Penulis: Satwiko Rumekso | Editor: Yobie Hadiwijaya
KREDONEWS.COM, SURABAYA-Nyimas Utari mata-mata Mataram ini memiliki peran besar dalam petempuran Mataram dengan VOC. Ia adalah telik sandi atau agen rahasia Kerajaan Mataram yang diberi tugas oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo, untuk membunuh Gubernur Jenderal VOC pertama, Jan Pieterszoon Coen dalam Perang Batavia II pada tahun 1629.

Nyimas Utari lahir di Desa Sumurup, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Ia adalah putri dari Ki Ageng Sumurup dan Nyai Ageng Sumurup.
Ia juga dikenal dengan nama lain Sandijayaningsih atau Sandi Utari.
Digambarkan memiliki kecantikan dan kecerdasan yang luar biasa, sehingga menarik perhatian Sultan Agung yang mengangkatnya menjadi salah satu selirnya.
Sultan Agung memiliki rencana besar untuk menghancurkan VOC yang telah menguasai Batavia dan mengancam kedaulatan Mataram.
Ia juga mengirimkan pasukan khusus yang disebut “Dom Sumuruping Mbanyu” yang terdiri dari 100 orang pilihan, termasuk Nyimas Utari.
Pasukan ini memiliki misi untuk menyusup ke benteng VOC di Batavia dan melakukan sabotase, spionase, dan pembunuhan terhadap pejabat VOC.
Nyimas Utari hadir di Batavia atas peran Asisten JP Coen, Wong Agung Aceh. Kehadirannya di Batavia ini merupakan persiapan dari Kesultanan Mataram untuk melancarkan serangan terhadap benteng VOC.
Sebagai seorang ‘Telik Sandi,’ atau mata-mata, Nyimas Utari ditugaskan oleh Sultan Agung untuk melaksanakan misi berbahaya: membunuh J.P. Coen, sosok yang menjadi simbol kekuatan VOC di Nusantara.
Untuk menjalankan misinya, Nyimas Utari menyamar sebagai seorang penyanyi di klub perwira VOC, sebuah posisi yang tidak mudah didapat tanpa bantuan dari Wong Agung Aceh, asisten dekat J.P. Coen yang diam-diam bekerja untuk Mataram.
Pada 20 September 1629, di tengah ketatnya pengamanan VOC dan kekalahan Mataram dalam serangan kedua, Nyimas Utari berhasil menjalankan tugasnya. J.P. Coen tewas setelah menenggak minuman yang telah dicampur racun arsenik.
Kematian J.P. Coen tidak hanya menghentikan karir seorang gubernur jenderal yang tangguh, tetapi juga menciptakan kekosongan kepemimpinan di tubuh VOC pada saat genting.
Namun, keberhasilan misi ini tidak lepas dari kelengahan J.P. Coen sendiri. Sang gubernur jenderal sedang dalam kondisi depresi berat setelah kehilangan istri dan anaknya yang tewas terbunuh, membuatnya lebih mudah dijebak oleh intrik yang disusun dengan rapi oleh Bagus Wanabaya, ayah Nyimas Utari.
Perencanaan mendalam ini memiliki akar yang kuat dalam sejarah keluarga Utari. Roro Pembayun, nenek Utari dan putri Panembahan Senopati, pernah menjalankan misi serupa ketika menyamar sebagai penari jalanan untuk menaklukkan Ki Ageng Mangir demi kejayaan Mataram Kotagede. Roro Pembayun bahkan menemani suaminya, Raden Bagus Wanabaya, mengawasi pergerakan pasukan Mataram dalam ekspedisi militer ke Batavia pada 1627-1629.
Dalam berbagai catatan Nyimas Utari berhasil membunuh JP Coen pada 20 September 1629. Setelah membunuhnya, Nyimas Utari memenggal kepala Coen dan mengirimkannya ke luar benteng VOC di Batavia.
Kepala Coen kemudian dibawa ke ibu kota Mataram di Kotagede, sebagai bukti keberhasilan misi dan sebagai simbol kemenangan Mataram atas VOC.
Namun malang, Nyimas Utari terbunuh saat mencoba keluar dari Batavia terkena tembakan meriam.
Makam Nyimas Utari berjarak sekitar 3-4 kilometer dari makam Mbah Bayun (Raden Ayu Roro Pembayun) di Kampung Kramat, Kelurahan Kebayunan, Tapos. Mbah Bayun adalah nenek Nyimas Utari sekaligus putri Panembahan Senopati. Mbah Bayun menemani putranya, Raden Bagus Wanabaya (ayah Utari), mengawasi pergerakan pasukan Mataram menuju Batavia pada 1627-1629.***