Menu

Mode Gelap

Uncategorized

Cerita Hari Ini: Istrinya Ia Bawa Lari, Amangkurat I Juga Membunuh Tumenggung Wiraguna

badge-check


					Ilustrasi. (Foto: Instagram @sultanagung.themovie) Perbesar

Ilustrasi. (Foto: Instagram @sultanagung.themovie)

Penulis: Satwiko Rumekso | Editor: Yobie Hadiwijaya

KREDONEWS.COM, SURABAYA-Tumenggung Wiraguna adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah Mataram. Namanya dikenang bukan hanya karena kehebatannya di medan perang, tetapi juga karena tragisnya akhir hidupnya.

Sebagai salah satu panglima perang yang sangat dipercayai oleh Sultan Agung, Tumenggung Wiraguna memegang peran yang sangat strategis dalam pemerintahan Mataram pada masa kejayaannya. Kepemimpinan dan kecakapannya dalam memimpin pasukan Mataram bahkan diakui oleh Belanda, yang pada saat itu menguasai Batavia.

Namun, di balik semua kesetiaannya, ada kisah kelam tentang pengkhianatan dan dendam yang mengakhiri hidupnya.

Pada tahun 1645 dan 1646, Tumenggung Wiraguna memimpin pasukan Mataram dalam dua pengepungan Batavia yang legendaris. Meskipun kedua serangan itu tidak berhasil menguasai Batavia, keberanian dan keteguhan Tumenggung Wiraguna tidak pernah diragukan.

Setelah kegagalan tersebut, Tumenggung Wiraguna tidak hanya pulang dengan tangan hampa, tetapi juga mendirikan perkampungan yang kelak dikenal dengan nama Ragunan. Sebuah bukti bahwa meskipun gagal dalam satu tujuan, ia tetap berhasil membangun sesuatu yang bermakna bagi Mataram.

Sebagai hadiah Sultan Agung memberinya seorang gadis bernama Roro Mendut. Sayang Roro Mendut menolak cinta Tumenggung Wiraguna.

Namun, meskipun ia merupakan sosok yang sangat setia dan berani, hidupnya tidak berjalan mulus. Sebuah peristiwa di masa muda Amangkurat I, yang saat itu masih dikenal sebagai Raden Mas Syayidin, membawa dampak yang besar dalam hubungan antara Tumenggung Wiraguna dan raja Mataram tersebut.

Dendam Amangkurat I 

Cerita kelam ini bermula ketika Raden Mas Syayidin, putra Sultan Agung, melakukan perbuatan bejat dengan membawa lari salah satu istri Tumenggung Wiraguna. Perbuatan ini membuat Tumenggung Wiraguna marah besar. Namun, karena yang terlibat adalah anak rajanya, Wiraguna merasa ragu untuk melaporkan perbuatan tersebut.

Setelah banyak mempertimbangkan, Tumenggung Wiraguna akhirnya melapor kepada Sultan Agung, yang bertindak tegas dengan memerintahkan agar Raden Mas Syayidin diadili.

Tindakan Sultan Agung yang menegur putranya dan mengadili perbuatan tersebut membuat Tumenggung Wiraguna merasa dihargai. Namun, bagi Raden Mas Syayidin, sikap Sultan Agung ini adalah pengkhianatan yang mendalam. Ia merasa dipermalukan oleh ayahnya sendiri, yang kelak akan melahirkan dendam yang tak termaafkan terhadap Tumenggung Wiraguna.

Setelah Sultan Agung meninggal dunia dan Amangkurat I naik tahta, dendam yang terpendam sejak lama mulai tumbuh subur. Amangkurat I, yang dikenal dengan sifat kejamnya, tidak bisa melupakan rasa malu dan dendam yang dirasakannya sejak peristiwa itu. Ia bertekad untuk menyingkirkan Tumenggung Wiraguna, yang selama ini dianggap sebagai figur yang sangat kuat dan setia kepada Sultan Agung.

Akhir Tragis Tumenggung Wiraguna

Pada masa pemerintahan Amangkurat I, Tumenggung Wiraguna tidak pernah menunjukkan tanda-tanda pengkhianatan terhadap kerajaan. Sebaliknya, ia tetap menunjukkan dedikasi dan kecakapannya dalam memimpin pasukan. Salah satu prestasi terbesarnya adalah keberhasilannya memimpin pasukan Mataram dalam menaklukkan Blambangan, wilayah yang dikuasai orang-orang Bali pada saat itu.

Namun, di balik prestasi tersebut, Amangkurat I sudah merencanakan taktik licik untuk menyingkirkan sang panglima. Dengan dalih memberi penghargaan atas prestasi Tumenggung Wiraguna, Amangkurat I memerintahkan agar ia memimpin pasukan untuk menaklukkan Blambangan. Namun, perjalanan Tumenggung Wiraguna menuju Blambangan adalah perjalanan terakhirnya.

Di tengah perjalanan, Tumenggung Wiraguna dibunuh dengan kejam oleh utusan yang dikirim oleh Amangkurat I. Pembunuhan ini bukan hanya dilakukan secara fisik, tetapi juga dibarengi dengan fitnah yang menuduh Tumenggung Wiraguna melakukan makar terhadap kerajaan. Tuduhan tersebut digunakan sebagai alasan oleh Amangkurat I untuk menumpas seluruh keluarga Tumenggung Wiraguna, yang akhirnya dibantai tanpa belas kasihan.

Dendam dan Pengkhianatan

Pembunuhan Tumenggung Wiraguna adalah sebuah tragedi besar dalam sejarah Mataram. Tidak hanya karena peran besar yang dimainkan oleh Tumenggung dalam perkembangan kerajaan, tetapi juga karena alasan pribadi yang mendalam yang melatarbelakangi tindakan kejam tersebut. Dendam pribadi seorang raja yang merasa dipermalukan oleh seorang panglima yang setia ini menandai salah satu episode kelam dalam sejarah kerajaan Mataram.

Kisah ini mengingatkan kita pada betapa politik dan kekuasaan sering diliputi oleh intrik dan pengkhianatan. Meskipun Tumenggung Wiraguna dikenal sebagai sosok yang jujur, setia, dan berdedikasi pada Mataram, semua prestasi dan kebaikan itu tidak bisa menutupi dendam yang sudah lama terpendam di hati Amangkurat I.

Tragisnya, Tumenggung Wiraguna yang menjadi pahlawan bagi Mataram, harus mengakhiri hidupnya dalam keadaan yang tidak pernah diduga oleh banyak orang.

Sebagai salah satu tokoh besar dalam sejarah Mataram, jejak-jejak Tumenggung Wiraguna tetap hidup dalam ingatan sejarah. Ragunan, sebuah tempat yang didirikan olehnya, menjadi salah satu warisan dari prestasi Tumenggung yang tak terlupakan.

Selain itu, dokumentasi sejarah mengenai Tumenggung Wiraguna, meskipun tidak banyak, dapat ditemukan dalam berbagai bentuk, mulai dari surat-surat kerajaan hingga kisah-kisah lisan yang masih hidup di kalangan masyarakat.***

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Cerita Hari Ini: Menakjinggo Pria Sakti yang Dikibuli Ratu Majapahit

8 September 2025 - 13:00 WIB

Blood Moon Akan Terlihat di Seluruh Indonesia, Malam Ini

7 September 2025 - 18:44 WIB

Hantu Indonesia dengan Hantu Jepang Serupa Tapi Tak Sama

7 September 2025 - 15:55 WIB

Teknologi Phone Farm Untuk Pengaruhi Opini dan Perangkat Minimal yang Dibutuhkan

6 September 2025 - 19:56 WIB

Kita Tidak Pernah Bisa Menghitung Luas Lingkaran dengan Tepat

6 September 2025 - 07:49 WIB

Cerita Hari Ini: Di Indonesia, Aksi Protes Sudah Ada Sejak Era Majapahit

1 September 2025 - 15:28 WIB

Cerita Hari Ini: Kisah Raden Panji Dikelabui Kuntilanak Ganas Kalakunti di Hutan Keramat

26 Agustus 2025 - 11:37 WIB

Cerita Hari Ini: Sunan Bungkul, Petinggi Majapahit Penyebar Agama Islam Berumur 300 Tahun

25 Agustus 2025 - 11:43 WIB

Cerita Hari Ini: Kisah Sawunggaling Pukul Mundur 5.000 Pasukan Kompeni dan Tiga Kapal Perang

22 Agustus 2025 - 13:53 WIB

Trending di Uncategorized