Penulis: Satwiko Rumekso | Editor: Yobie Hadiwijaya
KREDONEWS.COM, SURABAYA-Bicara wanita cantik pada masa lalu tidak tepat kalau tak menyebut Ken Dedes yang nama asilnya adalah Dyah Ayu Sri Maharatu Mahadewi Ken Dedes, putri seorang Brahmana bernama Mpu Purwa.

Ken Dedes digambarkan sebagai seorang wanita yang sangat cantik bak bidadari dan dikenal sebagai wanita terpandang karena berasal dari kasta Brahmana, kasta tertinggi dalam agama Hindu.
Berdasarkan buku Pararaton, sejak kecil, sang ayah sudah mengajari Ken Dedes untuk membenci siapa pun yang tidak patuh kepada Dewa Siwa (dewa trimurti dalam agama Hindu).
Dari sang ayah, Ken Dedes menyadari bahwa Tunggul Ametung merupakan seorang yang jahat karena dianggap kerap melecehkan Dewa Siwa.
Orang yang menghargai Dewa Siwa akan bersikap tahu diri, waspada, dan tidak berat menghukum diri sendiri jika melakukan kesalahan.
Sebaliknya, orang yang tidak menghormati Dewa Siwa akan bersikap sombong dan suka berbuat kejahatan, seperti yang dilakukan Tunggul Ametung.
Kendati begitu, pada akhirnya, Ken Dedes sempat menjadi istri Tunggul Ametung.
Kisah cinta segitiga Ken Dedes
Konon, kecantikan Ken Dedes terkenal hingga ke berbagai penjuru daerah, tidak terkecuali di wilayah Tunggul Ametung.
Suatu hari, Tunggul Ametung singgah di rumah Mpu Purwa. Ia langsung jatuh cinta dan ingin mempersunting Ken Dedes.
Karena saat itu Mpu Purwa sedang berada di hutan, Ken Dedes meminta Tunggul Ametung menunggu.
Namun, Tunggul Ametung sudah tidak sabar, sehingga membawa Ken Dedes pulang ke rumahnya secara paksa untuk dinikahi.
Akibat penculikan itu, Mpu Purwa mengutuk Tunggul Ametung, bahwa ia akan terbunuh karena kecantikan Ken Dedes.
Setelah menikahi Ken Dedes, Tunggul Ametung memiliki seorang pengawal bernama Ken Arok.
Suatu hari, Tunggul Ametung dan Ken Dedes pergi jalan-jalan ke Hutan Baboji. Ketika turun dari kereta, kain yang dikenakan Ken Dedes tersingkap hingga tubuhnya terlihat bersinar oleh Ken Arok.
Hal ini juga dikisahkan dalam Pararaton, “Kengkis wetisira, kengkab tekeng rahasyanica, nener katon murub denira Ken Arok, yang berarti, “Tersingkap betisnya, yang terbuka sampai ‘rahasinya’, lalu terlihat oleh Ken Arok.”
Terpesona dengan kecantikan Ken Dedes, Ken Arok segera menemui salah satu gurunya yang bernama Lohgawe dan menceritakan hal yang dilihatnya saat itu.
Menurut Lohgawe, ciri-ciri yang dimiliki Ken Dedes disebut sebagai Stri Naricwari, yang diramalkan akan memberikan keturunan raja-raja di Tanah Jawa.
Mendengar hal itu, Ken Arok semakin ingin menikahi Ken Dedes dan menyingkirkan Tunggul Ametung, agar ia bisa menjadi seorang raja.
Menggunakan keris yang dibuat oleh Mpu Gandring, Ken Arok membunuh Tunggul Ametung yang sedang terlelap.
Kutukan Mpu Purwa saat Tunggul Ametung menculik Ken Dedes pun benar-benar terjadi.
Ken Arok juga cerdik, ia membuat rekannya, Kebo Hijo, menjadi kambing hitam dan menanggung akibat dari pembunuhan Tunggul Ametung.
Dengan begitu, Ken Arok bisa mendapatkan Ken Dedes dan menjadi akuwu baru di Tumapel.
Setelah itu, Ken Arok menggulingkan Kerajaan Kediri dan mendirikan Kerajaan Singasari pada 1222.
Ketika dinikahi Ken Arok, Ken Dedes sedang mengandung seorang putra yang kemudian dinamai Anusapati.
Sedangkan dari pernikahannya dengan Ken Arok, Ken Dedes melahirkan beberapa anak, yaitu Mahisa Wonga Teleng, Panji Saprang, Agnibhaya, dan Dewi Rimbu.
Seiring berjalannya waktu, Anusapati merasa dianaktirikan oleh Ken Arok. Ken Dedes akhirnya mengungkap rahasia kalau Anusapati adalah putra Tunggul Ametung.
Tidak hanya itu, Anusapati juga mengetahui bahwa ayah kandungnya dibunuh oleh Ken Arok.
Alhasil, melalui tangan pembantunya, Anusapati membunuh Ken Arok pada 1227 dengan Keris Mpu Gandring, sebagai bentuk balas dendam.
Setelah Anusapati, pada 1248 M Singasari dipimpin oleh Wisnuwarddhana, putranya, yang didampingi oleh Mahisa Campaka, putra dari Mahisa Wonga Teleng, putra Ken Dedes dan Ken Arok.
Wisnuwarddhana memiliki keturunan bernama Kertanegara yang menjadi raja pada 1268 M menggantikan posisi ayahnya.
Mahisa Campaka memiliki anak bernama Dyah Lembu Tal, yang kemudian memiliki anak bernama Raden Wijaya.
Raden Wijaya kemudian menjadi menantu Raja Kertanegara dan melawan Kerajaan Kediri, selanjutnya di tangannya wangsa Rajasa kembali berkuasa lewat berdirinya Kerajaan Majapahit.
Sejarawan dari Universitas Negeri Malang, Dwi Cahyono mengatakan, melalui keturunannya, Ken Dedes menyandang predikat sebagai ibu para raja Singhasari dan Majapahit.
Wanita istimewa
Konon, Ken Dedes terbilang sebagai wanita istimewa, yang selain memiliki paras sangat cantik, karakternya juga baik.
Sebagai seorang anak dari Brahmana, Ken Dedes sangat meyakini nilai-nilai agama untuk membentuk jati diri dan kepribadiannya.
Menurut riwayat, kecantikan Ken Dedes tidak ada yang bisa menandingi. Bahkan, paras cantiknya terkenal sampai ke wilayah timur Kawi hingga Tumampel.
Ken Dedes memiliki tanda-tanda Sri Nareswari yang artinya wanita utama, paling diunggulkan, dan dimuliakan dibanding wanita lain.
Sebagai wanita terpelajar, Ken Dedes juga mempelajari tentang karma amamadangi, yaitu perilaku atau perbuatan yang tercerahkan.
Tindakan atau perilaku inilah yang membuat Ken Dedes berkaitan dengan tanda istimewa yang ia miliki disebut rahsya.***