Menu

Mode Gelap

Uncategorized

Cerita Hari Ini: Mpu Nambi, Patih Pertama Majapahit yang Tewas karena Difitnah

badge-check


					Pertemuan Nambi dan Halayudha Perbesar

Pertemuan Nambi dan Halayudha

Penulis: Satwiko Rumekso | Editor: Yobie Hadiwijaya

KREDONEWS.COM, SURABAYA-Pararaton mengisahkan setelah kekalahan Jayakatwang tahun 1293, Raden Wijaya mendirikan Kerajaan Majapahit dan mengangkat diri menjadi raja. Jabatan patih atau semacam perdana menteri diserahkan kepada Nambi. Berita ini diperkuat oleh prasasti Sukamerta tahun 1296 yang memuat daftar nama para pejabat Majapahit, antara lain Rakryan Patih Mpu Nambi.

Menurut Kidung Panji Wijayakrama dan Kidung Ranggalawe, pengangkatan Nambi inilah yang memicu terjadinya pemberontakan Ranggalawe di Tuban tahun 1295. Ranggalawe merasa tidak puas atas keputusan tersebut karena Nambi dianggap kurang berjasa dalam peperangan. Atas izin Raden Wijaya, Nambi berangkat memimpin pasukan Majapahit menyerang Tuban. Dalam perang itu, Ranggalawe mati di tangan Kebo Anabrang.

Menurut ”Mansur Hidayat”, penulis sejarah, Arya Wiraraja dan Lamajang Tigang Juru ini, Nambi adalah salah seorang putra Arya Wiraraja yang tetap ikut berperan di dalam pendirian kerajaan Majapahit. Pengangkatannya sebagai Maha Patih tidak disetujui oleh saudaranya sendiri yaitu Ranggalawe yang menginginkan Lembu Sora yang merupakan paman dari pihak ibu menjadi Patih karena dinilai punya keberanian.

Akibat perang dengan Ranggalawe ini, Ranggalawe yang merupakan seorang putra kesayangan Arya Wiraraja, gugur, sehingga menjadikan ayahnya bersedih dan sangat marah. Arya Wiraraja kemudian membangun ibu kota berbenteng yang kemudian dikenal dengan nama Arnon atau Kuto Renon ang dalam bahasa Jawa kuno adalah “Kuto artinya kota berbenteng” dan “Renon atau Renu artinya marah”. Jadi Kutorenon sendiri berarti sebuah ibu kota berbenteng yang dibangun karena marah. Akibat kejadian ini Nambi pun tidak diterima oleh Arya Wiraraja sampai masa sakitnya pada tahun 1314 Masehi.

Kematian Nambi

Di dalam pemerintahan Majapahit sendiri, Mpu Nambi adalah salah seorang pendukung setia Wangsa Rajasa, sehingga ketika Prabu Jayanagara naik tahta dan menggantikan menggantikan ayahnya Raden wijaya. Mpu Nambi lah yang berada di garda depan untuk menentangnya. Hal inilah yang membuat hubungan kedua petinggi Majapahit itu menjadi renggang dan kemudian dimanfaatkan oleh seorang tokoh bernama Mahapati alias Dyah Halayudha.

Tokoh Mahapati atau Halayudha bukan orang biasa, tetapi masih keluarga bangsawan. Hal ini dikarenakan gelar yang ia pakai dyah, setara dengan raden pada zaman berikutnya. Misalnya pendiri Majapahit dalam Negarakertagama disebut Dyah Wijaya, sedangkan dalam Pararaton disebut Raden Wijaya.

Bahkan di masa Raja Jayanagara yang menjadi raja selajutnya Majapahit, diceritakan sang raja kerap kali dipengaruhi oleh Dyah Halayudha atau sering disebut sebagai Mahapati dalam kitab kuno. Mahapati dikenal sebagai patih licik yang menghalalkan segala cara. Kebijakan-kebijakan raja banyak dipengaruhi oleh hasutan Dyah Halayudha.

Sehingga para pejabat Majapahit banyak yang sengsara pada zaman ini. Pejabat – pejabat yang berseberangan dengan Dyah Halayudha satu persatu dibunuh atas nama kerajaan. Tuduhannya macam-macam ada yang dianggap tidak becus bertugas, sampai pada dituduh memberontak.

Sementara itu Nambi dan Lembu Sora, pada Prasasti Sukamreta hanya bergelar empu. Maka dapat dipahami keduanya bukan dari golongan bangsawan, namun memperoleh kedudukan tinggi masing-masing sebagai patih Majapahit dan patih Daha. Ia pun melancarkan aksi fitnah dan adu domba sehingga satu persatu para pahlawan pendiri kerajaan tersingkir.

Kematian Nambi terjadi pada tahun 1316. Kisahnya disinggung dalam Nagarakretagama dan Pararaton, serta diuraikan panjang lebar dalam Kidung Sorandaka.ja

Dikisahkan pada masa pemerintahan Jayanagara (1309-1328) putra Raden Wijaya, Nambi masih menjabat sebagai patih. Saat itu ada tokoh licik bernama Mahapati yang mengincar jabatannya. Ia selalu berusaha menciptakan ketegangan di antara Jayanagara dan Nambi.

Suatu hari terdengar berita bahwa ayah Nambi sakit keras. Nambi pun mengambil cuti untuk pulang ke Lamajang (nama lama Lumajang). Sesampai di sana, ayahnya telah meninggal. Mahapati datang melayat menyampaikan ucapan dukacita dari raja. Ia juga menyarankan agar Nambi memperpanjang cutinya. Nambi setuju. Mahapati lalu kembali ke ibu kota untuk menyampaikan permohonan izinnya.

Akan tetapi di hadapan raja, Mahapati menyampaikan berita bohong bahwa Nambi menolak untuk kembali ke ibu kota karena sedang mempersiapkan pemberontakan. Jayanagara termakan hasutan tersebut. Ia pun mengirim pasukan dipimpin Mahapati untuk menumpas Nambi.

Nambi tidak menduga datangnya serangan mendadak. Ia pun membangun benteng pertahanan di Gending dan Pejarakan
(Probolinggo). Namun keduanya dapat dihancurkan oleh pasukan Majapahit. Akhirnya Nambi sekeluarga pun tewas pula dalam peperangan itu.

Babad Pararaton menceritakan kejatuhan Lamajang pada tahun saka “Naganahut-wulan” (Naga mengigit bulan) dan dalam Babad Negara Kertagama disebutkan tahun “Muktigunapaksarupa” yang keduanya menujukkan angka tahun 1238 Saka atau 1316 Masehi.

Pararaton mengisahkan Nambi mati dalam benteng pertahanannya di desa Rabut Buhayabang, karena dikeroyok oleh Jabung Tarewes, Lembu Peteng, dan Ikal-Ikalan Bang. Sedangkan menurut Nagarakretagama yang memimpin penumpasan Nambi bukan Mahapati, melainkan langsung oleh Jayanagara sendiri. Jatuhnya Lamajang ini kemudian membuat kota-kota pelabuhannya seperti Sadeng dan Patukangan melakukan perlawanan yang kemudian dikenal sebagai “Pasadeng” atau perang sadeng dan ketha pada tahun 1331 masehi.

Tentang meninggalnya Mpu Nambi sendiri, ada 2 pendapat yang sama kuatnya, di mana pertama Nambi meninggal di daerah bernama Randu Agung karena ada sebuah situs bernama Candi Randu Agung di Lumajang, yang dipercaya masyarakat sebagai tempat perabuan Nambi. Kedua adalah di ibu kota Arnon sendiri di mana perang Lamajang yang terakhir berlangsung di ibu kota dan Mpu Nambi bertahan habis-habisan sampai titik darah penghabisan. Dalam penelitian J. Mageman diberitakan bahwa di Situs Biting terdapat komplek percandian raja-raja Lamajang.***

 

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Cerita Hari Ini: Diawali Menipu Pasukan Tartar dengan Putri Cantik, Arya Wiraraja Jadi Raja di Lumajang

13 Juli 2025 - 13:06 WIB

Cerita Hari Ini: Arya Wiraraja Penyelamat Wijaya Calon Raja Majapahit

12 Juli 2025 - 14:43 WIB

Sumenep Menjadi Pusat Peradaban Awal di Madura

11 Juli 2025 - 13:51 WIB

Cerita Hari Ini: Raden Segoro Anak Seorang Puteri Tanpa Ayah Penghuni Pertama Madura

10 Juli 2025 - 11:48 WIB

Cerita Hari Ini: Putri Solo Ini Menolak Cinta Bung Karno, Sutan Syahrir dan HB IX, Ini Sebabnya

8 Juli 2025 - 14:46 WIB

Cerita Hari Ini: Pakubuwono XII Diculik, Patihnya Dibunuh, Daerah Istimewa Surakarta Bubar

5 Juli 2025 - 13:46 WIB

Cerita Hari Ini: Sultan HB IX Sumbang 6,5 Juta Gulden ke RI, Bung Karno Nangis

2 Juli 2025 - 14:05 WIB

Cerita Hari Ini: Inilah Raja-raja Keraton Jawa yang Memeligara Gajah untuk Tujuan Berperang

1 Juli 2025 - 10:06 WIB

Cerita Hari Ini: Daendels Hapus Sebutan Sultan di Banten Akibat Utusannya Dibunuh

30 Juni 2025 - 14:05 WIB

Trending di Uncategorized