Penulis: Adi G | Editor: Aditya Prayoga
KREDONEWSM.COM, SURABAYA-
MRT (Mass Rapid Transit) dan LRT (Light Rail Transit) di banyak negara sering kali beroperasi dengan kondisi merugi secara finansial. Hal ini terjadi karena biaya operasional dan perawatan yang tinggi tidak sebanding dengan pendapatan dari tarif penumpang.
Di berbagai kota besar dunia, sistem subway atau MRT umumnya bergantung pada subsidi pemerintah untuk menutupi kekurangan biaya tersebut.
Contohnya, SMRT di Singapura yang dikenal efisien tetap menghadapi tekanan keuangan. Pada 2024–2025, operator ini mencatat penurunan laba akibat gangguan besar di jalur East-West Line, meskipun tarif dan jumlah penumpang meningkat.
Biaya perbaikan jalur dan pemberian layanan pengganti gratis menjadi penyebab utama kerugian tersebut. Kondisi serupa juga terjadi di sistem lain, di mana dukungan pemerintah tetap diperlukan agar layanan tetap beroperasi.
Di Jepang, Hokkaido Shinkansen mengalami kerugian operasional sekitar 48 miliar yen per tahun. Pendapatan 111 miliar yen tidak mampu menutupi pengeluaran hingga 160 miliar yen.
Artikel di President.jp menyoroti bahwa meskipun Shinkansen menjadi simbol kemajuan teknologi Jepang, biaya tinggi membuatnya rentan defisit tanpa subsidi pemerintah. Perusahaan Tōyō Kōsoku Tetsudō pun menghadapi ancaman krisis likuiditas pada 2028 akibat beban utang pembangunan.
Meski demikian, Jepang dan Singapura tetap membangun MRT, LRT, dan kereta cepat karena manfaat jangka panjangnya. Sistem ini meningkatkan konektivitas, mengurangi kemacetan, serta mempercepat mobilitas di kawasan perkotaan padat.
Di Jepang, Shinkansen bahkan memberi kontribusi ekonomi sekitar 500 miliar yen per tahun, terutama dari efisiensi waktu perjalanan hingga 400 juta jam.
Selain itu, dukungan pemerintah dan kebijakan publik menjadi faktor penting. Subsidi dan pinjaman lunak dianggap investasi strategis untuk infrastruktur dan kesejahteraan rakyat.
Sistem ini juga mendorong pemerataan pembangunan, menghidupkan wilayah pinggiran, serta memperkuat diplomasi ekonomi di tingkat regional.
Dengan demikian, meskipun tidak menguntungkan secara finansial, pembangunan MRT, LRT, dan kereta cepat tetap dijalankan karena manfaat sosial, ekonomi, dan strategisnya jauh lebih besar dibanding sekadar hitungan laba rugi jangka pendek.
Sumber Utama
www.straitstimes.com/singapore/transport/smrts-finances-hit-by-2024-ewl-disruption-profit-after-tax-for-trains-division-dips-8
www.nikkei.com/article/DGXZQOCC040BG0U4A700C2000000.***







