Penulis: Mulawarman | Editor: Yobie Hadiwijaya
KREDONEWS.COM, JAKARTA-Tim mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan alat deteksi dini diabetes yang bekerja hanya melalui embusan napas, tanpa perlu pengambilan darah. Inovasi ini memberikan harapan baru bagi penderita diabetes yang selama ini mengandalkan metode pemeriksaan darah invasif.
Melalui Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM-KC), tim lintas fakultas UGM menciptakan glycemia breath analyzer (Glyra), alat pendeteksi kadar gula darah non-invasif yang cepat, akurat, nyaman, dan bebas rasa sakit.
Ketua tim, Muhammad Nafal, menjelaskan ide pengembangan Glyra muncul karena tingginya prevalensi diabetes di Indonesia yang kini menempati peringkat kelima dunia. Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, dua dari setiap seratus penduduk dewasa di Indonesia mengidap diabetes melit.
“Penderita diabetes sering dihadapkan pada metode pemeriksaan invasif yang mengharuskan pengambilan darah berulang kali. Hal ini menimbulkan rasa tidak nyaman serta berpotensi menyebabkan iritasi,” ujar Nafal, Sabtu (18/10/2025).
Ia memaparkan, Glyra bekerja dengan mendeteksi biomarker kimia dalam embusan napas. Ketika tubuh tidak mampu memanfaatkan glukosa dengan baik, metabolisme beralih pada pembakaran lemak yang menghasilkan senyawa keton seperti aseton.
“Senyawa ini, bersama biomarker lainnya, dikeluarkan melalui paru-paru dan dapat diukur sebagai indikator kadar gula darah,” jelasnya.
Glyra dilengkapi enam sensor gas berteknologi tinggi yang mampu mengenali berbagai biomarker spesifik. Data dari sensor kemudian diolah menggunakan algoritma kecerdasan buatan (AI) untuk meningkatkan akurasi. Perangkat ini juga terintegrasi dengan internet of things (IoT), memungkinkan hasil pemeriksaan dipantau secara real-time melalui laman web khusus.
Tim pengembang terdiri atas Muhammad Nafal Zakin Rustanto (ketua tim), Nathanael Satya Saputra, Alfito Putra Parindra, Muhammad Bintang Hidayatullah Marbun, dan Mirza Evrizqo Timmerman, di bawah bimbingan dosen Fakultas Teknik UGM, Igi Ardiyanto.
Anggota tim Mirza Evrizqo Timmerman, mengungkapkan, pengembangan Glyra telah mencapai 80%. “Prototipe perangkat keras sudah jadi. Sensor dan sistem listrik telah terpasang. Saat ini kami dalam tahap pengambilan data untuk menyempurnakan algoritma AI,” ujarnya.
Ia menambahkan, tim berencana mendaftarkan hak kekayaan intelektual (HKI) untuk melindungi inovasi ini. Meski baru pertama kali mengikuti PKM, mereka tidak mengalami kendala berarti berkat dukungan penuh dari dosen pembimbing dan universitas.
Tim PKM-KC Glyra berharap alat ini dapat menjadi solusi skrining dini dan pemantauan gula darah yang lebih terjangkau serta mudah diakses masyarakat. Dengan dukungan pendanaan dari Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Kemdiktisaintek, mereka menargetkan Glyra segera memasuki tahap uji klinis lanjutan.***