Penulis: Satwiko Rumekso | Editor: Yobie Hadiwijaya
KREDONEWS.COM, SURABAYA-Penumpang semakin banyak melaporkan mabuk perjalanan di kendaraan listrik (EV), dengan para ahli menunjukkan tidak adanya isyarat sensorik tradisional seperti suara dan getaran mesin yang membantu otak mengantisipasi gerakan.

Di media sosial, penumpang melaporkan rasa mual dan pusing saat mengendarai kendaraan listrik, terutama saat duduk di kursi belakang. Banyak calon pembeli juga menyuarakan kekhawatiran tentang apakah mobil listrik lebih mungkin menyebabkan mabuk perjalanan, dan penelitian menunjukkan bahwa hal itu mungkin terjadi.
Kendaraan bertenaga bensin memancarkan getaran dan suara yang digunakan otak, sering kali tanpa disadari, untuk mempersiapkan diri terhadap perubahan gerakan. Sebaliknya, kendaraan listrik beroperasi lebih senyap dan lancar, sehingga mengganggu isyarat sensorik yang sudah dikenal ini, menurut Carscoops .
“Rasa sakit yang lebih parah pada kendaraan listrik dapat disebabkan oleh kurangnya pengalaman sebelumnya, baik sebagai pengemudi maupun penumpang, di mana otak kurang akurat dalam memperkirakan gaya gerak karena mengandalkan pengalaman sebelumnya pada jenis mobil lain,” kata William Emond, seorang mahasiswa PhD yang meneliti rasa sakit akibat kendaraan di Université de Technologie de Belfort-Montbéliard di Prancis.
Mabuk perjalanan umumnya disebabkan oleh konflik antara sinyal yang dikirim ke otak oleh telinga bagian dalam, mata, dan tubuh. Jika sinyal-sinyal tersebut tidak selaras, otak menjadi bingung, yang memicu gejala-gejala seperti mual dan pusing.
Beberapa penelitian juga mengaitkan fitur EV tertentu dengan meningkatnya ketidaknyamanan. Menurut The Guardian , pengereman regeneratif, sistem yang memperlambat mobil secara bertahap dengan mengubah energi kinetik menjadi tenaga, merupakan salah satu pemicu utama. Tidak seperti pemberhentian mendadak pada mobil berbahan bakar bensin, perlambatan halus ini dapat mempersulit penumpang untuk memprediksi pergerakan.
Mengantisipasi gerakan kendaraan berperan penting dalam mencegah mabuk perjalanan, itulah sebabnya pengemudi yang mengendalikan mobil cenderung tidak mengalami gejala mabuk perjalanan.
“Saat menemukan lingkungan gerak baru, otak perlu membiasakan diri karena tidak ada pengetahuan tentang pengalaman sebelumnya dalam konteks seperti itu,” kata Emond. “Inilah, misalnya, mengapa hampir semua orang jatuh sakit di lingkungan tanpa gravitasi.”
Para peneliti menyarankan bahwa produsen mobil dapat membantu mengurangi rasa mabuk penumpang dengan memperkenalkan isyarat visual di dalam kabin kendaraan listrik—seperti perubahan pencahayaan sekitar—untuk memberi sinyal pergerakan yang akan datang dan membantu otak menyesuaikan diri dengan lebih baik.***