiliki misi unik: memperjuangkan kesejahteraan anjing dan kucing. Partai ini diklaim terus berkembang dengan bertambahnya dukungan.
Lewat unggahan di Instagram, Dewi membagikan potret dirinya saat berkampanye. “Beberapa orang mengatakan itu konspirasi oleh Partai Demokrat Liberal untuk menjaga saya dari maju ke pemilihan Senat. Apa yang bisa kita katakan tanpa menyebutnya tidak adil,” tulisnya dalam bahasa Jepang, merespons lamanya proses naturalisasi.
Dewi mengaku sudah mengajukan permohonan naturalisasi sejak Oktober tahun lalu, namun hingga sembilan bulan berlalu belum ada keputusan.
“Padahal mantan orang Jepang hanya butuh waktu 4 bulan untuk dapat persetujuan,” ungkapnya.
Ia juga menyoroti fakta bahwa tahun lalu ada 8.963 orang asing yang mendapat kewarganegaraan Jepang, sementara dirinya yang lahir di Jepang merasa dipersulit.
Langkah Dewi yang kini berusia 85 tahun mendapat sambutan positif dari masyarakat Jepang. Banyak warganet mendukung keputusannya maju ke panggung politik, terlihat dari komentar-komentar di unggahan Instagram-nya.
Kabar pencalonan Dewi Soekarno membuat publik kembali mengingat kisah cintanya dengan sang proklamator.
Menurut laporan CNBC, pertemuan keduanya terjadi pada 16 Juni 1959 di Imperial Hotel, Tokyo, ketika Soekarno melakukan kunjungan resmi.
Saat itu, Naoko Nemoto yang baru berusia 19 tahun menjadi pengisi acara jamuan makan malam. Tiga bulan setelah pertemuan, Soekarno mengundangnya ke Jakarta, lalu menikahinya pada 3 Maret 1962.

Dewi semasa muda
Naoko memeluk Islam dan mengganti namanya menjadi Ratna Sari Dewi Soekarno. Dari pernikahan itu, lahir seorang putri, Kartika Sari Dewi, pada 11 Maret 1967 di Tokyo. Namun rumah tangganya dengan Soekarno berakhir pada 1970.
Meskipun bercerai, Soekarno dikenal tetap menyimpan rasa cinta yang mendalam. Dalam buku Bung Karno: Perginya Seorang Kekasih, Suami & Kebanggaanku (1978), ia menulis pesan menyentuh, “Kalau aku mati, kuburlah aku di bawah pohon yang rindang. Aku mempunyai istri yang aku cintai dengan segenap jiwaku. Namanya Ratna Sari Dewi. Kalau ia meninggal, kuburlah ia dalam kuburku. Aku menghendaki ia selalu bersama aku.”
Setelah perceraiannya, Dewi menjalani hidup berpindah-pindah dari Prancis, Swiss, Amerika Serikat, hingga kembali menetap di Jepang sejak 2008. Ia dikenal dengan gaya hidup mewah dan lingkaran pertemanan kelas atas.
Bisnis di bidang konstruksi dan peralatan berat menjadi sumber kekayaannya, sementara putrinya, Kartika, menikah dengan Presiden Citibank Eropa, Fritz Frederic, dan memberinya seorang cucu bernama Frederik Kiran Soekarno.
Kini, di usia senja, Dewi Soekarno kembali menunjukkan semangatnya. Dengan tekad kuat, ia siap bersaing dalam Pemilu Jepang. Lewat potret yang diunggahnya, terlihat ia tetap energik dan penuh semangat membawa perubahan, meski usianya tak lagi muda.***